Photobucket

Senin, 10 Agustus 2009

PEMFIGUS VULGARIS

A. PENGERTIAN PEMFIGUS VULGARIS
Pemfigus ialah kumpulan penyakit berbula kronik (lepuh) dengan berbagai ukuran (mis: 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membran mukosa (mis; mulut,vagina), berdinding kendur, terletak intra epidermal, dan dapat mengakibatkan fatal.
Pemfigus Vulgaris merupakan salah satu dari empat jenis pemfigus yang termasuk jenis kelainan dermatitis vesikobulosa kronik yang ditandai terutama oleh adanya vesikel dan bula.
Menurut letak celah pemfigus dibagi menjadi dua :
1). Disuperbasal ialah pemfigus vulgaris dan variannya pemfigus vegetans.
2). Di stratum granulosum ialah pemfigus foliaseus dan variannya pemfigus eritematosus.

B. EPIDEMIOLOGI
Pemfigus vulgaris (P.V) merupakan bentuk yang paling sering dijumpai (80 % semua kasus).penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras. frekuensinya pada kedua jenis kelamin dama. umumnya mengenai umur pertengahan (decade ke-4 dan ke-5), tetapi dapat juga mengenai semua umur, termasuk juga anak.


C. ETIOLOGI
Etiologi yang pasti semua penyakit pemfigus masih belum diketahui. Akhir-akhir ini D-penisilamin telah disebutkan sebagai faktor etiologi yang dapat menginduksikan pemfigus pada penderita yang mendapatkan obat ini. Penemuan auto-antibody didalam serum penderita pemfigus telah membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai hubungan dengan autoimunitas. Juga dapat ditemukan bersama-sama dengan penyakit autoimun lainnya, misalnya lupus eritematosus sistemik, pemfigoid bulosa, miastenia gravis, timoma, dan anemia pernisiosa. penderita pemfigus vulgaris memperlihatkan peningkatan insidens fenotif H.L.A. –A 10 dan H.L.A. –Bw 13.

D. PATOGENESIS
Semua bentuk Pemfigus mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu :
1. Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akan tolisis)
2. adanya antibody igG terhadap antibody determinan yang ada pada permukaan keratonosit yang sedang berdiferensiasi.
Mekanisme sebenarnya pembentukan autoantibody ini masih belum jelas, penyelidikan mutakhir telah memberikan petunjuk adanya hubungan sebab akibat antara antibody Pemfigus dan proses akantosisi, pada kultur sel efidermis manusia.

E. GEJALA KLINIS
Keadaan umum penderita biasanya buruk. penyakit dapat mulai sebagai lesi dikulit kepala yang berambut atau rongga mulut kira-kira pada 60 % kasusu, berupa erosi yang disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah didiagnosa sebagai pioderma pada kulit kepala yang berambut atau dermatitia dengan infeksi skunder. lesi di tempat tersebut bisa berbulan-bulan sebelum timbul bula generalisata.
Semua penyakit tesebut memberi gejala yang khas, yaitu ;
1. Pembentukan bula yang kendur pada kulit yang umumnya terlihat normal dan mudah pecah.
2. Pada penekanan, bula tersebut meluas (tanda nikolsky positif)
3. Akantolisis selalu positif.
4. Adanya antibody tipe IgG terhadap antigen interselular di epidermis yang dapat ditemukan dalam serum, maupun terikat diefidermis
Semua selaput lendir dengan epitel skuama dapat diserang, yakni selaput lender konjungtiva, hidung, farings, larings, esofaring

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering pada Pemfigus Vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya kostikosteroid dan terapi imunosupresif. Pasien sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunder. Bakteri kulit relative mudah mencapai bula karma bula mengalami perembesen cairan, pecah, dan meningggalkan daerah yang terkelupas terbuka terhadap lingkungan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi akibat kehilangan cairan serta protein ketika bula mengenai rupture. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses penyakitnya mencakup daerah kulit tubuh dan membran mukosa yang luas.

G. EVALUASI DIAGNOSTIK
Spesimen dari bula dari kulit sekitarnya akan memperlihatkan akantolisis (pemisahan sel-sel epidermis satu dengan yang lainnya karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel). Antibodi yang beredar (antibody pemfigus) dapat dideteksi lewat imunosupresan terhadap serum pasien.

