Photobucket

Jumat, 26 Desember 2008

Cronic Renal Failure- Gagal Ginjal Kronik

Latar Belakang
Keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan profesional kepada masyarakat.
Mengingat hal tersebut di atas bahwa Rumah Sakit merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang profesional dan terdapat macam-macam penyakit yang perlu diperhatikan seperti pada sistem perkemihan salah satunya Psikososial pada Klien Gagal Ginjal yang Mendapat terapi Hemodialisa tidak mau mengeluarkan sisa metabolik dan kelebihan air dari darah.

Berdasarkan pencatatan rekam medik Ruang 117 Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A. Habibie Bandung diperoleh angka kejadian penyakit sistem perkemihan dapat dilihat pada tabel...

Selengkapnya anda bisa lebih jelas tentang "Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Perkemihan akibat CRF (Cronic Renal Failure) di Ruang 00 Rumah Sakit Khusus Ginjal DDDKlik disini....



Baca Selengkapnya...

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

INTISARI

Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota CCC, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota CCC, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota CCC.


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau ά= 0,05.
Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015.


Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.
Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan

Lebih lengkapnya anda bisa klik disini



Baca Selengkapnya...

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

INTISARI
Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta.


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau ά= 0,05.
Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015.


Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.
Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan

Lebih lengkapnya anda bisa klik disini




Baca Selengkapnya...

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

INTISARI
Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta.


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau ά= 0,05.
Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015.


Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.
Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan

Lebih lengkapnya and




Baca Selengkapnya...

Senin, 15 Desember 2008

Gangguan sistem pendengaran pada anak-anak

Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.

Gangguan pendengaran pada anak-anak
Jika ada kerusakan pada bagian manapun dari saluran dimana suara masuk ke sistem pendengaran, kemampuan mendengar bisa dipertanyakan.
Hanya jenis gangguan pendengaran tertentu yang bisa ditangani dengan pengobatan atau operasi, sementara kebanyakan akan bisa diperbaiki dengan pemakaian alat bantu dengar.
Gangguan pendengaran bisa sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
Faktor-faktor tertentu bisa mempengaruhi pengaruh gangguan pendengaran pada perkembangan anak. Seorang anak yang terlahir dengan gangguan pendengaran memiliki resiko lebih besar untuk mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan wicaranya dibanding anak yang mengalami gangguan pendengaran setelah bahasa dan wicaranya berkembang.

Tingkat gangguan juga memiliki pengaruh besar. Semakin parah gangguan pendengaran biasanya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perkembangan bahasa dan wicara.
Sangatlah penting bahwa gangguan pendengaran didiagnosa dan ditangani sedini mungkin
Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kemampuan bahasa dan wicara pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran bisa berkembang seperti anak-anak yang pendengarannya normal, jika pada mereka dipasangkan alat bantu dengar sebelum usia 6 bulan.
Istilah "gangguan pendengaran" atau "kerusakan pendengaran" tidak berarti ketulian
Seseorang yang tuli adalah yang tidak bisa memproses atau ¿mendengar¿ suara dengan atau tanpa sebuah alat bantu dengar. Karena kebanyakan gangguan pendengaran bisa diatasi secara berhasil dengan menggunakan alat bantu dengar, gangguan pendengaran harus diistilahkan dengan benar yaitu: gangguan pendengaran.


Gangguan pendengaran - suatu fenomena umum
Lebih dari 500 juta orang di dunia menderita gangguan pendengaran. Pada tahun 2015, angka ini diramalkan meningkat menjadi 700 juta. Alasan utama dari peningkatan ini adalah bahwa kita terekspose pada kebisingan di sekitar kita yang kian bertambah.

Bukan sekedar masalah yang dikaitkan dengan penuaan
Anggapan yang umum beredar di masyarakat adalah bahwa gangguan pendengaran hanya terjadi pada orang-orang tua. 50% dari penderita gangguan pendengaran berusia di bawah 65 th - dan banyak di antaranya yang merupakan anak-anak dan orang muda. Bacalah lebih lanjut tentang bagaimana umumnya anak-anak, orang muda dan orang dewasa yang mengalami gangguan pendengaran menjalani hidup dan tentang bantuan yang tersedia.

Gangguan pendengaran anak mempengaruhi seluruh keluarga
Sejak awal diduga atau didiagnosa adanya gangguan pendengaran, keluarga anda memasuki dunia informasi dan terminologi baru
Pemahaman yang jelas dan menyeluruh mengenai gangguan pendengaran akan membantu memberikan landasan bagi penilaian dan keputusan yang akan dilakukan.
Di halaman-halaman berikut anda bisa membaca mengenai tanda-tanda awal gangguan pendengaran, mengenai sekolah dan komunikasi, dan mengenai bagaimana anda, sebagai orang tua seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran, bisa membantu anak anda berkaitan dengan masalah-masalah praktis dan emosional sekitar gangguan pendengaran



Memahami gangguan pendengaran anak anda
Sejak awal diketahui atau didiagnosanya gangguan pendengaran, keluarga anda memasuki dunia informasi dan terminologi baru. Pemahaman yang jelas dan menyeluruh mengenai gangguan pendengaran – dari fungsi sistem pendengaran kita sampai berbagai tes diagnosa – akan membantu memberikan dasar bagi penilaian serta keputusan-keputusan yang akan dilakukan.

Dan landasan pemahaman ini berperan pada bagian terpenting – mencintai dan mensyukuri anak anda yang paling berharga!

Pada halaman-halaman berikut anda bisa membaca lebih banyak mengenai aspek-aspek psikologis dan faktual dari gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran pada anak-anak
Jika ada kerusakan pada bagian manapun dari saluran dimana suara masuk ke sistem pendengaran, kemampuan mendengar bisa dipertanyakan.

Hanya jenis gangguan pendengaran tertentu yang bisa ditangani dengan pengobatan atau operasi, sementara kebanyakan akan bisa diperbaiki dengan pemakaian alat bantu dengar.

Gangguan pendengaran bisa sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak

Faktor-faktor tertentu bisa mempengaruhi pengaruh gangguan pendengaran pada perkembangan anak. Seorang anak yang terlahir dengan gangguan pendengaran memiliki resiko lebih besar untuk mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan wicaranya dibanding anak yang mengalami gangguan pendengaran setelah bahasa dan wicaranya berkembang.

Tingkat gangguan juga memiliki pengaruh besar. Semakin parah gangguan pendengaran biasanya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perkembangan bahasa dan wicara

Sangatlah penting bahwa gangguan pendengaran didiagnosa dan ditangani sedini mungkin
Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kemampuan bahasa dan wicara pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran bisa berkembang seperti anak-anak yang pendengarannya normal, jika pada mereka dipasangkan alat bantu dengar sebelum usia 6 bulan.

Istilah "gangguan pendengaran" atau "kerusakan pendengaran" tidak berarti ketulian
Seseorang yang tuli adalah yang tidak bisa memproses atau ¿mendengar¿ suara dengan atau tanpa sebuah alat bantu dengar. Karena kebanyakan gangguan pendengaran bisa diatasi secara berhasil dengan menggunakan alat bantu dengar, gangguan pendengaran harus diistilahkan dengan benar yaitu: gangguan pendengaran.



