tag:blogger.com,1999:blog-23241357542427605982024-02-06T19:54:13.574-08:00Keperawatan Kebidanan KedokteranSeputar Informasi Keperawatan,Kebidanan dan Kedokteranaselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.comBlogger139125tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-19061915024674328342009-09-04T03:11:00.000-07:002009-09-05T11:27:54.350-07:00ASKEP NY. W DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : STROKE ULANG KE-2 SAMA SISI e.c INFARK ATEROTROMBOLIK SISTEM KAROTIS KANAN FAKTOR RESIKO HYPERTENSIABSTRAK<br /><br /><br /><br />IV Bab, viii, 109 Halaman, 2 Tabel, 4 Gambar, 1 Skema, 5 Lampiran<br /><br />Tingginya angka kejadian stroke yang mencapai 57,32 % (176 orang) yang merupakan prosentase paling tinggi dari seluruh kasus sistem persarafan di Ruang 19 A RS MM serta kompleks dan besarnya akibat yang ditimbulkan, hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ny. W. Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Stroke Ulang Ke-2 Sama Sisi e.c Infark Aterotrombolik Sistem Karotis Kanan Faktor Resiko Hipertensi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Stroke yaitu kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak. Masalah keperawatan yang timbul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, ganguan mobilitas fisik, gangguan komunikasi verbal, gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB, gangguan pemenuhan kebutuhan ADL dan resiko terjadinya stroke ulang berlanjut. Perencanaan disusun bersama keluarga sesuai dengan kemampuan klien dan keluarga. <span class="fullpost"><br />Pada pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat dilakukan secara maksimal yaitu latihan pergerakan aktif dan pasif / ROM dikarenakan kurangnya motivasi dari klien. Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari, pada akhir evaluasi keenam masalah tersebut dapat teratasi dengan baik sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah direncanakan, namun ada satu diagnosa yang harus dilakukan tindakan secara kontinyu yaitu diagnosa gangguan mobilitas fisik, karena hal ini perlu tindakan yang terus menerus dan berkesinambungan untuk menghindari dampak yang mungkin muncul seperti kontraktur bahkan kecacatan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke latihan aktif dan pasif / ROM sangatlah penting sehingga tindakan yang kontinyu dan berkesinambungan sangat diperlukan, oleh karena itu penulis merekomendasikan untuk perawat ruangan agar lebih sabar dan terampil dalam melatih klien dengan stroke, sementara untuk klien dan keluarga penulis merekomendasikan agar tetap melakukan latihan ROM secara teratur, disiplin dalam minum obat, makan sesuai diet dan kontrol secara teratur.<br /><br />Daftar pustaka : 25 buah (1983-2003).<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-36502434472199283412009-09-04T03:04:00.000-07:002009-09-04T03:07:28.744-07:00Asuhan Keperawatan Pada Ny. I dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Nyeri Perut Kanan Bawah Akibat Apendikcitis Akut Di Ruang D3 Bedah RSU DDABSTRAK<br /><br /> <br />4 bab, 65 halaman, 2 lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kejadian gangguan sistem pencernaan : apendikcitis di Ruang D3 Bedah Rumah Sakit Umum Daerah DD yaitu sekitar 42,1%. Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada Ny. I dengan gangguan sistem pencernaan nyeri perut kanan bawah akibat apendikcitis akut di Ruang D3 Bedah Rumah Sakit Umum DD. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus. Apendikcitis adalah suatu peradangan yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Masalah keperawatan dalam teori adalah gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi terhadap infeksi, resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan istirahat tidur, intoleran aktivitas dan resiko terhadap konstipasi. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. I adalah nyeri, perubahan nutrisi kurang, gangguan perawatan kuku dan resiko terjadi infeksi. Intervensi yang direncanakan adalah ajarkan teknik relaksasi, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, mengajarkan tentang perawatan kuku dan merawat luka.<span class="fullpost"> Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan asuhan keperawatan secara langsung adalah pada pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Ny. I yaitu, riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik. Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Ny. I yaitu resiko kekurangan cairan, gangguan istirahat tidur, intoleran aktivitas, dan resiko terhadap konstipasi. Pada perencanaan terdapat diagnosa nyeri perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resti infeksi. Pelaksanaan yang ada ditahap perencanaan dilakukan tanpa ada hambatan. Semua diagnosa keperawatan yang muncul dapat teratasi. Saran untuk institusi pendidikan yaitu hendaknya pihak institusi pendidikan menyediakan buku-buku tentang apendiktomy, sehingga penulis dapat menggunakan literatur tersebut, untuk perawat ruangan diharapkan dapat melengkapi alat-alat yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien apendiktomy, dan lebih ditingkatkan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan. Untuk klien dan keluarga dapat lebih memahami cara perawatan luka yang baik agar bisa melakukan sendiri pada saat di rumah dengan cara, untuk siswa agar lebih ditingkatkan dalam hal pengkajian dan kemampuan membina hubungan saling percaya dengan klien. <br /><br />Daftar pustaka : 11 buah ( 1999-2009 )<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-77889976691995479262009-08-10T10:25:00.000-07:002009-08-10T10:34:05.068-07:00PEMFIGUS VULGARISA. PENGERTIAN PEMFIGUS VULGARIS<br />Pemfigus ialah kumpulan penyakit berbula kronik (lepuh) dengan berbagai ukuran (mis: 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membran mukosa (mis; mulut,vagina), berdinding kendur, terletak intra epidermal, dan dapat mengakibatkan fatal.<br />Pemfigus Vulgaris merupakan salah satu dari empat jenis pemfigus yang termasuk jenis kelainan dermatitis vesikobulosa kronik yang ditandai terutama oleh adanya vesikel dan bula.<br />Menurut letak celah pemfigus dibagi menjadi dua :<br />1). Disuperbasal ialah pemfigus vulgaris dan variannya pemfigus vegetans.<br />2). Di stratum granulosum ialah pemfigus foliaseus dan variannya pemfigus eritematosus.<br /><br />B. EPIDEMIOLOGI <br />Pemfigus vulgaris (P.V) merupakan bentuk yang paling sering dijumpai (80 % semua kasus).penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras. frekuensinya pada kedua jenis kelamin dama. umumnya mengenai umur pertengahan (decade ke-4 dan ke-5), tetapi dapat juga mengenai semua umur, termasuk juga anak.<br /><br /><span class="fullpost"> <br />C. ETIOLOGI <br />Etiologi yang pasti semua penyakit pemfigus masih belum diketahui. Akhir-akhir ini D-penisilamin telah disebutkan sebagai faktor etiologi yang dapat menginduksikan pemfigus pada penderita yang mendapatkan obat ini. Penemuan auto-antibody didalam serum penderita pemfigus telah membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai hubungan dengan autoimunitas. Juga dapat ditemukan bersama-sama dengan penyakit autoimun lainnya, misalnya lupus eritematosus sistemik, pemfigoid bulosa, miastenia gravis, timoma, dan anemia pernisiosa. penderita pemfigus vulgaris memperlihatkan peningkatan insidens fenotif H.L.A. –A 10 dan H.L.A. –Bw 13.<br /><br />D. PATOGENESIS<br />Semua bentuk Pemfigus mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu :<br />1. Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akan tolisis)<br />2. adanya antibody igG terhadap antibody determinan yang ada pada permukaan keratonosit yang sedang berdiferensiasi.<br />Mekanisme sebenarnya pembentukan autoantibody ini masih belum jelas, penyelidikan mutakhir telah memberikan petunjuk adanya hubungan sebab akibat antara antibody Pemfigus dan proses akantosisi, pada kultur sel efidermis manusia.<br /><br />E. GEJALA KLINIS<br />Keadaan umum penderita biasanya buruk. penyakit dapat mulai sebagai lesi dikulit kepala yang berambut atau rongga mulut kira-kira pada 60 % kasusu, berupa erosi yang disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah didiagnosa sebagai pioderma pada kulit kepala yang berambut atau dermatitia dengan infeksi skunder. lesi di tempat tersebut bisa berbulan-bulan sebelum timbul bula generalisata.<br />Semua penyakit tesebut memberi gejala yang khas, yaitu ;<br />1. Pembentukan bula yang kendur pada kulit yang umumnya terlihat normal dan mudah pecah.<br />2. Pada penekanan, bula tersebut meluas (tanda nikolsky positif)<br />3. Akantolisis selalu positif.<br />4. Adanya antibody tipe IgG terhadap antigen interselular di epidermis yang dapat ditemukan dalam serum, maupun terikat diefidermis<br />Semua selaput lendir dengan epitel skuama dapat diserang, yakni selaput lender konjungtiva, hidung, farings, larings, esofaring<br /><br />F. KOMPLIKASI<br />Komplikasi yang paling sering pada Pemfigus Vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya kostikosteroid dan terapi imunosupresif. Pasien sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunder. Bakteri kulit relative mudah mencapai bula karma bula mengalami perembesen cairan, pecah, dan meningggalkan daerah yang terkelupas terbuka terhadap lingkungan. <br />Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi akibat kehilangan cairan serta protein ketika bula mengenai rupture. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses penyakitnya mencakup daerah kulit tubuh dan membran mukosa yang luas. <br /><br />G. EVALUASI DIAGNOSTIK<br />Spesimen dari bula dari kulit sekitarnya akan memperlihatkan akantolisis (pemisahan sel-sel epidermis satu dengan yang lainnya karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel). Antibodi yang beredar (antibody pemfigus) dapat dideteksi lewat imunosupresan terhadap serum pasien.<br /><br />H. PENATALAKSANAAN<br />Tujuan terapi adalah mengendalikan secepat mungkin, mencegah hilangnya serum serta terjadinya infeksi sekunder, dan meningkatkan pembentukan epitel kulit (pembaruan jaringan epitel).<br />Kortikosteroid diberikan dalam dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan menjaga agar kulit bebas dari bula. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai kesembuhan terlihat jelas. Pada sebagian kasus terapi ini, harus dipoertahankan seumur hidup penderitanya. <br />Kortikosteroid diberikan bersama makanan taua segera setekah makan, dan dapat disertai dengan pemberian antacid sebagai pemberian profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang penting pada penatalaksanaan tyerapetik adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar glukosa darah, dan keseimbvangan cairan setiap hari.