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah mengendalikan secepat mungkin, mencegah hilangnya serum serta terjadinya infeksi sekunder, dan meningkatkan pembentukan epitel kulit (pembaruan jaringan epitel).
Kortikosteroid diberikan dalam dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan menjaga agar kulit bebas dari bula. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai kesembuhan terlihat jelas. Pada sebagian kasus terapi ini, harus dipoertahankan seumur hidup penderitanya.
Kortikosteroid diberikan bersama makanan taua segera setekah makan, dan dapat disertai dengan pemberian antacid sebagai pemberian profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang penting pada penatalaksanaan tyerapetik adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar glukosa darah, dan keseimbvangan cairan setiap hari.
Preparat Immunosupresif (azatriopi, siklofosfomid) dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi takaran kortikosteroid. Plasma feresis (pertukaran plasma) secara temporer akan menurunkan kdar anti bodi serum.





I. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Data demografi
1) Usia , penting karena perubahan system integument berkaitan dengan perubahan usia (aging proses)
2) Suku bangsa, penting beberapa variasi penampilan kulit dimanifestasikan sesuai dengan suku dan bangsa dan bisa abnormal untuk suku dan bangsa yang lain dan normal bagi suku bangsa itu sendiri.
3) Pekerjaan, hobi dapat memberikan informasi tentang paparan sinar matahari atau zat kimia, iritasi, zat / substansi yang abrasive, dan lingkunan yang menjadi masalah bagi kulit.
b. Identitas Penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan :
a. keluhan utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien
1) Gatal
2). Adakah lesi
3). Nyeri
4). Adakah bercak
5). dan panas
b. Riwayat kesehatan sekarang : dikembangkan dengan PQRST
1) Kapan klien pertama kali mendapatkan masalah kulit ?
2) Bagian tubuh mana yang pertama kali kena
3) Apakah masalah menjadi lebih baik atau buruk
4) Apakah sebelumnya mempunyai kondisi yang sama ? jika ya, dapatkah klien menggambarkan penyebabnya yang spesifik dan bagaimana menggambarkan penatalaksanaannya.
5) Apakah masalah yang dialami disertai masalah lain misalnya : panas, gatal, rasa terbakar, muntak, nyeri tenggorokan, dingin dan kaku.
c. Riwayat kesehatan masa lalu :
1) Apakah klien mempunyai masalah medis baik saat ini maupun sebelumnya ?
2) Apakah klien alergi sistemik atau mendapatkan pengobatan topical, jika ya, dapatkah klien menggambarkan reaksinya ?
3) Obata apa yang diberikan saat itu, berapa dosisnya, frekwensinya, dan kapan terakhir minum obat ?
4) Apakah klien ada alergi terhadap kosmetik ?
5) Apakah klien mempunyai alergi makanan ? jika ya, sebutkan jenis makanannya !
d. Riwayat kesehatan keluarga :
1) Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat alergi ?
2) Apakah ada anggota keluarga yang saat ini mempunyai masalah kulit ? jika ada kapan mulai terserang ? sudah berobat atau belum ?
e. Genogram
1) Perlu untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang mempunyai penyakit keturunan ?
2) Untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang menderita penyakit kulit yang menular ?
3. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik pada pengkajian system integument teknik yang digunakan yaitu : inspeksi dan palpasi, yaitu untuk memperoleh informasi : warna kulit, skin temperature, sensasi, kelembaban, tekstur, turgor, skin integritas, kebersihan serta kuantitas dan kualitas.
a. Warna kulit
Teknik yang digunakan adalah inspeksi bagaimana warna kulitnya ? kecoklatan, kebiruan, kemerahan, kekuning-kuningan atau pucat. kulit yang normal bahan dasarnya : melanin, keratin, HB. Jika ditemukan kulit yang pucat disebabkan oleh :
1) Anoreksia berat sehingga meningkatkan Heart rate
2) Anoreksia berat disertai menurunnya Heart rate
3) Sianosis mungkin karena kekurangan O2
4) Joundice mungkin adanya peningkatan kadar bilirubin.
Ispeksi mengenai vaskularisasi dan perdarahan atau luka pada kulit, jika ada lesi maka identifikasi mengenai :
1) Warna
2) Tipe dari gangguan : macula , papula, vesikula, borok / tukak, ukuran.
3) Konfigurasi / gronjang
Inspeksi untuk warna dan pigmentasi : ras harus diperhatikan.Pucat :Anemia sehubungan dengan menurunnya aliran darah pada area tersebut yang diakibatkan oleh perdarahan. Dapat dilihat dari :conjungtoiva, membran mukosa, kuku, telapak tangan,. jika ada kemerahan mungkin ada peningkatan aliran darah pada daerah tersebut karena ada peradangan
b. Skin temperature
Untuk mengkaji temperature kulit maka yang dapat kita lakukan adalah dengan cara palpasi.Dengan mengkaji temperature kulit kita dapat mengetahui :
1) Indikasi yang menunjukan keadaan sirkulasi darah dan suhu tubuh .
2) Menurunnya temperature dapat diakibatkan oleh menurunnya aliran darah yang disebabkan oleh aterosklerosis oleh karena thrombus.
3) Meningkatnya temperatur oleh factor internal
c. Sensasi
Salah satu fungsi kulit adalah sebagai perasa, maka kita harus mengkaji sensasi tersebut apakah kilit klien peka terhadap nyeri, sentuhan dan rasa gatal. Tekhnik yang digunakan adalah dengan memeberikam rangsangan pada kulit klien, rangsangan yang diberikan bisa halus atau kasar.
d. Kelembaban
Untuk melihat kelembaban kita menggunakan teknik inspeksi dan palpasi,Apakah kulitnya basah tau berminyak? Bagaimana keadaanya didaerah telapak tangan, kaki dan muka. Kelembaban kulit tregantung pada : aktifits, temperature, status emosi, usia, latihan, demam, lingkungan, kecemasan,. Kulit berminyak memudahkan timbulnya jerawat, seborrhea. Kulit yang pecah-pecah timbul karena kulit kering.
e. Tekstur kulit
Kelembutan dan kekasaran kulit dapat dilihat melalui inspeksi, palpasi. Kekasaran dan ketebalan kulit dapat terjadi karena tekanan, friksi dan iritasi.Adanya perubahan tekstur dan ketebalan kulit menunjukan adanya penyakit, misalnya ; kulit kering dan kasar karena hipotyroidism dan kulit lembut serta halus karena hyperthyroidism.