Jenis-jenis gangguan pendengaran

Banyak orang menghubungkan gangguan pendengaran dengan usia tua. Meskipun gangguan pendengaran memang karena usia tua, ada banyak penyebab lain dari gangguan tersebut. Hal ini meliputi keturunan, akibat penyakit dan sebab lain yang tidak diketahui asal mulanya.

Gangguan pendengaran biasanya dibagi ke dalam dua kategori: gangguan pendengaran konduktif dan gangguan pendengaran sensorineural, tergantung dari bagian telinga mana gangguan pendengaran tersebut berasal. Seorang anak bisa juga memiliki gangguan pendengaran campuran yang merupakan kombinasi dari keduanya. Mengetahui jenis gangguan pendengaran adalah penting untuk memberikan penanganan yang tepat.


1.Gangguan pendengaran konduktif
Ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif:

infeksi di bagian tengah telinga

sambungan tulang retak

gendang telinga berlubang

kelainan pada bagian telinga luar

otosclerosis

serumen / kotoran telinga

2. Gangguan pendengaran sensorineural
Ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural:

bertambahnya usia

keturunan

penyakit

kondisi congenital

trauma akustik


Penyebab-penyebab umum gangguan pendengaran konduktif pada anak-anak


1.Cerumen telinga atau kotoran-kotoran lainnya
Menumpuknya kotoran seperti cerumen di dalam liang telinga bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif.

Kotoran harus dibersihkan oleh ahli jika diketahui menyebabkan gangguan pendengaran. Jika tidak ada komplikasi lain, maka pendengaran biasanya kembali normal setelah kotoran dibersihkan.

2.Infeksi bagian tengah telinga (otitis media)
Infeksi telinga bagian tengah merupakan kelainan yang umum terjadi, terutama pada anak-anak kecil. Infeksi akut telinga tengah sangat menyakitkan dan harus segera ditangani. Jika tidak segera ditangani, gendang telinga bisa rusak.

Gendang telinga yang sehat akan membaik sendiri dengan menutup kerusakan tersebut dengan jaringan parut. Namun, akumulasi jaringan parut sebagai akibat dari sering terjadinya infeksi bisa juga menyebabkan gangguan pendengaran konduktif yang lebih sulit diatasi.




Penyebab-penyebab umum gangguan pendengaran sensorineural pada anak-anak


1.Congenital
Jenis gangguan pendengaran ini menyiratkan bahwa anak anda terlahir dengan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran congenital bisa karena keturunan, yang berasal dari sejarah keluarga yang diketahui maupun tidak diketahui. Gangguan pendengaran congenital bisa karena sindrom genetik (mis. Sindrom Down).

Jenis gangguan pendengaran ini bisa muncul karena faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan seperti alkohol, obat-obatan atau pengobatan yang dilakukan selama kehamilan, penyakit yang diderita oleh ibu baik sebelum maupun selama kehamilan, atau komplikasi pada saat melahirkan.

2.Trauma Akustik
Paparan ke suara keras secara terus menerus atau terpapar singkat dengan suara yang mengejutkan bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural (misalnya: petasan dan letusan senjata api).

3.Infeksi
Kasus infeksi tertentu yang parah seperti campak, gondongan, meningitis atau batuk rejan bisa menyebabkan berbagai tingkat gangguan pendengaran sensorineural.




Tanda-tanda gangguan pendengaran
Anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran seringkali belajar untuk menutupi tanda-tanda kurangnya kemampuan mendengar dengan menjadi lebih peka terhadap tanda-tanda informatif lain di sekitar mereka seperti perubahan cahaya saat pintu dibuka atau ditutup, getaran di lantai, dan gerakan udara. Karena hal ini, reaksi mereka bisa kelihatan normal, sehingga gangguan pendengaran menjadi sulit diketahui.

Mengetes pendengaran bayi melalui program screening pendengaran bagi bayi yang baru lahir adalah cara terbaik untuk mendeteksi kerusakan pendengaran sedini mungkin. Jika screening pendengaran tidak rutin, seringkali orang tualah yang mulai mencurigai adanya gangguan pendengaran.


Percayalah pada intuisi anda
Anda harus meyakini intuisi anda jika anda mencurigai anak anda memiliki kesulitan mendengar. Jika ragu, buatlah janji untuk bertemu dengan audiologist atau konsultasikan dengan dokter anda untuk melakukan tes pendengaran.

Seorang anak tidak pernah terlalu muda untuk dites pendengarannya, dan studi telah menunjukkan bahwa semakin awal seorang anak diberikan alat bantu dengar, semakin baik perkembangan ketrampilan bahasanya.

Tes pendengaran merupakan sebuah tes sederhana dan tidak menyakitkan untuk mengetahui apakah anak anda mengalami gangguan pendengaran atau tidak.

Tahukan anda...
Saat ini semakin banyak anak mengalami gangguan pendengaran.
Salah satu alasan pertumbuhan ini adalah tingkat kebisingan yang tinggi di mana anak-anak terpapar di sekolah dan tempat-tempat penitipan anak.
Sebuah penelitian seorang warga negara Denmark mengenai gangguan pendengaran pada anak-anak menunjukkan bahwa 7% dari anak-anak memiliki gangguan pendengaran di sekolah. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1977, sementara pada tahun 1997, angkanya menjadi 30%.


Diagnosa
Proses diagnosa dilakukan untuk meyakinkan atau menghilangkan kecurigaan anda sehubungan dengan pendengaran anak anda. Setelah beberapa tes atau pertemuan, audiologist atau dokter anda akan memberikan hasil tes anak anda beserta diagnosa.
Anda akan diberi tahu jenis gangguan pendengaran (konduktif, sensorineural atau campuran), tingkat gangguan pendengaran (ringan sampai berat) dan apakah satu atau kedua telinga yang terganggu. Biasanya dokter juga akan menjelaskan prognosis / perubahan apa yang bisa terjadi dari waktu ke waktu.


Informasi adalah penting
Tanpa mempedulikan jumlah informasi yang anda terima, audiologist atau dokter anda akan melengkapinya dengan fakta-fakta mengenai gangguan pendengaran. Pembahasan lebih lanjut akan memfokuskan pada informasi penting yang akan membantu anda dalam memutuskan tindakan-tindakan terbaik guna meningkatkan kualitas kehidupan anak anda.
Reaksi yang biasanya terjadi
Meskipun anda mungkin mencurigai anak anda mengalami gangguan pendengaran, namun mengetahui kenyataan bahwa gangguan tersebut benar-benar ada biasanya mengejutkan. Sementara orang tua akan menyalahkan mereka sendiri dan merasa putus asa.

Yang lain mungkin menolak dan tidak bisa menerima adanya gangguan tersebut. Reaksi-reaksi ini cukup wajar. Kita harus bisa menerima dan yakin adanya jalan keluar untuk mempersiapkan langkah selanjutnya.