<br />Preparat Immunosupresif (azatriopi, siklofosfomid) dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi takaran kortikosteroid. Plasma feresis (pertukaran plasma) secara temporer akan menurunkan kdar anti bodi serum. <br /><br /><br /><br /><br /><br />I. PENGKAJIAN<br />1. Biodata<br />a. Data demografi<br />1) Usia , penting karena perubahan system integument berkaitan dengan perubahan usia (aging proses)<br />2) Suku bangsa, penting beberapa variasi penampilan kulit dimanifestasikan sesuai dengan suku dan bangsa dan bisa abnormal untuk suku dan bangsa yang lain dan normal bagi suku bangsa itu sendiri.<br />3) Pekerjaan, hobi dapat memberikan informasi tentang paparan sinar matahari atau zat kimia, iritasi, zat / substansi yang abrasive, dan lingkunan yang menjadi masalah bagi kulit.<br />b. Identitas Penanggung jawab<br />2. Riwayat kesehatan :<br />a. keluhan utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien<br />1) Gatal<br />2). Adakah lesi<br />3). Nyeri<br />4). Adakah bercak<br />5). dan panas<br />b. Riwayat kesehatan sekarang : dikembangkan dengan PQRST<br />1) Kapan klien pertama kali mendapatkan masalah kulit ?<br />2) Bagian tubuh mana yang pertama kali kena<br />3) Apakah masalah menjadi lebih baik atau buruk<br />4) Apakah sebelumnya mempunyai kondisi yang sama ? jika ya, dapatkah klien menggambarkan penyebabnya yang spesifik dan bagaimana menggambarkan penatalaksanaannya.<br />5) Apakah masalah yang dialami disertai masalah lain misalnya : panas, gatal, rasa terbakar, muntak, nyeri tenggorokan, dingin dan kaku.<br />c. Riwayat kesehatan masa lalu : <br />1) Apakah klien mempunyai masalah medis baik saat ini maupun sebelumnya ? <br />2) Apakah klien alergi sistemik atau mendapatkan pengobatan topical, jika ya, dapatkah klien menggambarkan reaksinya ?<br />3) Obata apa yang diberikan saat itu, berapa dosisnya, frekwensinya, dan kapan terakhir minum obat ?<br />4) Apakah klien ada alergi terhadap kosmetik ?<br />5) Apakah klien mempunyai alergi makanan ? jika ya, sebutkan jenis makanannya !<br />d. Riwayat kesehatan keluarga :<br />1) Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat alergi ?<br />2) Apakah ada anggota keluarga yang saat ini mempunyai masalah kulit ? jika ada kapan mulai terserang ? sudah berobat atau belum ?<br />e. Genogram<br />1) Perlu untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang mempunyai penyakit keturunan ?<br />2) Untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang menderita penyakit kulit yang menular ? <br />3. Pemeriksaan Fisik<br />Dalam pemeriksaan fisik pada pengkajian system integument teknik yang digunakan yaitu : inspeksi dan palpasi, yaitu untuk memperoleh informasi : warna kulit, skin temperature, sensasi, kelembaban, tekstur, turgor, skin integritas, kebersihan serta kuantitas dan kualitas. <br />a. Warna kulit <br />Teknik yang digunakan adalah inspeksi bagaimana warna kulitnya ? kecoklatan, kebiruan, kemerahan, kekuning-kuningan atau pucat. kulit yang normal bahan dasarnya : melanin, keratin, HB. Jika ditemukan kulit yang pucat disebabkan oleh :<br />1) Anoreksia berat sehingga meningkatkan Heart rate<br />2) Anoreksia berat disertai menurunnya Heart rate<br />3) Sianosis mungkin karena kekurangan O2<br />4) Joundice mungkin adanya peningkatan kadar bilirubin.<br />Ispeksi mengenai vaskularisasi dan perdarahan atau luka pada kulit, jika ada lesi maka identifikasi mengenai :<br />1) Warna<br />2) Tipe dari gangguan : macula , papula, vesikula, borok / tukak, ukuran.<br />3) Konfigurasi / gronjang<br />Inspeksi untuk warna dan pigmentasi : ras harus diperhatikan.Pucat :Anemia sehubungan dengan menurunnya aliran darah pada area tersebut yang diakibatkan oleh perdarahan. Dapat dilihat dari :conjungtoiva, membran mukosa, kuku, telapak tangan,. jika ada kemerahan mungkin ada peningkatan aliran darah pada daerah tersebut karena ada peradangan<br />b. Skin temperature<br />Untuk mengkaji temperature kulit maka yang dapat kita lakukan adalah dengan cara palpasi.Dengan mengkaji temperature kulit kita dapat mengetahui :<br />1) Indikasi yang menunjukan keadaan sirkulasi darah dan suhu tubuh .<br />2) Menurunnya temperature dapat diakibatkan oleh menurunnya aliran darah yang disebabkan oleh aterosklerosis oleh karena thrombus.<br />3) Meningkatnya temperatur oleh factor internal<br />c. Sensasi<br />Salah satu fungsi kulit adalah sebagai perasa, maka kita harus mengkaji sensasi tersebut apakah kilit klien peka terhadap nyeri, sentuhan dan rasa gatal. Tekhnik yang digunakan adalah dengan memeberikam rangsangan pada kulit klien, rangsangan yang diberikan bisa halus atau kasar.<br />d. Kelembaban<br />Untuk melihat kelembaban kita menggunakan teknik inspeksi dan palpasi,Apakah kulitnya basah tau berminyak? Bagaimana keadaanya didaerah telapak tangan, kaki dan muka. Kelembaban kulit tregantung pada : aktifits, temperature, status emosi, usia, latihan, demam, lingkungan, kecemasan,. Kulit berminyak memudahkan timbulnya jerawat, seborrhea. Kulit yang pecah-pecah timbul karena kulit kering. <br />e. Tekstur kulit<br />Kelembutan dan kekasaran kulit dapat dilihat melalui inspeksi, palpasi. Kekasaran dan ketebalan kulit dapat terjadi karena tekanan, friksi dan iritasi.Adanya perubahan tekstur dan ketebalan kulit menunjukan adanya penyakit, misalnya ; kulit kering dan kasar karena hipotyroidism dan kulit lembut serta halus karena hyperthyroidism.<br /><br />f. Turgor kulit<br />Dapat dikaji dengan cara observasi dan palpasi, apabila turgor kulit dinilai jelek makamenunjukan adanya : <br />1) Kurang cairan dan menurunnya jaringan lemak subkutan.<br />2) Berat badannya menurun dan aging menyebabkan kuliut tidak elastis, untuk mengetahui turgor kulit dilakukan dengan cara kita mencubit kulit tersebut ( pada area tertentu ).<br /> Normal : Jika segera kembali.<br /> Abnormal : Lambat, tidak kembali menunjukan <br /> adanya dehidrasi<br /> Edema : Dipalpasi terdapat lekukan.<br />Sedangkan jika terjadi suatu edema pada kulit klien, jika dipalpasi maka kita dapat mengklasifikasikan tingkatan oedema sebagai berikut :<br />1) Barlry Detektable (1+).<br />2) Identasion of les than 5 mm (2+) kurang dari 5 mm.<br />3) Identasion of 5 than 10 mm (3+) diantara 5 sampai 10 mm<br />4) identason of more than 1 cm (4+) lebih dari 4 cm.<br />Bila ada edema maka kulit akan terlihat mengkilat dan tegang<br />g. Integritas kulit<br />Untuk mengkaji atau melihat integritas kulit(keutuhan kulit) dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi yang dikaji adalah apakah lesi atau tidak jika ada bagaimana lokasi, warna, ukuran konfigurasi, morfologi dan perubahan lainnya.<br />h. Rambut<br /> Untuk mengkaji kebersihan rambut, kita menggunakan teknik inspeksi dan palpasi. warna rambut , kebersihan rambut merupakan reaksi dari konsep diri, kebudayaan dan kebisaan.<br />Apakah terdapat pedikulus atau tidak? berketombe/tidak? kaji mengenai tekstur dan kualitas rambut, apakah tekstur rambut berubah, bila berubah menandakan adanya penyakit, misalnya; kulit kering dan kasar karena hipotyroidism dan kulit lembut serta halus karena hyperthyroidism. Dan rambut mudah dicabut adanya malnutrisi. Kuantitas dan warna rambut menandakan status gizi seseorang.<br />i. Kuku<br /> Area yang dikaji pada kuku adalah: warna, contour, konsistensi, kelekatan, palpasi untuk mengetahui CRT (Capillary Refilling Time) pada daerah kuku, normalnya kembali < 3 detik. Kaji ketebalan kuku, karena ketebalan kuku dapat dipengaruhi oleh trauma, inspeksi dan nutrisi.<br /><br />4. Pola aktivitas sehari-hari<br />1). Kaji tentang kebiasaan makan klien sebelum sakit, mengenai jenis makanan yang sering dimakan,dan minuman yang sering diminum. <br />2). Tanyakan apakah ada makanan yang menimbulkan alergi.<br />3). Kaji apakah klien pernah melakukan diet ketat<br />4). Tanyakan pada klien tentang kebiasaan mandi, penggunaan air dan jenis sabun yang biasa digunakan<br />5). Kaji kebiasaan klien apakah suka olahraga. jika ya, tanyakan jenis olahraganya<br />6). Berapa kali klien keramas dalam seminggu<br />7). Apakah klien suka rutin menggunting kuku<br />8). Berapa kali klien ganti baju<br /><br />5. Riwayat Psikososial<br />1). Apa pekerjaan klien?<br />2). Bagaimana kegiatan rekreasinya?<br />3). Dimana klien tinggal, bagaimana lingkungan rumahnya?<br />4). Kaji tentang gaya hidup, suka merokok atau minum alcohol?<br /><br />6. Data Penunjang<br />Dermatologi merupakan keahlian yang orientasinya visual, disamping mendapatkan pasien, pemeriksa juga dapat melakukan pemeriksaan terhadap lesi primer dan sekunder, dan konfigurasi dan kontribusi lesi. prosedur diagnostic tertentu dapat pula digunakan untuk mengenali kelainan kulit, prosedur yang biasanya digunakan yaitu :<br /><br /><br />1) Biopsy <br />a). Punch Biopsy<br />Prosedur sederhana untuk mendapatkan jaringan guna pemeriksaan histopatologis. dipilah lesi yang dewasa tumbuh sempurna, pilih lesi paling awal, dan atap usahakan utuh. <br />b). Shave Biopsy<br />Mengambil bagian kulit yang menonjol atau meninggi bermanfaat untuk biopsy berbagai tumor epidermis.<br />c). Biopsy eksisi cirurgis<br />Untuk mendapatkan jaringan yang meliputi tebalnya kulit misalnya eritema , nodusum.<br />2) Kuret<br /> Cara sederhana untuk pengambilan lesi kulit yang benigna seperti kutil.<br />3) Usapan sitologi<br />Bermanfaat dalam diagnosa penyakit bulosa, erupsi virus yang solid maupun yang vesikuler. <br />4) Kerokan dan biakan jamur<br />Konfirmasi segera terhadap adanya infeksi jamur dengan penemuan organisme secara mikroskopis pada lesi berskuama, dari kulit kepala, sudut mulut, aksila, pantat, dan lain-lain. <br />5) Pemeriksaan dengan sinar wood<br />Untuk menemukan infeksi jamur :<br />a). Mengontrol dan menemukan jamur kulit kepala<br />mikrosporum audovini dan mikrosporum canis akan berfluorsensi hijau kebiruan cerah.<br />b). Penemuan infeksi jamur lain<br />Tinea vesikolor dapat berfluorsensi kuning emas. perubahan pigemn yang menyertai dapt terlihat jelas.<br />c). Penemuan infeksi jamur<br />d). Penentuan kelainan pigmen<br />Sinar ulsi akan berfluorsensi putih kebiruan, digunakan dalam pemeriksaan penderita vertiligo, albilisme, lepra, dan hiperpigmentasi lainnya<br />e). Penentuan obat<br />6) Patch testing<br />Digunakan untuk membuktikan dan menegakkan diagnosa sensitifitas alergi.<br />Hasil yang dinilai adalah sebagai berikut :<br />1 + : Hanya eritema<br />2 + : Ertema dan papula<br />3 + : Eritem dan papula, vesikula kecil<br />4 + : Semua diatas dan vesikulor besar, bulae dan ulserasi<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-21923330343235606302009-08-10T10:11:00.000-07:002009-08-10T10:21:31.487-07:00Askep pada klien Ny. M dengan Gangguan system Endokrin akibat Diabetes Mellitus Type2 dan Ulkus Diabeticum di Ruang Anyelir RSUD CCABSTRACT<br /><br /><br /><br /><br />vii, IV Bab, 87 Halaman, 1 Tabel, 4 Gambar, 5 Lampiran<br /><br />Kasus diabetes mellitus di Ruang Anyelir RSUD Bayu Asih Purwakarta merupakan peringkat ke-7, hal ini perlu mendapatkan perhatian besar karena bisa menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung, payah ginjal, stroke dan gangren apabila penanganannya tidak tepat. Ini merupakan alasan utama yang melatarbelakangi pengambilan judul dalam karya tulis ilmiah ini. Tujuan karya tulis ini agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Metoda yang digunakan adalah deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Diabetes mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan karbohidrat dan lemak yang ditandai dengan kekurangan insulin. Masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. M yaitu : Gangguan metabolisme karbohidrat, gangguan integritas jaringan, gangguan pemenuhan ADL (personal hygiene), ketidakmampuan, resiko tinggi injuri. Perencanaan ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti pemberian insulin, perawatan luka, pemenuhan ADL (personal hygiene), penyuluhan. Pelaksanaan yang dilakukan berupa membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga serta membantu mengatasi masalah yang ditemukan dan menindaklanjuti dari perencanaan keperawatan.