f. Turgor kulit
Dapat dikaji dengan cara observasi dan palpasi, apabila turgor kulit dinilai jelek makamenunjukan adanya :
1) Kurang cairan dan menurunnya jaringan lemak subkutan.
2) Berat badannya menurun dan aging menyebabkan kuliut tidak elastis, untuk mengetahui turgor kulit dilakukan dengan cara kita mencubit kulit tersebut ( pada area tertentu ).
 Normal : Jika segera kembali.
 Abnormal : Lambat, tidak kembali menunjukan
adanya dehidrasi
 Edema : Dipalpasi terdapat lekukan.
Sedangkan jika terjadi suatu edema pada kulit klien, jika dipalpasi maka kita dapat mengklasifikasikan tingkatan oedema sebagai berikut :
1) Barlry Detektable (1+).
2) Identasion of les than 5 mm (2+) kurang dari 5 mm.
3) Identasion of 5 than 10 mm (3+) diantara 5 sampai 10 mm
4) identason of more than 1 cm (4+) lebih dari 4 cm.
Bila ada edema maka kulit akan terlihat mengkilat dan tegang
g. Integritas kulit
Untuk mengkaji atau melihat integritas kulit(keutuhan kulit) dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi yang dikaji adalah apakah lesi atau tidak jika ada bagaimana lokasi, warna, ukuran konfigurasi, morfologi dan perubahan lainnya.
h. Rambut
Untuk mengkaji kebersihan rambut, kita menggunakan teknik inspeksi dan palpasi. warna rambut , kebersihan rambut merupakan reaksi dari konsep diri, kebudayaan dan kebisaan.
Apakah terdapat pedikulus atau tidak? berketombe/tidak? kaji mengenai tekstur dan kualitas rambut, apakah tekstur rambut berubah, bila berubah menandakan adanya penyakit, misalnya; kulit kering dan kasar karena hipotyroidism dan kulit lembut serta halus karena hyperthyroidism. Dan rambut mudah dicabut adanya malnutrisi. Kuantitas dan warna rambut menandakan status gizi seseorang.
i. Kuku
Area yang dikaji pada kuku adalah: warna, contour, konsistensi, kelekatan, palpasi untuk mengetahui CRT (Capillary Refilling Time) pada daerah kuku, normalnya kembali < 3 detik. Kaji ketebalan kuku, karena ketebalan kuku dapat dipengaruhi oleh trauma, inspeksi dan nutrisi.

4. Pola aktivitas sehari-hari
1). Kaji tentang kebiasaan makan klien sebelum sakit, mengenai jenis makanan yang sering dimakan,dan minuman yang sering diminum.
2). Tanyakan apakah ada makanan yang menimbulkan alergi.
3). Kaji apakah klien pernah melakukan diet ketat
4). Tanyakan pada klien tentang kebiasaan mandi, penggunaan air dan jenis sabun yang biasa digunakan
5). Kaji kebiasaan klien apakah suka olahraga. jika ya, tanyakan jenis olahraganya
6). Berapa kali klien keramas dalam seminggu
7). Apakah klien suka rutin menggunting kuku
8). Berapa kali klien ganti baju

5. Riwayat Psikososial
1). Apa pekerjaan klien?
2). Bagaimana kegiatan rekreasinya?
3). Dimana klien tinggal, bagaimana lingkungan rumahnya?
4). Kaji tentang gaya hidup, suka merokok atau minum alcohol?