Emosi-emosi ini bisa muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab. Seringkali, jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dan kesadaran akan adanya jalan keluar memberikan kelegaan yang besar bagi para orang tua.

Oleh sebab itu, berbicaralah mengenai hal itu kepada setiap orang yang anda rasa akan memberikan penjelasan mengenai masalah tersebut atau sekedar menjadi pendengar permasalahan anda. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah kehidupan anak saya akan terhalang dengan gangguan pendengaran?”, “Apakah anak saya akan berbicara dengan normal?” sering terdengar.

Ingat bahwa anda tidak sendirian
Ada begitu banyak sumber yang ada bagi anda dan anak anda.

Anda mungkin ingin berkonsultasi dengan audiologist, dokter, atau orang tua lain atau pendidik atau anak-anak penderita gangguan pendengaran lainnya, atau bahkan orang-orang yang didiagnosa memiliki gangguan pendengaran sewaktu kecil.

Orang-orang ini tidak hanya bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan anda dan menanggapi permasalahan anda, namun pengalaman-pengalaman mereka bisa juga membantu anda memberikan perspektif positif pada permasalahan secara keseluruhan.

Tanyakan kepada ahli perawatan pendengaran anda untuk menginformasikan organisasi-organisasi bagi para penderita gangguan pendengaran di daerah anda.
Tes pendengaran
Jika anda mencurigai bahwa anak anda memiliki gangguan pendengaran, atau jika ada kondisi medis atau fisik telinga yang mengkawatirkan, tes pendengaran bisa dilakukan.

Anak-anak pada usia berapapun – bahkan yang baru lahir – bisa dites pendengarannya. Ada banyak jenis metode tes yang ada yang dipilih menurut usia dan tingkat kedewasaan anak anda. Tes pendengaran tidak akan menyebabkan ketidaknyamanan fisik pada anak anda.


Cara melakukan tes pendengaran
Tes pendengaran yang umum dilakukan, di mana orang yang dites harus mengatakan apakah dia bisa mendengar suara atau tidak, biasanya tidak berhasil untuk anak-anak karena metode ini memerlukan respon subyektif dari anak tersebut.

Tes pendengaran untuk anak-anak
Kami telah mengumpulkan daftar beberapa tes yang paling sering digunakan untuk mengetes anak-anak.

Di mana harus melakukan tes pendengaran
Di beberapa negara, tes pendengaran dilakukan sebagai bagian rutin perawatan bayi. Tes ini bisa membantu memberikan peringatan kepada orang tua mengenai kesulitan mendengar.

Audiologist yang terbiasa mengetes orang dewasa mungkin tidak memiliki peralatan penting yang bisa digunakan untuk mengetes anak-anak secara benar. Oleh sebab itu, sebaiknya anda pergi ke audiologist yang secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap anak-anak.


Audiogram
Audiogram adalah gambaran grafis mengenai hasil yang diperoleh selama tes pendengaran atau audiometri.

Jika anak anda berusia lebih dari 6 bulan, hasil audiogram seharusnya dapat tersedia bagi anda. Jika anak anda lebih muda dari 6 bulan atau jika audiogram tidak dapat diperoleh karena anak tersebut tidak kooperatif selama pemeriksaan, seorang audiologist atau dokter dapat mendiagnosis kelainannya bedasarkan hasil lain selain dari audiogram.

Pada kasus di atas, audiogram dapat dibuat pada saat anak anda telah berusia lebih tua atau lebih dapat diajak bekerja sama.

Mintalah selalu hasil audiogram dari audiologist anda. Hasil ini sebaiknya tersedia jika anda ingin melihat lagi hasil tersebut di lain waktu atau jika anda ingin membandingkan hasil tersebut dengan hasil audiogram sebelum ataupun sesudahnya.


Sumber :
1. pendengaran, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendengaran
2. tentang pendengaran www.widex.com





Baca Selengkapnya...

Merokok Pasif Bisa Lebih Bahaya Dari Merokok Aktif

Para perokok mulai kini harus mulai berhti-hati. Paslnya, merokok di sembarang tempat dan menyebarkan asap rokok ke lingkungan, kini dianggap sebagai tindakan asosial serta bisa digolongkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Merokok merupakan suatu pilihan, tapi bernafas, terutama menghirup udara bersih, adalah kebutuhan semua manusia di dunia. Oleh karena itu, para perokok diharapkan bisa menghormati hak asasi orang lain di sekitarnya yang tidak merokok.

Pertimbangan di atas mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Smoke-Free Environment atau Lingkungan Bebas Asap Rokok sebagai tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2007, yang dirayakan setiap tanggal 31 Mei ini. Merokok membahayakan perokok, dan terlebih lagi, asap rokok membahayakan bukan perokok. Tidak saja karena satu perokok bisa membahayakan banyak bukan perokok di sekitarnya, namun juga karena pada umumnya sensitivitas reaksi kesehatan mereka lebih tinggi dibanding kaum perokok, sehingga lebih rentan terhadap gangguan kesehatan karena asap rokok.

Mainstream smoke atau asap yang dihisap perokok, besarnya hanya 4% padahal asap rokok yang dikeluarkan rokok terbakar saat tak dihisap (sidestream smoke) besarnya 96% dari total masa pembakaran rokok. Sidestream smoke lebih berbahaya bagi kesehatan daripada asap mainstream karena terbakar pada suhu tinggi dan tanpa saringan, lepas ke udara. Asap sidestream juga mengandung lebih banyak zat berbahaya daripada asap mainstream yang dihirup perokok.

Campuran dua jenis asap di atas disebut second-hand smoke atau Environmental Tobacco Smoke (ETS). Paparan terhadap ETS disebut merokok pasif (passive smoking) atau involuntary smoking yang dapat dikatakan terpaksa merokok. Kegiatan merokok tidak saja menyebarkan asap ke udara tapi juga partikel-partikel non-asap. Anggota masyarakat tidak seharusnya menghisap asap rokok, tetapi seringkali mereka tidak mengetahui bahwa mereka menghisap partikel-partikel rokok non-asap yang tertinggal di udara dan terus dipancarkan alat pengatur udara. Padahal partikel-partikel ini sama merugikannya bagi kesehatan manusia.

Sumber asap rokok di dalam ruangan (indoor) lebih membahayakan daripada di luar ruangan (outdoor) karena sebagian besar orang menghabiskan 60%-90% waktunya selama satu hari penuh (24 jam) di dalam ruangan. Dalam asap rokok terdapat sesedikitnya 30 jenis polutan. Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa asap rokok mengandung sekitar 60 zat penyebab kanker. Jadi, perokok secara tak langsung telah menyudutkan kaum bukan merokok, memaksa mereka menanggung akibat yang sama dengan perokok.

Paparan asap rokok bisa didapatkan dari berbagai tempat, seperti di kantor, alat transportasi umum, rumah makan, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan banyak lagi. WHO memperkirakan sekitar 50% anak-anak di seluruh dunia terpolusi asap rokok di rumah mereka.