<br /><span class="fullpost"> <br />Evaluasi masalah keperawatan yang belum teratasi : gangguan integritas jaringan dan gangguan metabolisme karbohidrat, karena masih perlu memerlukan perawatan lebih lama serta penulis menyerahterimakan tugas kepada perawat ruangan. Kesimpulan askep yang dilakukan pada Ny. M mencakup perawatan luka, meningkatkan pengetahuan klien, pencegahan terjadi injuri, mengontrol gula darah. Tidak semua masalah keperawatan secara teoritis akan dapat ditemukan pada setiap klien, hal ini tergantung dari berat atau tidaknya kondisi klien tersebut. Rekomendasi untuk ruang Anyelir agar meningkatkan kerjasama dengan bagian farmasi dalam penyediaan obat-obatan sehingga dapat optimal dalam memberikan pelayanan.<br /><br />Daftar Pustaka : 16 buah (1979-2001)<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-69232134248501939242009-08-10T09:23:00.000-07:002009-08-10T09:27:49.256-07:00“Asuhan Keperawatan pada klien An. S (5 ½ tahun) dengan MORBILI diruang Kemuning RSUD CC”ABSTRAK<br /><br /><br /><br />IV Bab, vii, 78 Halaman, 2 Tabel, 2 Gambar, 8 Lampiran<br /><br />Asuhan keperawatan pada klien morbili dilatarbelakangi dengan jumlah anak yang menderita. Penyakit morbili yang berjumlah 27 orang (30,9 %) sehingga angka kejadian pada penyakit morbili diruang Kemuning RSUD Bayu Asih begitu tinggi dan terjadi hanya di Indonesia saja serta dapat menimbulkan komplikasi. Tujuan pembuatan karya tulis ini untuk memperoleh pengalaman belajar yang nyata dalam membuat asuhan keperawatan pada klien usia prasekolah dengan morbili secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan, pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Morbili adalah suatu penyakit yang menular melalui droplet infection atau kontak langsung yang bersifat akut dan disebabkan oleh virus, ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium kataralis, stadium erupsi dan stadium konvalensi, tanda dan gejala sesuai dengan terjadinya stadium diantaranya : badan panas, timbul bintik-bintik merah mulai dari muka, lengan atas, dada, punggung dan perut, terakhir pada tungkai bawah. Masalah-masalah yang ditemukan pada klien dengan morbili yaitu gangguan keseimbangan suhu tubuh, pemenuhan nutrisi tidak adekuat, gangguan istirahat tidur, gangguan integritas kulit,<span class="fullpost"> gangguan rasa aman cemas pada anak, gangguan rasa aman cemas pada keluarga, resiko tinggi terjadinya komplikasi bronchopneumoni dapat diatasi dengan proses keperawatan yang komprehensif. Dirumah sakit umum klien dirawat selama 3 hari lalu pulang dengan izin dokter sehingga dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Kondisi klien saat terakhir suhu 36,4oC, batuk hilang, bintik-bintik sudah hilang dan konjungtiva tidak hyperemis. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An. S usia 5 ½ tahun dengan morbili di ruang kemuning rumah sakit Bayu Asih Purwakarta, penulis dapat memberikan saran kepada perawat ruangan agar dapat bekerjasama dengan pihak farmasi untuk penyediaan obat-obatan diruangan dan agar dapat mengatur keberadaan penunggu klien dengan tertib, sedangkan untuk lembaga pendidikan agar melengkapi literatur yang telah ada dengan buku-buku sumber maupun jurnal keluaran tahun terbaru mengenai keperawatan anak.<br /><br /><br />Daftar pustaka : 12 buah (1994-2002)<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-64986204934697397472009-08-09T18:13:00.000-07:002009-08-09T18:16:10.192-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : BPH DAN EPIDIDIMITIS DI RUANG C LANTAI II BEDAH UMUM PERJAN RUMAH SAKIT CCABSTRAK<br /><br /><br /><br />V Bab, viii, 87 Halaman, 1 Tabel, 4 Gambar, 1 Skema, 3 Lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian benigna prostat hiperplasia yaitu sebesar 25 % yang merupakan persentase paling tinggi dari seluruh kasus sistem perkemihan di Ruang C Lantai II Bedah Umum Perjan Rumah Sakit CC. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penanganan yang komprehensif untuk mencegah terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut bahkan untuk mencegah kematian. Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : benigna prostat hiperplasia dan epididimitis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Benigna prostat hiperplasia adalah suatu kondisi dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih yang mengakibatkan tersumbatnya aliran urine dengan tertutupnya orifisium urethra dan biasa terjadi pada pria dengan usia diatas 50 tahun. <span class="fullpost"> Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah perubahan pola eliminasi BAK, gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko kekurangan volume cairan, resiko infeksi, gangguan pemenuhan istirahat tidur, gangguan rasa aman : cemas dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Sedangkan masalah yang ditemukan pada Tn. U adalah gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko tinggi terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, perubahan pola eliminasi BAK dan gangguan rasa aman : cemas. Tidak semua masalah keperawatan secara teoritikal ditemukan pada kasus sehingga perlu dilakukan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dan tidak hanya disesuaikan dengan kerangka teori yang ada. Pada pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat diaplikasikan. Hal tersebut diantaranya yaitu penggantian alat tenun setiap hari dan observasi keluaran urine dalam 24 jam. Masalah yang ditemukan pada klien Tn. U dapat teratasi seluruhnya dalam waktu lima hari sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan benigna prostat hiperplasia dan epididimitis observasi pengeluaran urine sangat diperlukan, sehingga penulis merekomendasikan agar dibuatnya dokumentasi pengeluaran urine setiap shif pada klien dengan benigna prostat hiperplasia.<br /><br />Daftar pustaka : 20 buah (1983-2003).<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-51362725900952351342009-08-09T17:58:00.000-07:002009-08-09T18:08:55.092-07:00Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Integumen : Nyeri Akibat Combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CCABSTRAK<br /><br /><br />4 bab, 73 halaman, 2 lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka gangguan sistem integumen : nyeri akibat combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CC yaitu sekitar 38,8%. Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu dapat mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Tn. A dengan gangguan sistem integumen : nyeri akibat combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CC. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah atau frostbite. Masalah keperawatan dalam teori adalah gangguan rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene, gangguan citra tubuh. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah gangguan rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene. Intervensi yang direncanakan adalah atur posisi tidur yang nyaman sesuai dengan keinginan klien, tinggikan dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur dan dislokasi dengan menggunakan bantal dan selimut, anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi : nafas dalam ketika rasa nyeri timbul. Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan asuhan keperawatan secara langsung adalah pada pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Tn. A yaitu, riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik. Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Tn. A yaitu rasa nyaman nyeri, <span class="fullpost"> kerusakan integritas kulit, Resiko terjadinya infeksi, pemenuhan ADL : personal hygiene. Pada perencanaan terdapat diagnosa nyeri perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resti infeksi. Pelaksanaan yang ada ditahap perencanaan dilakukan tanpa ada hambatan. Semua diagnosa keperawatan yang muncul dapat teratasi. Saran untuk institusi pendidikan yaitu hendaknya pihak institusi pendidikan menyediakan buku-buku tentang combustio, sehingga penulis dapat menggunakan literatur tersebut, untuk perawat ruangan diharapkan dapat melengkapi alat-alat yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien combustio, dan lebih ditingkatkan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan. Untuk klien dan keluarga dapat lebih memahami cara perawatan luka yang baik agar bisa melakukan sendiri pada saat di rumah dengan cara, untuk siswa agar lebih ditingkatkan dalam hal pengkajian dan kemampuan membina hubungan saling percaya dengan klien. <br /><br />Daftar pustaka : 11 buah ( 1999-2009 )<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-741361038254574382009-08-09T17:50:00.000-07:002009-08-09T17:55:53.700-07:00ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. Y DENGAN POST STROKE PADA NY. IASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. Y DENGAN POST STROKE PADA NY. I DI RT 07 RW 12 KELURAHAN AA KECAMATAN BB WILAYAH KERJA PUSKESMAS CC<br />KOTA DD<br />Viii, 4 bab, 84 halaman, 1 tabel, 4 lampiran. <br /><br />ABSTRAK<br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh jumlah stroke yang menurut Yayasan Stroke Indonesia tahun 2004 selalu bertambah 500 ribu jiwa setiap tahunnya dan sekitar 25% atau 125 ribu meningggal, sisanya cacat ringan maupun berat, diperkirakan bahwa terserang dua jiwa dari 1000 jiwa yang berusia 55-64 tahun dalam setahun. Hipertensi merupakan salah satu faktor pencetus stroke, data dari Puskesmas periode Febuari sampai Juli 2004 menunjukan jumlah hipertensi sebesar 1443 jiwa. Berdasarkan data di atas maka diperlukan penanggulangan untuk mencegah timbulnya stroke. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memperoleh pengalaman nyata dalam asuhan <span class="fullpost">keperawatan keluarga dengan stroke secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual. Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah deskriptif berbentuk studi kasus. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Pada pengkajian ditemukan masalah dengan kerusakan mobilitas fisik dan resiko terjadinya stroke berulang. Tindakan yang telah di lakukan adalah memberikan penyuluhan, memberi motivasi dan mendemontrasikan penggunaan garam pada makanan dan mobilisasi pada klien. Hasil yang sudah tercapai dalam pembinaan keluarga adalah meningkatnya pengetahuan tentang stroke dan hipertensi juga dalam latihan mobilisasi, dan kemauan dalam mengambil keputusan yang tepat, dan keterampilan dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat keluarga dengan stroke memerlukan kerjasama yang baik dengan semua pihak yang terkait, dengan demikian penanganan untuk selanjutnya diserahkan pada pihak keluarga dan Puskesmas.<br /><br /> Kepustakaan 16 buah (1989-2004) <br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-23986904586509694152009-08-09T17:41:00.000-07:002009-08-09T17:45:19.948-07:00ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN TB PARU PADA TN.AABSTRAK<br /><br />ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN TB PARU PADA TN.A<br />DI RT.07 RW 08 KELURAHAN AA KECAMATAN BB WILAYAH KERJA PUSKESMAS CC<br /><br /><br /><br />vii dan 114 halaman, 4 bab, 4 lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh masih cukup tingginya kejadian TB paru di Jawa Barat. Tahun 2003, tercatat 33.451 orang yang dinyatakan penderita baru TB paru, dan 269 orang yang harus menjalani pengobatan ulang. Di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki kejadian TB paru masih tinggi ditandai masih adanya yang terdeteksi TB paru setiap bulannya. Periode bulan Februari sampai Juli 2005 terdapat 27 pasien baru BTA (+). Tujuan karya tulis ini adalah untuk memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru secara komperehensif. Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah deskriftif berbentuk studi kasus. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, <br /><span class="fullpost">pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Dari hasil pengkajian ditemukan masalah keperawatan pada Tn.A yaitu gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan resiko penularan penyakit TB paru pada anggota keluarga lain. Tindakan yang telah dilakukan adalah penyuluhan kesehatan pada keluarga tentang gangguan nutrisi dan menu seimbang TKTP, penularan TB paru dan cara pencegahan penularan pada orang lain, demonstrasi pembuatan sputum pot, dan memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Hasil yang telah dicapai adalah meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi keluarga. Secara umum pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.A sesuai dengan perencanaan. Tetapi ada tindakan yang belum mencapai hasil maksimal, adapun yang belum tercapai adalah penggunaan sarana pelayanan kesehatan oleh keluarga. Karenanya penulis menyarankan untuk melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas untuk tindak lanjut perawatan dan pengobatan.<br /><br /><br /><br />Daftar Pustaka, 13 buah ( 1995-2004 )<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-57314504493571790042009-08-09T09:22:00.000-07:002009-08-09T09:33:41.385-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA By Ny. W ( 29 Hari )BBLR dengan SEPSIS<span class="fullpost"><br />ABSTRAK<br /><br />Viii, 4 bab, 87 hal, 1 tabel, 3 lampiran.<br />Karya tulis ini dilatar belakangi oleh angka kejadian kasus BBLR dengan Sepsis di Ruang A1 Perjan Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung pada 6 bulan terakhir periode februari s.d 12 agustus 2005 yang berjumlah 1 (2,38%). Hal ini merupakan jumlah yang sedikit tetapi menyebabkan dampak yang besar sehingga membutuhkan penanganan yang serius agar tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut di masa yang akan datang. Adapun tujuan pembuatan Karya Tulis ini adalah mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu metode untuk menggambarkan dan menganalisa kasus. BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Sedangkan Sepsis yaitu infeksi sistemik berat pada masa neonatal dengan tanda-tanda klinis minimal 4 gejala dan kultur/perbenihan darah didapatkan kuman (+). Menurut teori Diagnosa Keperawatan yang muncul secara konsep adalah : pola nafas tidak efektif, termoregulasi tidak efektif, Resiko tinggi infeksi, perubahan nutrisi, Resiko kekurangan atau kelebuhan cairan, Resiko tinggi gangguan integritas kulit, resiko tinggi cedera, Nyeri, Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan proses keluarga, Antisipasi berduka. Intervensi yang telah dilakukan adalah : merawat bayi dalam inkubator, memberikan minum bayi sesuai kebutuhan, memberikan terapi antibiotik sesuai order medis, pemberian penkes. Kesimpulan yang dapat diambil dalam tahap pengkajian penulis dapat melakukan pengumpulan data secara akurat dan menyeluruh, dalam tahap perencanaan penulis harus melihat literatur yang sesuai dengan kasus. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan, semua dapat dilakukansesuai dengan masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien. Pada tahap evaluasi masalah keperawatan dapat teratasi sebagian selama penulis merawat klien selama 5 hari, Selanjutnya klien memerlukan penanganan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah yang belum teratasi dan melanjutkan follow up. Saran yang dapat penulis sampaikan : Perlu adanya penambahan buku sumber mengenai keperawatan anak.<br /><br />Daftar Pustaka 20 buku ( 1991 – 2003 )<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-42308149155797343922009-08-09T08:29:00.001-07:002009-08-09T09:21:48.498-07:00GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN: POST CRANIOTOMY DEKOMPRESI ATAS INDIKASI MODERAT HEAD INJURY DISERTAI SUBDURAL HEMATOMA FRONTO TEMPORO PARIETAL DEXTRAABSTRAK<br /><br /><br /><br />vii, IV bab, 118 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 3 lampiran<br /><br />Penulisan karya tulis ini dilatar belakangi oleh kompleknya masalah dan dampak yang dapat terjadi pada klien dengan trauma kepala disamping tingginya angka kejadian trauma kepala (81,79%). Tujuan karya tulis ini adalah Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada klien gangguan persyarafan akibat trauma kepala dengan menggunakan teknik penulisan metode deskriptif berbentuk studi kasus, yang terdiri dari 4 BAB, yaitu: pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus dan pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.Trauma kepala adalah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis. Pada kasus Tn.D berdasarkan hasil analisa data didapatkan masalah keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif, Resiko terjadinya peningkatan intrakranial, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan pemenuhan ADL, perubahan pola eliminasi: BAK, resiko terjadinya infeksi, resiko terjadinya injuri dan gangguan rasa nyaman: pusing. Fokus tindakan dilakukan untuk mencegah peningkatan intrakranial, pemenuhan kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya injuri. <span class="fullpost">Hampir semua masalah yang muncul pada klien dapat teratasi kecuali masalah gangguan rasa nyaman: pusing, gangguan pemenuhan ADL dan resiko terjadinya infeksi hanya teratasi sebagian. Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini yaitu diperlukan keterlibatan dan kerjasama dengan keluarga klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penurunan kesadaran yang disertai gelisah, untuk itu penulis merekomendasikan agar perawat dan keluarga klien dapat bekerjasama terutama dalam mencegah injuri serta ditunjang oleh sarana yang memadai, antara lain tersedianya bed plang.<br /><br />Daftar Pustaka 17 buah (1995 – 2003)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-20678616902394594682009-08-09T08:25:00.004-07:002009-08-09T08:28:54.446-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.W DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : AKIBAT MILD HEAD INJURY DISERTAI OPEN LINEAR FRAKTUR FRONTAL DEXTRAABSTRAK<br /><br /><br /><br />vii, IV bab, 99 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 3 lampiran<br /><br />Penulisan karya tulis ini dilatar belakangi oleh kompleknya masalah dan dampak yang dapat terjadi pada klien dengan trauma kepala disamping tingginya angka kejadian trauma kepala yang dirawat di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung (89,94%). Tujuan karya tulis ini adalah Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada klien gangguan persarafan akibat trauma kepala dengan menggunakan tekhnik penulisan metode deskriptif berbentuk studi kasus, yang terdiri dari 4 BAB, yaitu: pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.<br /><span class="fullpost"> <br />Trauma kepala adalah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis. Pada kasus Tn.W berdasarkan hasil analisa data didapatkan masalah keperawatan yang muncul yaitu ganggaun rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan pemenuhan ADL, kebutuhan pengetahuan mengenai cara perawatan luka dan kecemasan keluarga. Fokus tindakan dilakukan untuk menanggulangi rasa nyaman nyeri, memenuhi kebutuhan nutrisi dan pemenuhan kebutuhan ADL. Semua masalah yang muncul pada klien dapat teratasi. Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini yaitu diperlukan keterlibatan dan kerjasama dengan keluarga klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, untuk itu penulis merekomendasikan agar perawat dan keluarga klien dapat bekerjasama terutama dalam membantu mengatasi masalah yang muncul pada klien yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.<br /><br />Daftar Pustaka 14 buah (1994 – 2002)<br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-30592320612006393902009-08-09T08:17:00.000-07:002009-08-09T08:23:30.747-07:00GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI DENGAR AKIBAT SKIZOFRENIA HEBEFRENIKABSTRAK <br />viii, IV bab, 107 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 8 lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatar belakangi oleh tingginya angka kejadian gangguan jiwa skizofrenia hebefrenik yaitu sebanyak 229 klien (56,7 %) dari 404 klien. Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi halusinasi akibat skizofrenia hebefrenik dengan menggunakan tahapan proses keperawatan. Metode penulisan yang digunakan yaitu deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus. Skizofrenia hebefrenik disebut juga skizofrenia disorganisasi dimana terjadi perubahan afek yang tidak sesuai, adanya perilaku regresi dan primitif, menarik diri secara ekstrim, komunikasi inkoherensia, dan sering dijumpai waham serta halusinasi dan ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan dasar manusia.<span class="fullpost"><br />Faktor pencetus disebabkan oleh biologis, psikologis dan sosial budaya. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah dan dirumuskan kedalam diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai orang lain dan lingkungan, koping individu tidak efektif serta defisit perawatan diri. Tindakan yang dilakukan yaitu cara mengontrol halusinasi, menggunakan koping yang konstruktif dan meningkatkan motivasi perawatan diri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, hampir semua masalah teratasi, kecuali 5 prinsip benar dalam penggunaan obat, klien baru sebagian mengingat nama dan dosis obat dikarenakan daya ingatnya sudah menurun akibat usia yang sudah lanjut. Untuk mengatasi hal tersebut Penulis melakukan koordinasi dengan perawat ruangan untuk tetap memberikan motivasi cara minum obat yang benar sesuai dengn jadwal yang telah dibuat dengan klien, selain itu Penulis menyarankan mengenai penyediaan ruangan untuk kegiatan Mahasiswa guna memperlancar pelaksanaan asuhan keperawatan serta perlunya memfasilitasi setiap klien dengan peralatan kebersihan diri.<br /><br />Daftar Pustaka : 12 Buku ( 1993 – 2004 )<br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-15141387182542890162009-07-26T20:10:00.000-07:002009-07-26T20:16:24.563-07:00POST PARTUM MATURUS DENGAN SECSIO SESARIAABSTRAK<br /><br /><br />ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M P2A1 POST PARTUM MATURUS DENGAN SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI CEFALO PELVIK DISPROPORTION HARI KE DUA S.D HARI KE TUJUH DI RUANG DEBORA <br />RUMAH SAKIT LLL<br /><br />viii, 4 bab, 101 halaman, 4 lampiran<br /><br />Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh cukup banyaknya jumlah ibu post partum dengan seksio sesarea atas indikasi CPD dirumah sakit immanuel, yaitu 17,5% dan kompleksnya masalah yang ditimbulkan oleh tindakan seksio sesarea terhadap ibu maupun janin. Tujuan penulisan karya tulis ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien post partum maturus dengan seksio sesarea atas indikasi CPD secara komprehensif. Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah deskriptif berbentuk studi kasus. Saat pengkajian klien tidak kooperatif, namun penulis tidak bosan melakukan pendekatan yang akhirnya klien percaya dan ditemukan beberapa masalah, diantaranya: gangguan rasa nyaman: nyeri, resiko tinggi infeksi, resiko tinggi gangguan laktasi, gangguan pemenuhan ADL, dan ketidakmampuan klien memilih jenis kontrasepsi. Tindakan yang telah dilakukan: memberi penyuluhan, mengganti balutan, memberi motivasi, dan mendemonstrasikan cara perawatan payudara. Hasil yang sudah tercapai dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu meningkatnya<span class="fullpost"> pengetahuan klien, keterampilan dalam perawatan payudara, dan perawatan luka, yang belum tercapai yaitu resiko infeksi, penulis memotivasi klien untuk tetap melakukan perawatan luka sampai sembuh dan mengidentifikasi adanya tanda-tanda infeksi. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori muncul pada kasus dilapangan, karena manusia adalah mahluk yang unik, sehingga respon yang timbul pada satu individu akan berbeda dengan individu yang lain. Saran bagi adik kelas, jangan bosan melakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik pada klien tidak kooperatif, untuk institusi, agar memperbanyak buku-buku literatur untuk bahan referensi sebagai acuan mahasiswa dalam proses belajar dan penyusunan karya tulis, serta bagi perawat agar selalu melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan ke dalam status klien sehingga data mudah didapat. <br /><br />Kepustakaan 18 sumber (1986-2005)<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-31812519983823114532009-07-26T18:47:00.000-07:002009-07-26T18:52:06.605-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK C DENGAN POST DEBRIDEMENTABSTRAK<br /><br />ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK C. (11TAHUN) DENGAN POST DEBRIDEMENT ATAS INDIKASI SKIN DEGLONING + CLOSE FRAKTUR METATARSAL I DAN III PEDIS DEXTRA DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PERJAN HASAN SADIKIN BANDUNG<br /><br />ix, 4 BAB, 91 Halaman, 3 Gambar, 1 Lampiran<br /><br />Latar belakang dari penulisan karya tulis ini adalah adalah berdasarkan pada angka kejadian anak yang mengalami Fraktur dan Skin Degloving di ruang Cempaka RS Perjan Hasan Sadikin Bandung yang mengakibatkan kecacatan sehingga memerlukan perawatan khusus. Tujuan dari karya tulis ini adalah agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien usia sekolah (11 tahun) dengan Post Debridement atas indikasi Skin Degloving dan Close Fraktur Metatarsal I dan III Pedis Dextra secara komprehensif meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Sistematika penulisan terdiri dari 4 Bab. <span class="fullpost"><br />Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan Skin Degloving adalah kehilangan jaringan kulit yang luas, dimana salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi pada kasus tersebut, yaitu dengan Debridement. </span><br /><span class="fullpost"></span><br /><span class="fullpost">Masalah yang mungkin muncul pada kasus ini adalah, Gangguan rasa nyaman nyeri, Gangguan personal hygiene, Keterbatasan mobilisasi fisik, Gangguan pemenuhan personal hygiene, Resiko tinggi infeksi, Resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus: gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan personal hygiene, resiko infeksi, Gangguan asupan makanan, resiko kontraktur .Setelah dilakukan intervensi dari masalah yang ada 3 masalah belum teratasi yaitu masalah gangguan rasa nyaman nyeri, resiko infeksi, dan gangguan asupan nutrisi. Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dalam penanganan kasus ini adalah perlunya melibatkan keluarga secara aktif karena kasus ini memerlukan waktu yang lama untuk sembuh sehingga perlu perawatan yang lama. Saran ditujukan untuk keluarga, perawat dan pihak akademik<br /><br /><br />Daftar Pustaka : 23 buah (1983-2003)<br /><br /><br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-11544113722258225172009-07-16T06:53:00.000-07:002009-07-16T07:01:11.990-07:00ASKEP DENGAN ULKUS KORNEAA. Pengertian<br />Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112)<br />IB. Etiologi<br />Faktor penyebabnya antara lain:<br /> Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya<br /> Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka<br /> Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.<br /><span class="fullpost"><br /> Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun.<br /> Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.<br /><br />Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :<br /> Bakteri<br />Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.<br /> Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola<br /> Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium<br /> Reaksi hipersensifitas<br /> Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin)<br />(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)<br />C. Tanda dan Gejala<br />- Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea.<br />- Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.<br />- Fotofobia<br />- Rasa sakit dan lakrimasi<br />(Darling,H Vera, 2000, hal 112)<br /><br />D . MACAM-MACAM ULKUS KORNEA SECARA DETAIL<br />Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :<br />1. Ulkus kornea sentral meliputi:<br />a. Ulkus kornea oleh bakteri<br />Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :<br />- Streptokokok pneumonia<br />- Streptokokok alfa hemolitik<br />- Pseudomonas aeroginosa<br />- Klebaiella Pneumonia<br />- Spesies Moraksella<br />Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah :<br />- Stafilokukkus epidermidis<br />- Streptokokok Beta Hemolitik<br />- Proteus<br /><br /> Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok<br />Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah :<br />- streptokok pneumonia (pneumokok)<br />- streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0<br />- streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)<br />- streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)<br />Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas.<br />Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.<br />Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok<br />Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia<br />Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intra vena<br /><br /> Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus<br />Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik).<br />Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.<br />Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus<br />Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.<br /><br /> Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas<br />Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak.<br />Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas<br />Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.<br />Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena.<br /><br />b. Ulkus kornea oleh virus<br />Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.<br /><br />c.Ulkus kornea oleh jamur<br />Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :<br />- Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang<br />- Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup.<br />- Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.<br />Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.<br />Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal.<br />Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid.<br />Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.<br /><br />2. Ulkus marginal<br />Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.<br />Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif.<br /><br /><br />a. Ulkus cincin<br />Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.<br />Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.<br />Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.<br />b. Ulkus kataral simplek<br />Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-au dengan subu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus dtepiya terlihat bagian yang bening.<br />Terjadi ada pasien lanut usia.<br />Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.<br />c. Ulkus Mooren<br />Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.<br />Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.<br />Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.<br />Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.<br />(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)<br /><br />E. Penatalaksanaan :<br />Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel.<br />F. Pemeriksaan Diagnostik :<br />a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )<br />b. Lapang penglihatan<br />c. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 12 - 25 mmHg<br />d. Pemeriksaan oftalmoskopi<br />e. Pemeriksaan Darah lengkap, LED<br />f. Pemeriksaan EKG<br />g. Tes toleransi glukosa<br /><br />G. Pengkajian :<br />a. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas<br />b. Neurosensori : penglihatan kabur, silau<br />c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/tekanan pada & sekitar mata<br />d. Keamanan : takut, ansietas<br /><br />(Dongoes, 2000)<br /><br />Diagnosa Keperawatan :<br />a. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat<br />Intervensi Keperawatan:<br />- Kaji derajat dan durasi gangguan visual<br />- Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru<br />- Jelaskan rutinitas perioperatif<br />- Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu<br />- Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.<br />b. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan<br />Intervensi Keperawatan :<br />- Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil<br />- Orientasikan pasien pada ruangan<br />- Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan<br />- Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma<br />- Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata<br />c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator<br />Intervensi Keperawatan :<br />- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep<br />- Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul<br />- Kurangi tingkat pencahayaan<br />- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat<br />d. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan<br />Intervensi Keperawatan :<br />- Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter<br />- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat<br />- Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan<br />- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-24917829668943851692009-07-16T06:30:00.000-07:002009-07-16T06:42:30.882-07:00ASKEP CURIGAA. Proses terjadinya masalah.<br /> Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.<span class="fullpost"><br /><br /><br /> Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi. Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas. <br /> Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.<br /><br /><br />B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga.<br /> Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).<br /> Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.<br /> Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)<br /> Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien)<br /> Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)<br /> <br />PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN<br /><br /> Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran. <br />Diagnosa keperawatan I<br />Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />Intervensi :<br />1. Membina hubungan saling percaya dengan klien .<br />2. Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.<br />3. Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.<br />4. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah.<br />5. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.<br />6. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah.<br />7. Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif.<br />8. Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.<br />Evaluasi :<br />• Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.<br />• Berespon secara verbal.<br />• Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.<br />• Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.<br />• Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.<br />• Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik.<br />• Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.<br />Tindak lanjut :<br />• Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.<br />Diagnosa keperawatan II<br />Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.<br />Intervensi :<br />1. Membina hubungan saling percaya.<br />2. Bersikap empati pada klien.<br />3. Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .<br />4. Mengadakan kontak sering dan singkat.<br />5. Meningkat respom klien terhadap realita.<br />6. Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien.<br />7. Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.<br />Evaluasi :<br />• Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.<br />• Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.<br />Tindak lanjut:<br />• Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.<br />Diagnosa Keperawatan III<br />Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.<br />Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.<br />Intervensi :<br />1. Memperhatikan tentang kebersihan klien .<br />2. Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.<br />3. Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.<br />4. Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.<br />Tindak lanjut :<br />• Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.<br />• Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-1902903146241973012009-06-20T23:13:00.000-07:002009-06-20T23:17:14.837-07:00DEKUBITUSPENDAHULUAN<br />Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi.<br />Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas.<br />Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur.<br />Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita.<br />Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.<br />Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus.<span class="fullpost"><br /><br />Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.<br />Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.<br />Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:<br />• Berkurangnya jaringan lemak subkutan<br />• Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin<br />• Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.<br /><br /><br />TIPE ULKUS DEKUBITUS<br />Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;<br />1. Tipe normal<br />Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.<br />2. Tipe arterioskelerosis<br />Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.<br />3. Tipe terminal<br />Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.<br /><br />PATOFISIOLOGI TERJADINYA DEKUBITUS<br />Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.<br />Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.<br />Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat memudahkan terjadinya dekubitus;<br />• Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring<br />• Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.<br />Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.<br />Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.<br />Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah.<br />Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.<br />Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya dekubitus antara lain; <br /><br />FAKTOR INTRINSIK<br />• Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)<br />• Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.<br />• Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.<br />• Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.<br />• Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight<br />• Anemia<br />• Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar albumin darah menurun<br />• Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan meperjelek dekubitus<br />• Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.<br /><br />FAKTOR EKSTRINSIK<br />• Kebersihan tempat tidur, <br />• alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.<br />• Duduk yang buruk <br />• Posisi yang tidak tepat<br />• Perubahan posisi yang kurang<br /><br /><br /><br />PENAMPILAN KLINIS DARI DEKUBITUS<br />Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut;<br />Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.<br />Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.<br />Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.<br />Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.<br /><br />Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada daerah-daerah tonjolan tulang, harusla diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami dekubitus adalah lelih luas dari ulkusnya.<br /><br />PENGELOLAAN DEKUBITUS<br />Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya pada penderita yang immobil dan konfusio.<br />Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan penderita <br />Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita.<br /><br /><br />Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:<br />1. Meningkatkan status kesehatan penderita;<br />umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.<br />khusus; coba mengatasi/mengoabati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM.<br />2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah;<br />a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.<br />b. Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat ruasak)<br />c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain;<br />• Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinakan untuk duduk dikursi.<br />• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit, <br />• Diluar negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai alas tubuh penderita.<br />Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita, khsusnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan lebih rumit.<br /><br /><br />Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:<br />1. Dekubitus derajat I<br />Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis; <br />kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, <br />kemudian dimassase 2-3 kali/hari.<br />2. Dekubitus derajat II<br />Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; <br />Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. <br />Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. <br />Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi, <br />Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.<br />3. Dekubitus derajat III<br />Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi; <br />Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. <br />Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. <br />Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. <br />Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. <br />Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.<br /><br /><br />4. Dekubitus derajat IV<br />Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik;<br />Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan , sebaba akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.<br />Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.<br />Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada daerah luka, <br />Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.<br />Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%.<br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-8395901765053775802009-06-20T23:06:00.000-07:002009-06-20T23:13:13.391-07:00Senam Nifas<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu3ukNCIvlb92jYeMRF8UmakdZR5DGyhXZDFvBNyMWYjhnmjDVNX4orvkUkZAAH_YupHixk_0be_mreEJtrzCaYTa71YVDN_KNbkdtxPIBExjIXXbNUh_hygChr4jiCC1lFbVJADidvDs/s1600-h/senam+nifas.