6. Data Penunjang
Dermatologi merupakan keahlian yang orientasinya visual, disamping mendapatkan pasien, pemeriksa juga dapat melakukan pemeriksaan terhadap lesi primer dan sekunder, dan konfigurasi dan kontribusi lesi. prosedur diagnostic tertentu dapat pula digunakan untuk mengenali kelainan kulit, prosedur yang biasanya digunakan yaitu :


1) Biopsy
a). Punch Biopsy
Prosedur sederhana untuk mendapatkan jaringan guna pemeriksaan histopatologis. dipilah lesi yang dewasa tumbuh sempurna, pilih lesi paling awal, dan atap usahakan utuh.
b). Shave Biopsy
Mengambil bagian kulit yang menonjol atau meninggi bermanfaat untuk biopsy berbagai tumor epidermis.
c). Biopsy eksisi cirurgis
Untuk mendapatkan jaringan yang meliputi tebalnya kulit misalnya eritema , nodusum.
2) Kuret
Cara sederhana untuk pengambilan lesi kulit yang benigna seperti kutil.
3) Usapan sitologi
Bermanfaat dalam diagnosa penyakit bulosa, erupsi virus yang solid maupun yang vesikuler.
4) Kerokan dan biakan jamur
Konfirmasi segera terhadap adanya infeksi jamur dengan penemuan organisme secara mikroskopis pada lesi berskuama, dari kulit kepala, sudut mulut, aksila, pantat, dan lain-lain.
5) Pemeriksaan dengan sinar wood
Untuk menemukan infeksi jamur :
a). Mengontrol dan menemukan jamur kulit kepala
mikrosporum audovini dan mikrosporum canis akan berfluorsensi hijau kebiruan cerah.
b). Penemuan infeksi jamur lain
Tinea vesikolor dapat berfluorsensi kuning emas. perubahan pigemn yang menyertai dapt terlihat jelas.
c). Penemuan infeksi jamur
d). Penentuan kelainan pigmen
Sinar ulsi akan berfluorsensi putih kebiruan, digunakan dalam pemeriksaan penderita vertiligo, albilisme, lepra, dan hiperpigmentasi lainnya
e). Penentuan obat
6) Patch testing
Digunakan untuk membuktikan dan menegakkan diagnosa sensitifitas alergi.
Hasil yang dinilai adalah sebagai berikut :
1 + : Hanya eritema
2 + : Ertema dan papula
3 + : Eritem dan papula, vesikula kecil
4 + : Semua diatas dan vesikulor besar, bulae dan ulserasi



Baca Selengkapnya...

Askep pada klien Ny. M dengan Gangguan system Endokrin akibat Diabetes Mellitus Type2 dan Ulkus Diabeticum di Ruang Anyelir RSUD CC

ABSTRACT




vii, IV Bab, 87 Halaman, 1 Tabel, 4 Gambar, 5 Lampiran

Kasus diabetes mellitus di Ruang Anyelir RSUD Bayu Asih Purwakarta merupakan peringkat ke-7, hal ini perlu mendapatkan perhatian besar karena bisa menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung, payah ginjal, stroke dan gangren apabila penanganannya tidak tepat. Ini merupakan alasan utama yang melatarbelakangi pengambilan judul dalam karya tulis ilmiah ini. Tujuan karya tulis ini agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Metoda yang digunakan adalah deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Diabetes mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan karbohidrat dan lemak yang ditandai dengan kekurangan insulin. Masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. M yaitu : Gangguan metabolisme karbohidrat, gangguan integritas jaringan, gangguan pemenuhan ADL (personal hygiene), ketidakmampuan, resiko tinggi injuri. Perencanaan ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti pemberian insulin, perawatan luka, pemenuhan ADL (personal hygiene), penyuluhan. Pelaksanaan yang dilakukan berupa membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga serta membantu mengatasi masalah yang ditemukan dan menindaklanjuti dari perencanaan keperawatan.

Evaluasi masalah keperawatan yang belum teratasi : gangguan integritas jaringan dan gangguan metabolisme karbohidrat, karena masih perlu memerlukan perawatan lebih lama serta penulis menyerahterimakan tugas kepada perawat ruangan. Kesimpulan askep yang dilakukan pada Ny. M mencakup perawatan luka, meningkatkan pengetahuan klien, pencegahan terjadi injuri, mengontrol gula darah. Tidak semua masalah keperawatan secara teoritis akan dapat ditemukan pada setiap klien, hal ini tergantung dari berat atau tidaknya kondisi klien tersebut. Rekomendasi untuk ruang Anyelir agar meningkatkan kerjasama dengan bagian farmasi dalam penyediaan obat-obatan sehingga dapat optimal dalam memberikan pelayanan.