Populasi yang rentan terhadap asap rokok adalah anak-anak, karena mereka menghirup udara lebih sering daripada orang dewasa. Organ anak-anak masih lemah sehingga rentan terhadap gangguan dan masih berkembang sehingga jika terkena dampak buruk maka perkembangan organnya pun tidak sesuai dengan semestinya.

Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) memperkirakan, setiap tahun merokok pasif menyebabkan 150.000-300.000 infeksi saluran pernafasan bawah pada anak-anak di bawah usia 18 bulan, mengakibatkan 7.500-15.000 anak-anak tersebut dirawat di rumah sakit, terutama karena gangguan organ pernafasan. Berbagai gangguan kesehatan pada anak bisa dipicu oleh asap rokok.

Menurut ahli kedokteran anak dalam jurnal Pediatrics, tidak ada data yang mengindikasikan bahwa rendahnya tingkat paparan asap rokok dapat dianggap tidak membahayakan kesehatan seseorang. Dampak asap rokok pada anak-anak bisa bervariasi, jadi tidak dapat ditentukan ambang aman asap rokok di suatu lingkungan. Tidak terkena asap rokok adalah cara paling baik menghindari risiko masalah kesehatan karena asap rokok.

Asap rokok juga membahayakan janin, mengganggu perkembangan janin dalam kandungan wanita hamil. Wanita hamil yang merokok pasif biasanya melahirkan bayi yang berberat badan rendah atau cacat karena tidak sempurnanya pembentukan dan perkembangan janin. Dalam sebuah penelitian di Inggris, terbukti adanya hubungan antara ibu-ibu yang merokok pasif dengan kematian anak yang mendadak. Anak-anak yang orang tuanya merokok umumnya sering batuk, berdahak, dan bersin-bersin. Meskipun tampak ringan, gangguan kesehatan ini menghambat kegiatan anak-anak.

Kaum usia lanjut, serta mereka yang mengidap asma serta gangguan jantung, juga sangat rentan terhadap asap rokok. Dampak umum ETS yang segera adalah iritasi mata, hidung dan tenggorokan, sakit kepala, gejala-gejala mirip asma, serta menurunnya kinerja. ETS juga berhubungan dengan timbulnya gangguan bronkitis, radang paru dan asma.

30 menit paparan asap rokok cukup untuk memperkecil aliran darah ke jantung, mengakibatkan perubahan akut fungsi jantung dan penurunan rata-rata detak jantung, sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Paparan asap rokok dalam sekejap waktupun dapat menyebabkan melengketnya keping darah sehingga menghambat peredaran darah, yang jika menggumpal dapat menyebabkan serangan jantung. Di Inggris, diperkirakan sekitar 1/5 dari total kematian kaum pekerja (20-64 tahun) disebabkan asap rokok di lingkungan kerja.

Penyebaran asap rokok di kantor apalagi secara terus menerus dapat meningkatkan jumlah hari tidak masuk kerja (absentisme), menurunkan produktivitas, mempersingkat usia kerja karena penyakit, meningkatkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan perorangan atau perusahaan, meningkatkan biaya kebersihan kantor, memperbesar risiko terhadap kerusakan karena asap dan api.

Berapa besar asap rokok yang dihirup di setiap tempat tentu bervariasi, tergantung jumlah perokok, rokok yang dihisap, ukuran ruang dan jenis ventilasi. Maka, sulit menentukan akibatnya secara terpisah-pisah. Selama ini, masyarakat merasa cukup aman dengan pemisahan area merokok dengan area bebas kegiatan merokok, padahal area terakhir ini tidak berarti pembebasan penuh dari asap rokok dan dampaknya. Pemisahan ruang tanpa pemisahan pengatur udara tidak berpengaruh banyak pada pembebasan ruangan bebas kegiatan merokok dari asap rokok.

Lebih jauh lagi, dari berbagai penelitian disimpulkan bahwa teknologi ventilasi atau penyaringan udara yang ada saat ini, belum ada yang mampu menghilangkan sepenuhnya asap rokok atau sisa asap rokok dari suatu ruangan. Jadi, tidak memperkenankan merokok dalam ruangan (indoor) ataupun di lingkungan publik, dianggap berbagai ahli memang merupakan satu-satunya cara jitu membebaskan lingkungan ruangan dari dampak asap rokok.

Karenanya, Departemen Kesehatan sangat menghargai Pemerintah Daerah, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, pengusaha, dan berbagai kalangan yang telah berusaha menerapkan kawasan tanpa asap rokok. Pesantren Langitan mengharuskan para santri untuk tidak merokok, terutama di lingkungan pesantren. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, serta Pemerintah Kota Bogor DAN Cirebon telah menerapkan larangan merokok di tempat-tempat umum dan keharusan area publik menyediakan ruang khusus merokok.

Dusun Bone-Bone di Enrekang, 5 jam berkendaraan mobil dari Makassar, Sulawesi Selatan lebih hebat lagi. Kepala Dusun berpenduduk 542 jiwa ini berinisiatif menjadikan seluruh bagian dusunnya sebagai kawasan tidak merokok. Inisiatif ini dipicu oleh adanya warga dusun yang pulang kampung karena sakit paru-paru kronis yang diakibatkan menghirup asap rokok di tempat kerjanya. Pertanyaan yang menggelayuti Pak Idris saat itu,”Kalau perokok pasif saja bisa terkena penyakit, apalagi yang merokok, ya?” Maka ditetapkanlah aturan untuk tidak merokok di Bone-Bone. Untuk secara langsung menyampaikan terima kasih atas partisipasi mandirinya menyehatkan masyarakat, Depkes mengundang Kepala Dusun Bone-Bone untuk menerima penghargaan di Jakarta.

Pertanyaan lanjutan bagi warga kota, kalau masyarakat desa yang masih bisa menghirup udara luar yang bersih saja, keberatan mencemari lingkungannya dengan asap rokok, mestinya masyarakat kota bisa memperkecil polutan yang dihirupnya lewat pembebasan asap rokok di lingkungan dalam ruangan. Setidaknya dimulai dari rumah dan tempat kerja, melindungi anak-anak dan teman kerja kita. Memberikan kepada orang-orang tercinta kita, salah satu hak asasi mereka: pilihan untuk mengirup udara bebas dari asap rokok.

Sumber : www.depkes.go.id



Baca Selengkapnya...

Konsumsi Soft Drink Berlebihan Bisa Pacu Osteoporosis

Sebuah hasil penelitian di bidang kesehatan mengungkapkan data menarik bahwa kebiasaan minum soft drink secara berlebihan dapat mempercepat seseorang mengalami pengeroposan tulang atau osteoporosis, selain faktor kurangnya aktivitas fisik serta minimnya masukan zat kalsium.

"Hindari kebiasaan merokok, alkohol, kafein serta soft drink," kata dokter Tanya TM Rotikan dari Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Senin dalam lokakarya yang membahas "Terobosan Baru Dalam Ilmu Kesehatan Tulang."

