ABSTRACT
Angka kematian akibat diare di Indonesia masih cukup tinggi meskipun telah dilaksanakan proses pencegahan. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 diare merupakan penyebab nomor dua yang tersebar baik di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat (Suryadi, 2006). Berdasarkan laporan kader dan fasilitator kesehatan pada tahun 1998 didapatkan data yang menunjukan angka kematian diare sebanyak 23,57 per 1000 penduduk atau sekitar 235 orang (Djoko, diare http://www.co.id).Tingginya angka kematian akibat diare akan berdampak negatif pada kualitas pelayanan kesehatan karena Angka Kematian Anak (AKA) merupakan salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang berhasilnya upaya dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditanggulangi dengan baik maka peningkatan penyakit diare pada anak akan semakin meningkat sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ngastiyah (2005).Hasil penelitian dan laporan dari tahun ke tahun diare termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang dilaporkan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa penyakit ini tetap ada di masyarakat dengan kejadian yang hampir terjadi setiap tahunnya (Ngastiyah, 2005).
Berdasarkan Data Statistik Kesehatan Jawa Barat tahun 2005 diperkirakan penderita diare mencapai 11,8 juta orang dan hasil survey yang telah ditemukan bahwa penderita diare sebanyak 420 orang. Penderita pada usia 1-4 tahun sebanyak 88 ribu anak (21,5%). Usia kurang dari satu tahun sekitar 144 ribu anak (34,2%). Usia paling dominan menyebabkan kematian terjadi pada golongan usia kurang dari satu tahun yaitu mencapai 65%. Hal ini menunjukan banyaknya angka kejadian diare yang jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.
Banyaknya angka kejadian diare pada anak kurang dari 1 tahun diakibatkan karena pada fase ini anak mengalami fase oral dimana dia akan selalu memasukan segala sesuatu ke mulutnya tanpa memperdulikan apakah yang akan dimasukan mengandung kuman/bibit penyakit sehingga diare pada fase iniperlu mendapat prioritas untuk diperhatikan agar dapat dilakukan upaya untuk pencegahan diare, Biro Pusat Statistik (BPS, 2006).
Kira-kira 70% penderita diare kehilangan air dan natrium yang terjaadi secara tidak berimbang sehingga timbul dehidrasi. Kehilangan natrium yang meningkatkankan dapat menyebabkan kehilangan sejumlah besar elektrolit yang hilang bersama keluarnya tinja. Hipronatremia dapat diperhebat atau ditimbulkan selama berlangsung diare (Nelson, 2000). Keadaan yang demikian ini dapat dilihat kira-kira 20% penderita yang mengalami diare, dapat di akibatkan karena pemberian larutan elektrolit yang di buat sendiri dan mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Kejadian yang sama dapat juga terjadi pada bayi yang usianya 0-1 tahun., karena kemampuan ginjal mereka untuk mengkonservasikan air masih terbatas, terutama jika beban – beban terlarut ginjal ditingkatkan misalnya karena bayi yang bersangkutan diberikan makanan susu “krim” yang direbus maka potensial terjadi gangguan cairan dan elektrolit cukup besar (Nelson, 2000).
TERDIRI DARI 5 BAB DAN 51 HALAMAN. Judul Karya Tulis Ilmiah Keperawatan "gambaran pemberian cairan pada bayi usia 0-1 tahun yang mengalami dehidrasi akibat diare di Ruang Lumba-lumba RSUD Pelabuhanratu".
Cara mendapatkan file selengkapnya klik disini....
Comments :
0 komentar to “pemberian cairan pada bayi usia 0-1 tahun yang mengalami dehidrasi akibat diare”
Posting Komentar