Daftar Pustaka : 16 buah (1979-2001)



Baca Selengkapnya...

“Asuhan Keperawatan pada klien An. S (5 ½ tahun) dengan MORBILI diruang Kemuning RSUD CC”

ABSTRAK



IV Bab, vii, 78 Halaman, 2 Tabel, 2 Gambar, 8 Lampiran

Asuhan keperawatan pada klien morbili dilatarbelakangi dengan jumlah anak yang menderita. Penyakit morbili yang berjumlah 27 orang (30,9 %) sehingga angka kejadian pada penyakit morbili diruang Kemuning RSUD Bayu Asih begitu tinggi dan terjadi hanya di Indonesia saja serta dapat menimbulkan komplikasi. Tujuan pembuatan karya tulis ini untuk memperoleh pengalaman belajar yang nyata dalam membuat asuhan keperawatan pada klien usia prasekolah dengan morbili secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan, pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Morbili adalah suatu penyakit yang menular melalui droplet infection atau kontak langsung yang bersifat akut dan disebabkan oleh virus, ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium kataralis, stadium erupsi dan stadium konvalensi, tanda dan gejala sesuai dengan terjadinya stadium diantaranya : badan panas, timbul bintik-bintik merah mulai dari muka, lengan atas, dada, punggung dan perut, terakhir pada tungkai bawah. Masalah-masalah yang ditemukan pada klien dengan morbili yaitu gangguan keseimbangan suhu tubuh, pemenuhan nutrisi tidak adekuat, gangguan istirahat tidur, gangguan integritas kulit, gangguan rasa aman cemas pada anak, gangguan rasa aman cemas pada keluarga, resiko tinggi terjadinya komplikasi bronchopneumoni dapat diatasi dengan proses keperawatan yang komprehensif. Dirumah sakit umum klien dirawat selama 3 hari lalu pulang dengan izin dokter sehingga dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Kondisi klien saat terakhir suhu 36,4oC, batuk hilang, bintik-bintik sudah hilang dan konjungtiva tidak hyperemis. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An. S usia 5 ½ tahun dengan morbili di ruang kemuning rumah sakit Bayu Asih Purwakarta, penulis dapat memberikan saran kepada perawat ruangan agar dapat bekerjasama dengan pihak farmasi untuk penyediaan obat-obatan diruangan dan agar dapat mengatur keberadaan penunggu klien dengan tertib, sedangkan untuk lembaga pendidikan agar melengkapi literatur yang telah ada dengan buku-buku sumber maupun jurnal keluaran tahun terbaru mengenai keperawatan anak.


Daftar pustaka : 12 buah (1994-2002)



Baca Selengkapnya...

Minggu, 09 Agustus 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : BPH DAN EPIDIDIMITIS DI RUANG C LANTAI II BEDAH UMUM PERJAN RUMAH SAKIT CC

ABSTRAK



V Bab, viii, 87 Halaman, 1 Tabel, 4 Gambar, 1 Skema, 3 Lampiran

Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian benigna prostat hiperplasia yaitu sebesar 25 % yang merupakan persentase paling tinggi dari seluruh kasus sistem perkemihan di Ruang C Lantai II Bedah Umum Perjan Rumah Sakit CC. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penanganan yang komprehensif untuk mencegah terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut bahkan untuk mencegah kematian. Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : benigna prostat hiperplasia dan epididimitis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Benigna prostat hiperplasia adalah suatu kondisi dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih yang mengakibatkan tersumbatnya aliran urine dengan tertutupnya orifisium urethra dan biasa terjadi pada pria dengan usia diatas 50 tahun. Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah perubahan pola eliminasi BAK, gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko kekurangan volume cairan, resiko infeksi, gangguan pemenuhan istirahat tidur, gangguan rasa aman : cemas dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Sedangkan masalah yang ditemukan pada Tn. U adalah gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko tinggi terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, perubahan pola eliminasi BAK dan gangguan rasa aman : cemas. Tidak semua masalah keperawatan secara teoritikal ditemukan pada kasus sehingga perlu dilakukan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dan tidak hanya disesuaikan dengan kerangka teori yang ada. Pada pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat diaplikasikan. Hal tersebut diantaranya yaitu penggantian alat tenun setiap hari dan observasi keluaran urine dalam 24 jam. Masalah yang ditemukan pada klien Tn. U dapat teratasi seluruhnya dalam waktu lima hari sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan benigna prostat hiperplasia dan epididimitis observasi pengeluaran urine sangat diperlukan, sehingga penulis merekomendasikan agar dibuatnya dokumentasi pengeluaran urine setiap shif pada klien dengan benigna prostat hiperplasia.