Tanya mengungkapkan bahwa soft drink menjadi salah satu faktor yang mendorong pengeroposan tulang karena minuman ringan yang dikonsumsi secara berlebihan ini mengandung karbon yang menghambat penyerapan zat kalsium.

Ia mengatakan pula bahwa kafein yang terdapat dalam kopi--apalagi jika diminum secara berlebihan-- akan mengeluarkan kalsium secara berlebihan.

Sementara itu alkohol merusak tulang dan menyebabkan pola makan yang tidak teratur sehingga timbul gangguan kecukupan zat gizi dalam makanan.

Pada acara yang diselenggarakan PT Fonterra Brands Indonesia yang menghasilkan susu Anlene tersebut, dokter Tanya menyebutkan sekalipun di Indonesia belum diketahui secara tepat jumlah penderita osteoporosis, sebagai perbandingan di Amerika Serikat terdapat 28 juta penderita yang sedikitnya mengakibatkan terjadinya 1,5 juta kasus patah tulang setiap tahunnya.

Untuk mengatasi kasus pengeroposan tulang ini, ia menyarankan agar masyarakat untuk lebih memperhatikan gaya hidup mereka serta menata kembali pola makannya.

"Osteoporosis dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih aktif bergerak, cukupnya paparan sinar matahari dan cukupnya masukan kalsium yang disesuaikan dengan usia, masing-masing (orang, red)," katanya.

Ia menjelaskan, pada umumnya penderita osteoporosis tidak menyadari gangguan kesehatan yang mereka alami. Kondisi itu baru disadari bila mereka menderita patah tulang sehingga baru kemudian menghubungi dokter.

Selain patah tulang, gejala osteoporosis juga bisa ditemukan bila tubuh makin pendek atau makin membungkuk, timbulnya nyeri tulang, serta secara kebetulan ditemukannya gambaran radiologik yang khas.

Di tempat yang sama, Manajer Pemasaran Fonterra Brands Indonesia Baskorohadi Sukatmo menyebutkan susu berkalsium tinggi dapat mencegah terjadinya gangguan tulang ini.

"Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kalsium dalam tulang, yang membuat tulang menjadi tipis, keropos dan mudah patah," kata Baskorohadi Sukatmo.

diambil www.depkes.go.id.


Baca Selengkapnya...

Minggu, 14 Desember 2008

Gangguan alam perasaan: depresi.

I. MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.









III. A. POHON MASALAH



Resiko mencederai diri (Akibat)
!
!
!
Gangguan alam perasaan: depresi (Core problem)
!
!
Koping maladaptif (Penyebab)


B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Gangguan alam perasaan: depresi
a. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

2. Koping maladaptif
a. DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien
1.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
1.3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
1.4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
1.5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
1.6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
2.1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2.2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
2.3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
2.4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
2.5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
2.6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
2.7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
3.1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2. Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
3.4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
5.1. Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
6.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.





Baca Selengkapnya...

Segera dan Miliki macam-macam Karya Tulis Keperawatan



untuk karyatulisilmiahkeperawatan
kami telah updated ke
Baca Selengkapnya...

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan intesitas sedang sering terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu. Klebanoff dkk. (1985) melaporkan bahwa lebih separuh dari 9000 wanita mengalami muntah pada awal kehamilan. Jewell dan Young (2000) mensurvei Cochrane Database System dan memastikan adanya efek menguntungkan dari obat-obat antiemetik. Apabila parah dan tidak responsive terhadap terapi, maka kelainannya disebut hiperemesis gravidarum, yang untungnya jarang terjadi. Sindrom ini secara longgar didefinisikan sebagai muntah-muntah yang cukup berat sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan, dan hipokalemia. Pada sebagian kasus, terjadi disfungsi hati sementara. Hiperemesis tampaknya berkaitan dengan kadar gonadotropin korionik atau estrogen yang tinggi atau meningkat pesat.


Godsey dan Newman (1991) mempelajari 140 wanita yang dirawat karena hiperemesis di Medical University of South Carolina Hospital. Pada 27 persen dari para wanita ini diperlakukan rawat inap berulang. Muntah mungkin berkepanjangan, sering, dan berat. Penyulit serius adalah laserasi Mallory Weis dan ruptur esophagus. Schwartz dan Russof (1994) melaporkan seorang wanita yang muntah-muntahnya menyebabkan pneumotoraks bilateral dan pneumomediastinum. Robinson dkk. (1998) melaporkan epitaksis berat akibat koagulopati defisiensi vitamin K pada seorang wanita dengan hiperemesis refrakter pada gestasi 15 minggu. Sejumlah kasus dengan penyulit ensefalopati Wernicke akibat defisiensi tiamin juga pernah dilaporkan. Penyulit yang disebabkan oleh ensefalopati ini antara lain adalah kebutuhan, kejang, dan koma.
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan muda. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, bisa setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama sekitar 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60%-80% wanita dengan kehamilan pertama (primigravida) dan 40-60% pada wanita yang sudah pernah hamil (multigravida). Satu di antara 1.000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual disebabkan meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meski gejala mual dan muntah berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
Penyebab keadaan ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan adalah:
1. Sering pada primigrvida, hamil anggur, dan kehamilan ganda. Frekwensi tinggi pada hamil anggur dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut HCG dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal (menempelnya plasenta pada rahim ibu) dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini adalah merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik, seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat mengurangi frekwensi muntah.
5. Faktor endokrin seperti hipertiroid dan diabetes dan lain-lain.
Jika hiperemesis gravidarum terjadi terus menerus, dan dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit. Dehirasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Di samping itu dapat juga menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Dapat pula terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan saluran pencernaan. Umumnya, robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih normal.
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole
kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton
ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.
3. Tingkat III
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.


Baca Selengkapnya...

Manajemen Persalinan

Persalinan merupakan hal yang ditunggu-tunggu bagi setiap pasangan. Karena kenapa???Yach, gimana enggak, pastinya setiap pasangan itu mau punya yang namanya keturunan yang akan meneruskan tahta kehidupannya, menerusakan brbagai ilmu yang telah dimilikinya dalam menempuh hidup dalam dunia fana ini dan bahkan mungkin juga akan memberikan ilmu bagaimana mengatasi berbagai persoaalan hidup hingga sang keturunan ini tidak akan terjerumus pada lobang yang ortu mereka pernah jatuh di dalamnya.