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5349659899330209890" style="FLOAT: right; MARGIN: 0px 0px 10px 10px; WIDTH: 130px; CURSOR: hand; HEIGHT: 90px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu3ukNCIvlb92jYeMRF8UmakdZR5DGyhXZDFvBNyMWYjhnmjDVNX4orvkUkZAAH_YupHixk_0be_mreEJtrzCaYTa71YVDN_KNbkdtxPIBExjIXXbNUh_hygChr4jiCC1lFbVJADidvDs/s320/senam+nifas.jpg" border="0" /></a>Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah yang dialami oleh seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap sebagai peristiwa yang mencemaskan. Bagi ibu hamil segala sesuatu yang berada disekitar hidupnya akan berpengaruh langsung pada dirinya. Yang jelas misalnya alat-alat rumah tangga yang serba praktis dan modern, alat angkut, alat pembersih rumah tangga dan lain-lain, yang tidak menggunakan tenaga kerja jasmani sehingga otot-otot dan sendi dalam tubuh makin tidak efisien kerjanya. Sehingga otot-otot dan sendi akan kaku tidak elastis dan lemah. Padahal bagi ibu yang melahirkan dibutuhkan oto-otot dan sendi yang kuat dan elastis. <span class="fullpost">Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara adalah mengikuti senam. Begitu juga dengan ibu seterlah melahirkan supaya otot-otot dan tubuhnya cepat kembali segar dianjurkan mengikuti senam setelah melahirkan yang akan banyak manfaatnya bagi ibu setelah melahirkan. Keterangan lengkap tentang senam Nifas <a href="http://www.ziddu.com/download/5277704/senamnifas.doc.html">disini</a><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-73569550172321517292009-06-13T00:43:00.000-07:002009-06-13T01:02:34.891-07:00karyatulisilmiahkeperawatan.com????Pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan salah satu pendidikan tinggi Keperawatan yang mempunyai tujuan menghasilkan tenaga Perawat Profesional Pemula dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan. Untuk melaksanakan proses pendidikan sangat diperlukan kurikulum sebagai pedoman dan arah dalam interaksi mahasiswa dengan seluruh sumber-sumber belajar sehingga dapat dicapai kualitas lulusan yang handal.<br />Karya Tulis Ilmiah atau skripsi merupakan tugas akhir seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan dalam jenjang Diploma III dan Sarjana. Dalam membuat tugas tersebut harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Kaidah tersebut sangat penting sehingga siapun apakah calon peneliti atau peneliti, pembimbing dan penguji harus mentaati kaidah pembuatan tersebut. Kaidah tersebut disusun untuk menyamakan cara penulisan sehingga tercipta sebuah panduan penyusunan karya tulis ilmiah<br /><span class="fullpost"> <a href="http:karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com"><img src="http://i107.photobucket.com/albums/m305/asfa_kuwait/bannerkti2.gif" border="0" alt="banner kti"></a><br />Beberapa langkah penyusunan karya tulis ilmiah keperawatan adalah Pengajuan Outline dan Judul Penelitian dengan mengikuti kaidah atau syarat dan Ketentuan Outline itu sendiri yang akan diserahkan ke pembimbing . Selanjutnya pembimbing akan menyetujui proposal yang diajukan oleh setiap mahasiswa sesuai kerangka Sistematika Proposal <br />Pada kesempatan ini karyatulisilmiahkeperawatan.com hadir dengan memberikan solusi dari begitu banyaknya tugas yang dialami mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan tugas akhir perkuliiahan.<br /><br />Apa saja yang ada di karyatulisilmiahkeperawatan.com???? Karyatulisilmiahkeperawatan.com mencoba hadir dengan ilmu keperawatan sesuai dengan kerangka Sistematika Proposal meliputi; Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Kata Pengantar Daftar Isi , Daftar Tabel , Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Lampiran <br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-39665246806543373152009-06-13T00:27:00.000-07:002009-06-13T00:29:15.614-07:00Test dan diagnosa FaringitisUmunya faringitis ringan, sehingga tidak memerlukan penanganan serius; palagi jika tidak terjadi infeksi. Perhatikan tanda-tanda terjadi infeksi, seperti dahak yang berwarna kuning atau hijau. Hal ini diperlukan untuk mencegah pemberian antibiotic yang tidak perlu. Jika tidak parah, cukup diberi obat simptomatis. Untuk beberapa kasus ketika infeksi makin serius, perlu dilakukan kultur tenggorokan, untuk mengetahui penyebab faringitis. Sehingga dapat segera diambil tidakan tepat. Jika ternyata ditemukan kuman berbhaya seperti GABHS. <br /><br />Kultur tenggorokan adalah metod konvensional untuk menegakan diagnois infeksi streptokok. Pada pasien faringitis streptokokal yang tidak diobati, kultur tenggorok (pengambilan sampel pada tonsil dan faringposterior) menunjukan hasil yang hamper selalu positif. Cara ini memiliki sensitifitas 90-95%. Sayangnya, kultur tidak dapat diandalkan untuk membedakan antara infeksi streptokokal akut dengan carrier streptokokal, yang juga terinfeksi pathogen lain. Infeksi streptokokal pada faringeal adalah temuan umum, kususnya pada anak usia sekolah.<br /><span class="fullpost"> <br /><br />Jumlah streptokok dalam jumlah sampel tenggorok tidak dapat digunakan untuk membedakan carrier dari infeksi, karena pertumbuhan kecil dapat diasosiasikan dengan infeksi sebenarnya. Hasil kultur tenggorok yang negative bias dijadikan acuan, untuk menghentikan terapi antibiotic pada sebagian besar pasien dengan radang tenggorokan. Kultur tenggorok sebaiknya dibaca dalam 24 jam. Jika negtif, jika negatife sebaiknya diinkubasi 24 jam berikutnya agar mendapatkan sensitifitas optimal guna mendeteksi GABHS.<br /><br />Sementara jika terdapat pseudomembran dan terjadi pendarahan saat pengangkatan membrane, dapat dikatakan pasien menderita difteria. Abnormalitas neurologis seperti palatine palsy merupakan petunjuk penting untuk diteria, dalam kasus tanpa pseudomembrane. Sebaiknya lakukan smear dan kultur untuk corynebacterium diphtheria. (diambil dari Majalah ETHICAL DIGEST edisi 46)<br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-34601988257449015442009-06-13T00:11:00.000-07:002009-06-13T00:27:23.889-07:00Askep FARINGITIS<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyoQiFKe8LRS_VpFQziWzAPSwdTRQXHr_cU0G4ZbkdPkSRhFZyiSghA6a799cEQltLRRhRdulPOSAG9RLRrp83xkhg89d4-IZykctr9uZgyZp9uuakdpyIAhCq4j_DCOnQE7ZJZ1yzbfA/s1600-h/faringitis.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 124px; height: 99px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyoQiFKe8LRS_VpFQziWzAPSwdTRQXHr_cU0G4ZbkdPkSRhFZyiSghA6a799cEQltLRRhRdulPOSAG9RLRrp83xkhg89d4-IZykctr9uZgyZp9uuakdpyIAhCq4j_DCOnQE7ZJZ1yzbfA/s400/faringitis.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5346708791575499810" /></a><br />Faringitis Adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000). Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit ini dapat sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis , varisela, arthritis, atau radang bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.<span class="fullpost"> <br />Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Selengkapnya klik <a href="http://www.ziddu.com/download/5169209/ASKEPFARINGITIS.doc.html">disini</a><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-31536069055459130562009-06-12T15:46:00.000-07:002009-06-12T15:52:18.343-07:00Kasus Malpraktik Bisa Dikenakan pada PerawatPROLONGED arm, "Extended role" doctrine. Istilah-istilah ini begitu dikenal selama beberapa dekade lalu di negara-negara Anglo Saxon. Sementara itu, di Benua Eropa muncul pula Verlengde arm theorie. Apakah maksudnya? Tak lain dari julukan bagi seorang perawat yang diterjemahkan menjadi "perpanjangan tangan dokter".Perawat yang berada di rumah sakit selama 24 jam diharuskan menggantikan dokter dalam merawat pasiennya, selama dokter itu tidak bertugas. Meski begitu, perawat hanya diberi wewenang yang sangat kecil untuk itu. Sebagai perawat, ia tidak boleh secara langsung memberikan pengobatan, kecuali sebelumnya sudah mendapat instruksi tertulis pada rekam medik.<span class="fullpost"> <br /><br />Sebagai contoh, dalam ketentuan yang dikeluarkan Kansas Supreme Court Amerika Serikat pada tahun 1964 disebutkan, fungsi utama seorang perawat adalah mengobservasi dan mencatat gejala dan reaksi pasien. Perawat tidak diperkenankan memberikan kesimpulan hasil diagnosa atau perawatan penyakit pada pasien.<br />Pandangan tersebut kemudian mengalami perubahan dua dekade kemudian, yaitu ketika pengadilan banding di New York pada tahun 1985 mengakui pandangan modern bahwa perawat bukan lagi menjadi petugas kesehatan yang pasif, tetapi penyedia jasa perawatan kesehatan yang desisif dan asertif. <br />Dalam lingkup modern dan pandangan baru itu, selain adanya perubahan status yuridis dari "perpanjangan tangan" menjadi "kemitraan" atau "kemandirian", seorang perawat juga telah dianggap bertanggung jawab hukum untuk malpraktik keperawatan yang dilakukannya, berdasarkan standar profesi yang berlaku. Dalam hal ini dibedakan tanggung jawab untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian, yaitu malpraktik medik atau keperawatan. <br /><br /><br />Sebelumnya, ada perbedaan yang jelas antara peran kedua tenaga medis itu. Dokter menangani pengobatan, sedangkan perawat mengurus perawatannya. Dengan wewenang lebih banyak dipegang dokter maka tanggung jawab selama ini juga diemban oleh dokter.<br />Kini para perawat diperkenankan melakukan tugas-tugas dokter. Karena itu, mereka pun dapat terkena gugatan hukum bila terjadi akibat negatif dari pelayanannya kepada pasien. Selama ini dalam tindakan sehari-hari di rumah sakit, seorang perawat bisa saja melakukan berbagai kesalahan, misalnya keliru memberikan obat atau salah dosis, salah membaca label, salah menangani pasien, dan yang lebih berat lagi adalah salah memberikan tranfusi darah sehingga mengakibatkan hal yang fatal.<br />Sejalan dengan adanya perubahan tanggung jawab, kesalahan itu harus ditanggung oleh perawat. Hal ini telah dijalani perawat di beberapa negara. Sebagai contoh, di Memphis County Hospital pada tahun 1986 seorang perawat digugat karena memberikan suntikan Lidocaine over dosis kepada pasiennya sehingga mengakibatkan pasien bersangkutan meninggal. Sementara itu, perawat di Ohashi Hospital pada Agustus tahun 2000 lalu menemui nasib yang sama. Ia disalahkan karena menyebabkan kematian bayi baru lahir karena kesalahan melakukan tindakan medis. <br /><br /><br />Dengan berlakunya ketentuan baru, kesalahan dalam operasi atau pembedahan juga menjadi tanggung jawab perawat yang mendampingi dokter di kamar operasi. Teori bahwa dokter bedah harus mengontrol semua aktivitas yang dilakukan di kamar bedah sudah tidak realistis lagi pada waktu sekarang. <br />Sebelumnya memang dianut doktrin "captain of the ship", yaitu dokter bedah harus bertanggung jawab bila selama operasi terjadi sesuatu hal di kamar bedah, termasuk terhadap kelalaian atau kesalahan perawat bedah. Pada ketentuan lama, perawat memang dianggap sebagai tenaga yang dipinjamkan (borrowed servant) oleh rumah sakit kepada dokter bedah. <br /><br /><br />Kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan malpraktik memang bisa menimbulkan berbagai konsekuensi hukum yang harus ditanggung perawat dengan adanya perubahan status mereka. Dari aspek pidana ini bisa-bisa mereka terkena hukuman badan atau kurungan. Dan, dari sisi perdata, pasien bisa menuntut ganti rugi; dari segi profesi, mungkin terkena sanksi dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan atau Keperawatan menyangkut etik dan disiplin. Dan, dari rumah sakit, perawat bisa di-PHK-kan kalau sampai terjadi sesuatu yang merugikan majikannya.