Daftar pustaka : 20 buah (1983-2003).



Baca Selengkapnya...

Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Integumen : Nyeri Akibat Combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CC

ABSTRAK


4 bab, 73 halaman, 2 lampiran

Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka gangguan sistem integumen : nyeri akibat combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CC yaitu sekitar 38,8%. Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu dapat mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Tn. A dengan gangguan sistem integumen : nyeri akibat combustio di Ruang Gelatik Rumah Sakit CC. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah atau frostbite. Masalah keperawatan dalam teori adalah gangguan rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene, gangguan citra tubuh. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah gangguan rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko terjadinya infeksi, gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene. Intervensi yang direncanakan adalah atur posisi tidur yang nyaman sesuai dengan keinginan klien, tinggikan dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur dan dislokasi dengan menggunakan bantal dan selimut, anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi : nafas dalam ketika rasa nyeri timbul. Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan asuhan keperawatan secara langsung adalah pada pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Tn. A yaitu, riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik. Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus Tn. A yaitu rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, Resiko terjadinya infeksi, pemenuhan ADL : personal hygiene. Pada perencanaan terdapat diagnosa nyeri perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resti infeksi. Pelaksanaan yang ada ditahap perencanaan dilakukan tanpa ada hambatan. Semua diagnosa keperawatan yang muncul dapat teratasi. Saran untuk institusi pendidikan yaitu hendaknya pihak institusi pendidikan menyediakan buku-buku tentang combustio, sehingga penulis dapat menggunakan literatur tersebut, untuk perawat ruangan diharapkan dapat melengkapi alat-alat yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien combustio, dan lebih ditingkatkan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan. Untuk klien dan keluarga dapat lebih memahami cara perawatan luka yang baik agar bisa melakukan sendiri pada saat di rumah dengan cara, untuk siswa agar lebih ditingkatkan dalam hal pengkajian dan kemampuan membina hubungan saling percaya dengan klien.

Daftar pustaka : 11 buah ( 1999-2009 )



Baca Selengkapnya...

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. Y DENGAN POST STROKE PADA NY. I

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. Y DENGAN POST STROKE PADA NY. I DI RT 07 RW 12 KELURAHAN AA KECAMATAN BB WILAYAH KERJA PUSKESMAS CC
KOTA DD
Viii, 4 bab, 84 halaman, 1 tabel, 4 lampiran.

ABSTRAK
Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh jumlah stroke yang menurut Yayasan Stroke Indonesia tahun 2004 selalu bertambah 500 ribu jiwa setiap tahunnya dan sekitar 25% atau 125 ribu meningggal, sisanya cacat ringan maupun berat, diperkirakan bahwa terserang dua jiwa dari 1000 jiwa yang berusia 55-64 tahun dalam setahun. Hipertensi merupakan salah satu faktor pencetus stroke, data dari Puskesmas periode Febuari sampai Juli 2004 menunjukan jumlah hipertensi sebesar 1443 jiwa. Berdasarkan data di atas maka diperlukan penanggulangan untuk mencegah timbulnya stroke. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memperoleh pengalaman nyata dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual. Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah deskriptif berbentuk studi kasus. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Pada pengkajian ditemukan masalah dengan kerusakan mobilitas fisik dan resiko terjadinya stroke berulang. Tindakan yang telah di lakukan adalah memberikan penyuluhan, memberi motivasi dan mendemontrasikan penggunaan garam pada makanan dan mobilisasi pada klien. Hasil yang sudah tercapai dalam pembinaan keluarga adalah meningkatnya pengetahuan tentang stroke dan hipertensi juga dalam latihan mobilisasi, dan kemauan dalam mengambil keputusan yang tepat, dan keterampilan dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat keluarga dengan stroke memerlukan kerjasama yang baik dengan semua pihak yang terkait, dengan demikian penanganan untuk selanjutnya diserahkan pada pihak keluarga dan Puskesmas.

Kepustakaan 16 buah (1989-2004)



Baca Selengkapnya...