Dilain sisi, bagi pasangan muda, ibu muda hamil, perasaan bahagia itu diselimuti juga dengan yang namanya ketakutan dan kewaspadaan terhadap kelahiran yang akan dijalaninya. Gimana enggak, proses yang mempertaruhkan nyawa ini sangat berat dihadapi bagi mereka yang memang belum dibekali akan kekuatan batin dari berbagai informasi yang diperolehnya, baik dari kleuarga sendiri (khususon pasangan hidupnya, suami), tenaga kesehatan, atau sumber informasi lainnya yang setidaknya bisa memberikan dorongan spiritual agar ia tetap tegar dalam menyambut kehadiran buah hati.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanaje) nyeri saat persalinan, diantaranya:

1. Terap non farmakologis

Terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah :

a. Imaging Guide

Tekhnik ini dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat membuatnya nyaman. Ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedaunan padi yang melambai-lambai ditiup angin sore. Atau ajak dia ke suasana laut yang mengajak kita untuk mendengarkan deburan ombak yang perlahan mengenai kaki kita yang tercelup dalam air laut di tepian pantai. Atau hal lainnya dimana Anda lebih tau bagaimana memberikan ketenangan pada istri Anda saat ia membutuhkan ketenangan itu.

b. Music therapy

Hal ini ditujukan bagi Anda yang memang suka dengan yang namanya mendengarkan alunan nada. Baik itu berupa alunan ayat Al-Qur'an yang Anda dengarkan, atau musik alam seperti suasana air terjun dengan gemricik air yang turun, atau dengan musik klasik.

c. Fisik dan Psikis

wah...ini sederhana sekali untuk dilakukan, bila memang Anda kebingungan untuk menceritakan sesuatu yang indah-indah pada istri Anda, terlebih lagi bagi Anda yang memang bukan ahlinya bercerita, atau memang keterbatasan alat musik yang Anda miliki. Pendampingan istri atau kehadiran Anda saat istri berada di rumah sakit saat menunggu kelahiran, adalah sesuatu yang dapat mengurangi kecemasan pasangan. Meskipun ada perawat atau tenaga kesehatan yang senantiasa siap membantunya, namun kehadiran Anda sebagai pasangan hisup atau keluarga terdekat istri sangat membantu mengurangi kecemasan bahkan nyeri sang istri.

d. Massage

Pijatan atau sentuhan pada area tertentu ternyata dapat mereduksi nyeri pasangan. Adapaun area yang bida dilakukan pemijatan yakni di area pinggul, punggung, dan lutut.

e. Posisi

Posisi ini dimaksudkan pada posisi yang enak dan nyaman saat melahirkan. Ada beberapa posisi yang bisa dipilih...lihat di posisi melahirkan (loading...)

2. Terapi farmakologis

Kalo ini mah udah jelas-jelas harus dokter yang bertindak untuk ngatasinya. Berbagai obat disuntikkan ke ibu, baik itu anastesis umum yang di suntikkan epidural, spinal, ataopun sekedar regional.

Sumber: ahmadalfikri.blogspot.com

Baca Selengkapnya...

Sabtu, 13 Desember 2008

Riset Keperawatan

Riset (penelitian)
Proses pencarian kebenaran yang belum terungkap secara sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data)

Riset Keperawatan
Proses pencarian kebenaran secara sistematis yang didesain untuk meningkatkan pemahaman kita tentang isu-isu yang terkait dengan keperawatan, antara lain: praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan.

Pengertian yang salah tentang riset:
• Pengumpulan data atau informasi
• Studi pustaka / Kajian dokumentasi
• Penulisan makalah
• Bekerja menyendiri di laboratorium, perpustakaan & lepas dari kehidupan sehari-hari.
Manfaat riset dalam keperawatan :
• Memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan
• Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan pelayanan keperawatan
• Memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan, memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien
Praktik Keperawatan Berbasis Temuan Ilmiah (evidence-based practice)
• Fakta terbaik dari riset diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun asuhan keperawatan
• Klien yang mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki out come yang lebih baik bila dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan intervensi standar (Heater, Beckker, dan Olson, 1988)
• Sumber hasil riset dari jurnal ilmiah
Sejarah riset keperawatan
Tahap awal : sebelum tahun 1960an
• Florence Nightingale --> laporan mengenai faktor-faktor yang berdampak pada kesakitan dan kematian prajurit Inggris selama perang Crimean. Dipublikasikan dalam Notes on Nursing (1859).
• Th 1900an s.d. 1940an --> pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
• Th 1950an --> jurnal Nursing Research terbit
• Th 1963 --> International Journal of Nursing Studies
• Th 1969 --> Canadian Journal of Nursing Research
Sejak tahun 1970an
• Pengembangan teori keperawatan dan isu-isu keperawatan
• Penerbitan jurnal keperawatan th 1970an: Advances in Nursing Science, Research in Nursing & Health, the Western Journal of Nursing Research, Journal of Advanced Nursing
• Penerbitan jurnal di th 1980an: Applied Nursing Research, Evidenced Based Medicine
• Mulai ada perhatian untuk mengaplikasikan temuan riset ke dalam praktik keperawatan
• Pengembangan lembaga penelitian yang berfokus pada perawatan klien di AS th 1986 (National Center for Nursing Research di bawah National Institutes of Health)
• Penerbitan jurnal di th 1990an: Qualitative Health Research (1990), Clinical Nursing Research (1991), Clinical Effectiveness in Nursing (1996).
• Cochrane Collaboration (www.cohrane.co.uk), CINAHL (www.cinahl.com), PubMed (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/) --> direktori rangkuman hasil penelitian (systematic review)
• Penerbitan Jurnal Keperawatan di Universitas Indonesia (akhir th 1990-an)
• Di Departemen Kesehatan RI, dukungan terhadap riset keperawatan melalui Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan (Risbinakes)
• Sampai saat ini di Indonesia masih dalam fase stimulasi --> membangkitkan gairah riset keperawatan dan aplikasinya dalam praktik keperawatan
Tahapan perkembangan riset keperawatan (Ross, Mackenzie & Smith, 2003)
1. Fase stimulasi, bangkitnya kegairahan riset keperawatan
2. Fase individualistis, perawat secara individual melakukan riset mandiri dengan bimbingan ahli statistik.
3. Fase penyatuan, pengembangan jejaring (network) peneliti keperawatan
4. Fase keseimbangan, kolaborasi beberapa program penelitian ilmiah
Ruang lingkup riset keperawatan:
• Keperawatan medikal bedah
• Keperawatan maternitas
• Keperawatan anak
• Keperawatan jiwa
• Keperawatan gerontik
• Keperawatan keluarga
• Keperawatan komunitas
• Manajemen Keperawatan
• Pendidikan Keperawatan
Etika Riset Keperawatan (Loiselle et al., 2004) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality)
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)

Sumber : bondanriset




Baca Selengkapnya...

Sistem Reproduksi Wanita

ALAT REPRODUKSI WANITA

Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus - hipofisis - adrenal - ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.


GENITALIA EKSTERNA

Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

GENITALIA INTERNA

Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).

Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).

Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.

Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb) dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria, uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca sendiri.

ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL

Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.

Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI

Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai "tempat roh".
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.

Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).

Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)

Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.

Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.

(gambar)
Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like pattern of glands.
B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and stromal hemorrhage.
HORMON-HORMON REPRODUKSI

GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).

FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).

Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.

Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.



Baca Selengkapnya...