<br /><br />BAGAIMANA peran perawat di Indonesia? Menurut salah seorang panelis, secara nyata belum tampak adanya perubahan yang jelas. Di banyak rumah sakit, perawat tampaknya masih diperlakukan dan mendapat tugas dan wewenang seperti sebelumnya. <br />Padahal, ketentuan tentang perubahan dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kemampuan perawat telah terbentuk. Dalam hal ini telah diselenggarakan jenjang pendidikan keperawatan yang lebih tinggi, mulai dari akademi perawat, fakultas untuk program S1, bahkan sampai program pascasarjana. <br />Selain itu, juga telah dikeluarkan Kepmenkes Nomor 647 Tahun 2000 tentang registrasi dan praktik perawat. Menurut peraturan tersebut, perawat dapat melaksanakan praktik tidak saja pada sarana pelayanan kesehatan, tetapi dapat pula melakukan praktik perseorangan atau berkelompok. Meski begitu, dalam praktik memang belum ada perubahan peran atau tugas perawat di Indonesia. <br />Dalam diskusi, beberapa peserta berpendapat, perubahan status perawat memang sudah waktunya diberlakukan. Namun, baik panelis maupun peserta masih melihat beberapa ketentuan belum mendukung ke arah itu. <br />Dari sisi profesi harus ditetapkan dulu tingkatan tanggung jawab untuk tiap jenjang keperawatan. Organisasi keperawatan atau Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) harus menjelaskan perbedaan antara tugas dan tanggung jawab perawat profesional yang berpendidikan sarjana dan diploma.<br />Berkaitan dengan perannya yang semakin besar, semestinya profesi perawat juga harus mengetahui tanggung jawabnya dilihat dari aspek hukum. Namun, hal ini ternyata belum diajarkan kepada mereka, seperti diungkapkan seorang panelis. "Di program D3 perawat belum ada kurikulum atau pelajaran tentang hukum. Yang diberikan hanya soal etika. Pelajaran hukum baru diberikan pada program S1," ujarnya. <br />Para perawat hendaknya perlu tahu sedikit banyak tentang hukum kedokteran atau hukum kesehatan, misalkan tentang bioetik standar profesi kedokteran, rekam medik, dan etika kedokteran.<br /><br /><br />Hal itu antara lain karena belum adanya asuransi untuk malpraktik keperawatan, dan belum ada hal yang mengatur tentang solusi bila terjadi perselisihan dengan profesi dokter atau masalah malpraktik, dan kesalahan dalam pemberian advokasi atau konsultasi oleh seorang perawat kepada pasiennya. <br />Dari sisi peraturan, panelis juga mengungkapkan ada satu celah yang belum terisi yang menyangkut perlindungan konsumen kesehatan. Saat ini memang ada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dari undang-undang itu kemudian keluar peraturan pemerintah. Namun, belum ada peraturan pelaksanaan (PP) tentang standar profesi keperawatan, hak pasien, dan ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan, termasuk perawat. <br />Sementara itu, pihak perawat, seperti yang terungkap dalam diskusi, belum melihat adanya pengaturan atau konsep tentang cara dan pemberian imbalan yang seimbang dengan penambahan tanggung jawab hukum yang diembannya. "Dengan imbalan yang kecil, kami tentu keberatan bila harus menanggung risiko dan tanggung jawab yang besar," ungkap salah seorang perawat dari sebuah rumah sakit umum di Jakarta.<br />Menurut panelis, dalam hal ini harus ada upaya untuk menetapkan imbalan untuk setiap pelayanan yang diberikan oleh perawat. Perawat hendaknya tidak hanya mendapat gaji, tetapi juga imbalan lain sesuai dengan jasa yang diberikan.<br /><br />Sementara itu, panelis lain berpendapat, dengan adanya ketentuan baru maka hal lain yang mendesak dilakukan adalah penyiapan rekomendasi dari organisasi keperawatan, dalam hal ini PPNI. Karena menurut Kepmenkes tersebut, Surat Izin Kerja Perawat (SIKP)-Pasal 9-dan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)-Pasal 12-mensyaratkan adanya rekomendasi dari organisasi profesi perawatan untuk pengeluaran izin tersebut.<br /><br />Registrasi pada Konsil Keperawatan diperlukan sebagai tindakan untuk memperoleh kewenangan formal melakukan pekerjaan keperawatan yang dapat membahayakan pasien atau klien. Dalam hal ini, harus ditetapkan persyaratan apa saja yang diperlukan bagi anggota PPNI untuk dapat diregistrasi pada konsil tersebut. Konsil Keperawatan tersebut sudah ada naskah akademik dan rancangan UU-nya, namun belum sampai masuk ke DPR. <br />Registrasi keperawatan ini harus diatur dalam UU karena praktik keperawatan menyangkut masalah hak asasi manusia, atau dapat mengakibatkan konsekuensi hilangnya nyawa pasien. Registrasi yang dilakukan di konsil (council) itu juga merupakan satu usaha atau proses yang diperlukan untuk membantu perawat memperoleh kewenangan formalnya, yang dengan itu ia juga dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraannya. Sebagai seorang karyawan yang mendapat kewenangan, ia juga mendapatkan hak pendapatan yang dijamin oleh UU itu. <br />Dengan meningkatkan perubahan status, tanggung jawab, dan wewenang, seorang perawat memang harus menghadapi peluang dan tantangan. Selain dapat meningkatkan kemampuan profesi dan kesejahteraannya, di balik itu ia juga harus berani menanggung risiko bila terjadi hal-hal negatif dalam menjalankan tugasnya<br />sumber.<a href=" http://www.kompas.com">http://www.kompas.com</a><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-21213381950593347412009-06-12T13:05:00.000-07:002009-06-12T15:54:43.927-07:00Askep SLE (Sistemisc lupus erythematosus)TINJAUAN TEORI<br /><br />A. Pengertian <br />SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.<br /><br /><br />B. Patofisiologi<br />Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.<span class="fullpost"> <br /><br />Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />C. Manifestasi Klinis<br />1. Sistem Muskuloskeletal<br />Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.<br /><br />Selengkapnya <a href="http://www.ziddu.com/download/5163109/ASKEPSLE.doc.html">klik disini... </a><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2324135754242760598.post-57408096775393200442009-05-21T12:40:00.000-07:002009-05-21T12:41:08.251-07:00TUMOR ORBITAA. Definisi<br />Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. <br />Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilari. <br /> <br />B. Patologi <br />Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit:<br /> Kelenjar lakrimal:<br />Adenoma fleomorfik: biasanya jinak, tapi rekurensi terjadi bila tidak dilakukan eksisi lengkap.<br /><br /> Karsinoma<br /> Jaringan limfoid: <br />Limfoma: Tumbuh primer didalam orbit, atau sekunder atas kelainan menyeluruh pada tubuh.<br /><span class="fullpost"> <br /><br /> Retina: <br /> Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.<br /><br /> Melanoma<br /> Tulang:<br />Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa menyebabkan mukosel frontal.<br /> Sista dermoid<br /> Sista epidermoid<br /> Sinus paranasal, nasofaring:<br /> Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini penyakit.<br /> Selubung saraf optik:<br /> Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui foramen optik.<br /> Saraf optik:<br /> Glioma (astrositoma pilositik): Tumbuh sangat lambat.<br /> Neurofibroma/neurinoma<br /> Jaringan ikat: <br />Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertumbuhan dan penyebaran lokal cepat.<br /> Metastasis melalui darah:<br /> Dewasa: Karsinoma 'breast'<br /> Karsinoma bronkhial<br /> Anak-anak: Neuroblastoma<br /> Sarkoma Ewing<br /> Leukemia<br /> Tumor testikuler<br /> Lesi orbital non-neoplastik:<br />Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang sering terjadi pada dewasa.<br /> Pseudotumor<br /> Eksoftalmos endokrin<br /> Granulomatosis Wagener<br /> Histiositosis X<br /> Sarkoidosis<br /> Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos pulsatif.<br /> <br />C. Tanda dan Gejala Klinis<br /> Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.<br /> Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).<br /> Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa.<br /> Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel. <br /> Pulsasi: menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.<br /> erak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.<br /> Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.<br /> <br />D. Pemeriksaan <br /> Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal.<br /> CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial.<br /> Venografi orbital: mungkin membantu.<br /> <br />E. Pengelolaan <br /> Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ.<br /> Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.<br /> Pendekatan operatif:<br /> Orbital medial: untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.<br />Transkranial-frontal: untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan medial dari saraf optik.<br /> Lateral: untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.<br /> <br />F. PSEUDOTUMOR (GRANULOMA ORBITAL)<br /> Nyeri orbital tiba-tiba dengan pembengkakan kelopak, proptosis dan khemosis akibat infiltrasi limfosit dan sel plasma pada berbagai struktur didalam orbit. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia menengah dan jarang terjadi bilateral. CT scan memperlihatkan lesi orbital difus, walau mungkin lebih dominan pada satu struktur, misalnya saraf optik, otot ekstra-okuler atau kelenjar lakrimal. Bila diagnostik tetap meragukan, diperlukan biopsi. Kebanyakan pasien memperlihatkan respons yang dramatis terhadap steroid. Bila gejala menetap, lesinya akan berreaksi baik terhadap radioterapi.<br /> <br />G. EKSOFTALMOS ENDOKRIN <br /> Pasien tirotoksik dengan eksoftalmos bilateral tidak sulit untuk didiagnosis, namun eksoftalmos endokrin, dengan edema kelopak yang jelas, retraksi kelopak, dan oftalmoplegia mungkin terjadi unilateral dan dengan tiroksin dan triiodotironin serum normal. Bila curiga, tes stimulasi TRH mungkin membantu menegakkan diagnosis. Pada beberapa pasien penyakitnya berlangsung terus dan menyebabkan ulserasi korneal, edema papil dan bahkan kebutaan. Pada keadaan ini dekompresi orbital sangat bermanfaat<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />http://www.dexamedica.com, Tumor Orbita<br />http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Orbita.html, Tumor Orbita<br />http://www.parentsguide.co.id, Mata Julig, gejala awal kanker mata<br />http://cyberwoman.cbn.net.id, Waspadai kanker mata<br />http://www.ahmadfaried.com, Tumor retina<br />http://www.pdpersi.co.id, Mata kian menonjol, waspadai kanker mata<br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>aselmahumkahttp://www.blogger.com/profile/11057415289951337422noreply@blogger.com0