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN TB PARU PADA TN.A

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN TB PARU PADA TN.A
DI RT.07 RW 08 KELURAHAN AA KECAMATAN BB WILAYAH KERJA PUSKESMAS CC



vii dan 114 halaman, 4 bab, 4 lampiran

Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh masih cukup tingginya kejadian TB paru di Jawa Barat. Tahun 2003, tercatat 33.451 orang yang dinyatakan penderita baru TB paru, dan 269 orang yang harus menjalani pengobatan ulang. Di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki kejadian TB paru masih tinggi ditandai masih adanya yang terdeteksi TB paru setiap bulannya. Periode bulan Februari sampai Juli 2005 terdapat 27 pasien baru BTA (+). Tujuan karya tulis ini adalah untuk memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru secara komperehensif. Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah deskriftif berbentuk studi kasus. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Dari hasil pengkajian ditemukan masalah keperawatan pada Tn.A yaitu gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan resiko penularan penyakit TB paru pada anggota keluarga lain. Tindakan yang telah dilakukan adalah penyuluhan kesehatan pada keluarga tentang gangguan nutrisi dan menu seimbang TKTP, penularan TB paru dan cara pencegahan penularan pada orang lain, demonstrasi pembuatan sputum pot, dan memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Hasil yang telah dicapai adalah meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi keluarga. Secara umum pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.A sesuai dengan perencanaan. Tetapi ada tindakan yang belum mencapai hasil maksimal, adapun yang belum tercapai adalah penggunaan sarana pelayanan kesehatan oleh keluarga. Karenanya penulis menyarankan untuk melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas untuk tindak lanjut perawatan dan pengobatan.



Daftar Pustaka, 13 buah ( 1995-2004 )



Baca Selengkapnya...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By Ny. W ( 29 Hari )BBLR dengan SEPSIS


ABSTRAK

Viii, 4 bab, 87 hal, 1 tabel, 3 lampiran.
Karya tulis ini dilatar belakangi oleh angka kejadian kasus BBLR dengan Sepsis di Ruang A1 Perjan Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung pada 6 bulan terakhir periode februari s.d 12 agustus 2005 yang berjumlah 1 (2,38%). Hal ini merupakan jumlah yang sedikit tetapi menyebabkan dampak yang besar sehingga membutuhkan penanganan yang serius agar tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut di masa yang akan datang. Adapun tujuan pembuatan Karya Tulis ini adalah mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu metode untuk menggambarkan dan menganalisa kasus. BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Sedangkan Sepsis yaitu infeksi sistemik berat pada masa neonatal dengan tanda-tanda klinis minimal 4 gejala dan kultur/perbenihan darah didapatkan kuman (+). Menurut teori Diagnosa Keperawatan yang muncul secara konsep adalah : pola nafas tidak efektif, termoregulasi tidak efektif, Resiko tinggi infeksi, perubahan nutrisi, Resiko kekurangan atau kelebuhan cairan, Resiko tinggi gangguan integritas kulit, resiko tinggi cedera, Nyeri, Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan proses keluarga, Antisipasi berduka. Intervensi yang telah dilakukan adalah : merawat bayi dalam inkubator, memberikan minum bayi sesuai kebutuhan, memberikan terapi antibiotik sesuai order medis, pemberian penkes. Kesimpulan yang dapat diambil dalam tahap pengkajian penulis dapat melakukan pengumpulan data secara akurat dan menyeluruh, dalam tahap perencanaan penulis harus melihat literatur yang sesuai dengan kasus. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan, semua dapat dilakukansesuai dengan masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien. Pada tahap evaluasi masalah keperawatan dapat teratasi sebagian selama penulis merawat klien selama 5 hari, Selanjutnya klien memerlukan penanganan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah yang belum teratasi dan melanjutkan follow up. Saran yang dapat penulis sampaikan : Perlu adanya penambahan buku sumber mengenai keperawatan anak.

Daftar Pustaka 20 buku ( 1991 – 2003 )



Baca Selengkapnya...

GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN: POST CRANIOTOMY DEKOMPRESI ATAS INDIKASI MODERAT HEAD INJURY DISERTAI SUBDURAL HEMATOMA FRONTO TEMPORO PARIETAL DEXTRA

ABSTRAK



vii, IV bab, 118 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 3 lampiran

Penulisan karya tulis ini dilatar belakangi oleh kompleknya masalah dan dampak yang dapat terjadi pada klien dengan trauma kepala disamping tingginya angka kejadian trauma kepala (81,79%). Tujuan karya tulis ini adalah Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada klien gangguan persyarafan akibat trauma kepala dengan menggunakan teknik penulisan metode deskriptif berbentuk studi kasus, yang terdiri dari 4 BAB, yaitu: pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus dan pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.Trauma kepala adalah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis. Pada kasus Tn.D berdasarkan hasil analisa data didapatkan masalah keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif, Resiko terjadinya peningkatan intrakranial, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan pemenuhan ADL, perubahan pola eliminasi: BAK, resiko terjadinya infeksi, resiko terjadinya injuri dan gangguan rasa nyaman: pusing. Fokus tindakan dilakukan untuk mencegah peningkatan intrakranial, pemenuhan kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya injuri. Hampir semua masalah yang muncul pada klien dapat teratasi kecuali masalah gangguan rasa nyaman: pusing, gangguan pemenuhan ADL dan resiko terjadinya infeksi hanya teratasi sebagian. Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini yaitu diperlukan keterlibatan dan kerjasama dengan keluarga klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penurunan kesadaran yang disertai gelisah, untuk itu penulis merekomendasikan agar perawat dan keluarga klien dapat bekerjasama terutama dalam mencegah injuri serta ditunjang oleh sarana yang memadai, antara lain tersedianya bed plang.