Gangguan Sistem Reproduksi

A. Tumor Ovarium
Klasifikasi tumor ovarii, sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Novak mengusulkan suatu klasifikasi yang walaupun diakuinya tidak sempurna betul, tapi dapat dipertanggung-jawabkan. Disamping itu klasifikasi ini sifatnya sederhana.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tumor ovarii yang benigna
a. Kistik
1) Non neoplastik
a) Folikel
b) Lutein
c) Stein-Leventhal
d) Endometrial
e) Peradangan tubo ovarial
f) Inclusion germinal
2) Neoplastik
a) Cystadenoma mucinosum
b) Cystadenoma serosum
c) Dermoid
b. Solid
1) Fibroma
2) Lymphangioma
3) Mesothelioma
4) Osteochondroma
5) Brenner



2. Tumor ovarii yang maligna
a. Kistik
1) Adeno cansinoma corpus enterna
2) Epidermoid carcinoma dari kista dermoid
b. Solid
1) Carcinoma servic
2) Endometroid carcinoma (sering adeno-acanthoma)
3) Mesonephroma
3. Tumor maligna yang lain (jarang)
a. Teratoma
b. Chorionephithelioma
c. Sarcom
d. Lymphoma
e. Melanoma
4. Tumor-tumor dengan potensi endoktrin (malignitas rendah)
a. Dysontogenik : 1) Dysgerminoma, biasanya insert
2) Granulosatheca biasanya berpengaruh feminisasi
3) Arrhenoblastoma, biasanya berpengaruh virilisasi.
b. Tumor sisa adrenal, biasanya mengadakan virilisasi
c. Tumor-tumor dengan matrix yang berungsi, yaitu yang menyebabkan peningkatan fungsi atau organ dari jaringan yang ditumpanginya misalnya: Tumor pada kelenjar endokrin, maka fungsi dari kelenjar menunjukkan peningkatan sehingga akan berpengaruh terhadap organ lain.
5. Metastatik
Salah satu jeni dari metastatik adalah tumor Krakenberg. Pembagian lain metastatik yang dikemukakan oleh Hertlg dan Gore didasarkan atas asalnya tumor yaitu :
a. Epital germinal : cystademona serosum, mucinosum, endometroid dll.
b. Jaringan ikat : sarcom, fibroma
c. Tumor sel benih : dysgerminoma, teratoma, choriocarcinoma.
d. Stro, gonade : arrhenoblastoma, tumor granulosa theca
e. Tumor sisa vestigial : mesonephroma, tumor sel hilus



B. Tumor Ovarii yang Benigna
1. Kista ovarium non-neoplastik (fungionil)
a. Kista follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi. Setiap bulan, sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tempaknya sebagai kista-kista kecil, tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cariran yang banyak, sehingga terbentuk kista yang besar, yang dapat ditemukkan pad apemeriksaan klinis.
Gejala-gejala
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis.
Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenal. Seperti pada semua tumor-ovarii dapat menyebabkan torsi (ferpelintit). Kadang-kadang walaupun jarnag, dapat terjadi ruptura ovarium secara spontan, dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisinya dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu.


Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplasik atu non-neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar. Sebainya diadakan observasi beberapa minggu. Pada suatu kist follikel, bila diadakan pemeriksan ulangan beberapa minggu kemudian, tidak karangan kista tersebut mengecil, bahkan mungkin telah kembali ke besarnya yang normal.
Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resopsi spontan. Bila harus diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena indikasi lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaik-baiknya di enucleasi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang normal.

b. Kista lutein
Kista dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma.
Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terkadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.
Gejala-gejala
Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang terhambat, diikuti dengan perdarahan sedikir yang terus-menerus disertai rasa sakit pada bagian perut bawah.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada yang menganggap kista ini sebagai corpus luteum persistens, dimana oleh sesuati sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epothelioma. Dalam dalam beberapa kasus dari jenis ini, tetapi pada umumnya kista dibentuk oleh sel theca lutein dari jaringan ikat.
Diagnosa
Oleh karena jarang memberikan gejala-gejala, maka diagnosa sukar ditentukan. Bila tumor ini cukup besar sehingga dapat teraba dari luar, maka sukar dibedakan dengan tumor ovarium lainnya. Pada keadaan dimana tumor ini memberi gejala-gejala yang menyerupai kehamilan ektopik, antara keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan test kehamilan atau kuldos kopi.
Terapi
Pada umumnya kita bersikap konservatif saja oleh karena biasanya kista tersebut akan mengecil dengan sendirinya. Kalau kista itu besar sekali sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.
c. Stein-Leventhal ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan (pearly gray or oyster white), dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi dikemukakan corpus luteum.
Secara klinis memberikan gejala yang disebut : Stein Leventhal syndrom, yaitu yang terdiri dari : hirsutisme sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe, kadang-kadang diselingi menorrhagi dan clitoris membesar. Kecenderungan varilisasi, mungkin disebakan hyperlasi dari tunica interna yang menghasilkan zat endrogenic.
Kelainan ini merupakan penyakit heriditer yang autosomal dominant.
Terapi
1 Operatif :
Wedge resection (1/3 – 2/3 jaringan ovarium dibuang). Apa sebabnya Wedge resection dapat menyebabkan ovulasi?
Ada 2 teori, yaitu :
a) Dengan reseksi sebagian dari kapsul yang tebal dibuang, sehingga Faktor penghalang ovulasi dihilangkan.
Teori ini banyak menentang, karena setelah reseksi, kedua sisinya akan disatukan kembali, sehingga timbul akpsel yang baru.
b) Pengangkatan sebagian dari jaringan ovarium, mungkin menyebabkan berkurangnya pengaruh oestrogen, ini diikuti dengan penambahan rangsangan – gonadotrophin, sehingga terjadi ovulasi.
Menurut Novak dngan cara pengobatan ini 85% dari kasus Stein Leventhal ovary mendapat haid yang normal, bahkan ada yang terjadi hamil.
2 Non-operaitf
a) Clomiphene citrate (clomide) 50mg tiap hari selama 5-10 hari.
b) Gonadotrphin 4500 i.u (a 1500 i.u selama 3 hari).
d. Kista endometrial


Kista ini adalah endometriosis yang berlokasi di ovarium.
Pengertian
Endometriosis, adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat diluar kavium uteri, jaringan ini yang terdiri atas kelejar-kelenjar dan stroma, terdapat didalam mioometrium disebut ademomiosis, dan bila diluar uterus disebut endometriosis.
Menurut urutan yang tersering endemetrium ditemukan ditempat-tempat sebagai berikut :
1. Ovarium
2. Peritoneum dan ligamentum sakronterina, ligamentus robundum dan sigmoid
3. Septum mektovaginal
4. Kanalis ringerinalis
5. Appendiks
6. Umbilikus
7. Serviks uteri, vagina, kandung kencing vulva dan perimium
8. Parut laparotomi
9. Kelenjar limfe
10. Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan di lengan paha, pleura dan perihatdium
Histogenesis
1. Sampson mengemukakan bahwa endunetriosis terjadi karena mengalir kembali (megugitasi) dari darah haid melalui tuba kedalam rongga pelvis.
Sudah dibuktikan bahwa didalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini, kemudian dapat mengadakan implantasi dipelvis.
2. Robert Meyer mengemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel eptel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya didaerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu sehingga terbentuk jaringan endometrium.


Potologi
Gambaran mikroskopi dari endometriosis sangat variabel, lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium, dan biasanya pada kedua ovarium.
Pada ovarium terdapat kista-kista yaitu : kista biru kecil sampai kista besar (kadang-kadang sebesar tinjau) berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat).
Darah tua dapat keluar sedikit-dikit karena luka pada dinding kista, dan menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, signuid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak kedalam mongga perituneum karena sobekan dinding kista, dan menyebabkan acute abdomen.
Tuba pada endomitriosis biasanya normal. Pada salah satu atau kedua-duanya dari ligmentum sakrouterinum, pada kavium. Donglasi dan pada permukaan uterus sebelah belakang bisa didapatkan satu atau beberapa bintik sampai benjolan kecil yang berwarna kebiru-biruan juga pada permulaan dari sigmoid atau rektum sering kali didapatkan benjolan permulaan dari sigmoid atau rektum sering kali didapatkan benjolan yang berwarna kebiru-biruan ini. Sebagai akibat dari tumbuhnya perdarahan haid jaringan endometriosis, mudah sekali timbul perlekatan antara alat-alat disekitar kavum Donglas itu.


Gambaran mikroskopis
Secara mikroskopis endometriosis merupakan sustu kelainan yang jinak, akan tetapi kadang-kadang sifatnya ialah seperti tumor ganas. Antara lain bisa terjadi penyebaran endometriosis kepleura, paru-paru dan lengan, selain dari itu bisa terdapat infiltrasi kebawah kovum Donglasi kefersia mektovaginale, ke sigmoid dan sebagainya.
Gambaran klinik
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini ialah :
1. Nyeri perut bawah yang progresif dan terjadi dekat pada dan selama haid (dismenorea).
2. Disparemia.
3. Nyeri waktu dekasi, khususnya pada waktu haid.
4. Poli dan hipermenorea.
5. Infertilitas.


Diagnosa
Diagnosa biasanya dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan lapamoskopi karena bermanfaat terutama jika kavium Donglasi ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti formiks vaginae posterior, perinium, parut laparatomi, biopsi biasanya dapat memberi kepastian mengenai diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang lekas, hanya adanya darah dalam tinjau atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada mektosigmoid atau kandung kencing.
Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Pembuatan foto Roengten dengan memasukan Barium dalam colon dapat memberi gambaran dengan filling defect pada mektosigmoid dengan batas-batas yang jelas dan mukosa yang utuh, haparaskopi merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan lain dari pelvis.


Penatalaksanaan
1. Pencegahan.
Mligs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis, oleh karena itu hendaknya perkawinan jangan ditunda trelalu lama dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain dari itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
2. Pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Pengobatan hormonal
a. Enovid (Norethinodrel dengan Mestranol)
- 2,5 mg sehari selama 1 minggu
- 5 mg sehari selama 1 minggu
- 10 mg sehari selama 1 minggu
- Selanjutnya 20 mg sehari
Jika terjadi perdarahan (brech trough bleeding) dosis dapat dinaikan dengan 10 mg dari dosis diteruskan pada tingkat ini sampai pengobatan selesai.
b. Deluteval 2x (campuran 250 mg kaproas hidruksi progesteron dengan 5 mg valeras estrdil 1 ml) diberikan 1 ml intramuskulus tiap minggu dan dinaikkan dengan 0,5 ml tiap 6 minggu, atau apabila timbul perdarahan.
c. Asetas medroksiprogesteron (depo-provera) diberikan 100 mg intra muskulus tiap 2 minggu untuk 4 kali, kemudian 200 mg tiap minggu jika terjadi perdarahan, dapat ditambah dengan estrogen per 05.
d. - acetat morethindrone
- 10 mg sehari selama 2 minggu
- 15 mg sehari selama 2 minggu
- Selanjutnya 15 - 20 mg sehari.
Jika terjadi perdarahan dapat ditambah dengan estrogen per
e. Peradangan tuba oucuical
Tumor neoplastik dari tuba jarang sekali ditemukan. Pemah disebut dalam kepustakaan dengan cara lain adenoma, Miomioma, fibuoma dan kista dermoid (sudah dinaikkan pada penjelasan sebelumnya).
Tumor neoplastik jinak dari jaringan sekitarnya.
Kista parovarium lebih sering ditemukan Tumor kistik ini terletak antarat bagian distal tuba dan ovarium, dan berasal dari sisa-sisa duktus parasenofrik., Besarnya biasanya tidak lebih dari 3 - 4 cm diameirr, akan tetapi kadang-kadang bisa lebih besar. Biasanya tumor ini tidak menimbulkan gejala, kecuali jika ada torsi. Penderita dengan kista paravarium dioperasi atas diagnosis kista ovariunt, dan baru pada operasi ditemukan biasa disampang tumor.
f. Germatal inclusion cysta.
Terjadi olch karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.


2. Neo Plastit
a. Cystaknoma Mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar.
Ukuran yang terbesar yang pernah dilaporkan adalah 328 pound Makroskopis
Tumor ini mempunyai bentuk bulat lonjong atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan berwarna putih atau putih Fcebiru-biruan.
Dibeberapa tempat dindingnya sangat tipis sehingga transparant. Umumnya tidak mengadakan perlekatan dengan sekitarnya. Bila didapatkan perlekatan maka ini disebabkan oleh peradangan dan bukan oleh keganasan. Hubungan dengan ligamentum latum dapal berupa tangkai yang kecil atau besar disertai vaskularisasi yang bertambah.
Isi kista umumnya merupakan cairan yang jemih, kadang-kadang sangat kental, berisi mucin.



Baca Selengkapnya...

Fisiologi Proses Persalinan Normal

PERSALINAN / PARTUS
Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Partus normal / partus biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.


Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan


SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)


PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA
Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage
Keadaan jalan lahir
Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.


PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN
Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi


HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat :
1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :
1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.


Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus
1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).


PERSALINAN KALA 1 :
FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS
DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1
1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan - pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.


PERSALINAN KALA 2 :
FASE PENGELUARAN BAYI
DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.



PERSALINAN KALA 3 :
FASE PENGELUARAN PLASENTA
DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.
BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik !!).



KALA 4 :
OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.
7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.


Kuliah Obstetri Ginekologi
dr. Nugroho Kampono / dr. H. Endy M. Moegni


Baca Selengkapnya...
KTI-SKRIPSI KEPERAWATAN
lebih dari 100 contoh kti-skripsi keperawatan ada disini, klik here
 

DOWNLOAD AREA

Download Macam-Macam Askep, disini
Download Artikel Kedokteran, disini
Download Artikel Seputar Kebidanan, disini

Followers

Blog Archive