Daftar Pustaka 17 buah (1995 – 2003)






















Baca Selengkapnya...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.W DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : AKIBAT MILD HEAD INJURY DISERTAI OPEN LINEAR FRAKTUR FRONTAL DEXTRA

ABSTRAK



vii, IV bab, 99 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 3 lampiran

Penulisan karya tulis ini dilatar belakangi oleh kompleknya masalah dan dampak yang dapat terjadi pada klien dengan trauma kepala disamping tingginya angka kejadian trauma kepala yang dirawat di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung (89,94%). Tujuan karya tulis ini adalah Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada klien gangguan persarafan akibat trauma kepala dengan menggunakan tekhnik penulisan metode deskriptif berbentuk studi kasus, yang terdiri dari 4 BAB, yaitu: pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus, pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.

Trauma kepala adalah deformitas jaringan di kepala yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanis. Pada kasus Tn.W berdasarkan hasil analisa data didapatkan masalah keperawatan yang muncul yaitu ganggaun rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan pemenuhan ADL, kebutuhan pengetahuan mengenai cara perawatan luka dan kecemasan keluarga. Fokus tindakan dilakukan untuk menanggulangi rasa nyaman nyeri, memenuhi kebutuhan nutrisi dan pemenuhan kebutuhan ADL. Semua masalah yang muncul pada klien dapat teratasi. Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ini yaitu diperlukan keterlibatan dan kerjasama dengan keluarga klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, untuk itu penulis merekomendasikan agar perawat dan keluarga klien dapat bekerjasama terutama dalam membantu mengatasi masalah yang muncul pada klien yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Daftar Pustaka 14 buah (1994 – 2002)





Baca Selengkapnya...

GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI DENGAR AKIBAT SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

ABSTRAK
viii, IV bab, 107 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 8 lampiran

Karya tulis ini dilatar belakangi oleh tingginya angka kejadian gangguan jiwa skizofrenia hebefrenik yaitu sebanyak 229 klien (56,7 %) dari 404 klien. Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi halusinasi akibat skizofrenia hebefrenik dengan menggunakan tahapan proses keperawatan. Metode penulisan yang digunakan yaitu deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus. Skizofrenia hebefrenik disebut juga skizofrenia disorganisasi dimana terjadi perubahan afek yang tidak sesuai, adanya perilaku regresi dan primitif, menarik diri secara ekstrim, komunikasi inkoherensia, dan sering dijumpai waham serta halusinasi dan ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan dasar manusia.
Faktor pencetus disebabkan oleh biologis, psikologis dan sosial budaya. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah dan dirumuskan kedalam diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai orang lain dan lingkungan, koping individu tidak efektif serta defisit perawatan diri. Tindakan yang dilakukan yaitu cara mengontrol halusinasi, menggunakan koping yang konstruktif dan meningkatkan motivasi perawatan diri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, hampir semua masalah teratasi, kecuali 5 prinsip benar dalam penggunaan obat, klien baru sebagian mengingat nama dan dosis obat dikarenakan daya ingatnya sudah menurun akibat usia yang sudah lanjut. Untuk mengatasi hal tersebut Penulis melakukan koordinasi dengan perawat ruangan untuk tetap memberikan motivasi cara minum obat yang benar sesuai dengn jadwal yang telah dibuat dengan klien, selain itu Penulis menyarankan mengenai penyediaan ruangan untuk kegiatan Mahasiswa guna memperlancar pelaksanaan asuhan keperawatan serta perlunya memfasilitasi setiap klien dengan peralatan kebersihan diri.

Daftar Pustaka : 12 Buku ( 1993 – 2004 )





Baca Selengkapnya...
KTI-SKRIPSI KEPERAWATAN
lebih dari 100 contoh kti-skripsi keperawatan ada disini, klik here
 

DOWNLOAD AREA

Download Macam-Macam Askep, disini
Download Artikel Kedokteran, disini
Download Artikel Seputar Kebidanan, disini

Followers

Blog Archive