Photobucket

Sabtu, 29 November 2008

Diabetes Melitus

ABSTRACT

Penanganan diabetes Melitus pada lansia seringkali kurang optimal, misalnya saja pada sebuah penel;itian oleh Cardiovaskuler Heart Study (CHS) di Amerika dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12% populasi lanjut usia dengan diabetes Melitus yang mencapai kadar gula darah dibawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes Association pada penelitian teRumkitebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan diabetes Melitus mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah teRumkitebut aktif mengkonsumsi aspirin. Di sisi lain, banyak dari populasi lanjut usia dengan diabetes Melitus memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar kolesterol LDL.

Di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan berjumlah 4 juta jiwa dan pada tahun2010 akan meningkat menjadi 5 juta jiwa. Adapun di Jawa barat pada tahun 1999 penderita diabetes Melitus yang berobat jalan ke RUMKIT berjumlah 11.759 orang dan menjalani rawat inap sebanyak 3.720 orang (Dinkes RI, 2005).
Terdapat 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes Melitus yang salah satunya adalah diet. Dimana diet ini merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes Melitus. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kondisi gula dalam darah secara langsung dan cepat adalah makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh pasien. Oleh karena itu perencanaan makan (diet) bagi penderita diabetes Melitus menjadi hal yang harus diketahui.

Terkadang ditemukan kondisi dimana penderita sering berobat ke RUMKIT, meskipun mengikuti diet makanan yang telah ditetapkan, akan tetapi kadar gula darah dalam tubuhnya tetap tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh karena diet makan pada penderita diabetes Melitus belum mempertimbangkan jenis karbohidrat yang sesuai. Sehingga banyaknya penderita yang belum mengetahui mengenai konsumsi karbohidrat yang sesuai untuk kondisi kesehatannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penderita diabetes Melitus yang dirawat di RUMKIT serta tidak ada penurunan angka kunjungan setiap bulannya.
Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa pengetahuan penderita mengenai konsumsi karbohidrat yang sesuai dengan diet pada penderita diabetes Melitus merupakan suatu hal yang sangat penting.

Dari berbagai penelitian di Indonesia menunjukan bahwa pravalensi diabet semakin meningkat terutama dikota-kota besar. Di Surabaya pada penelitian epidemiologis yang dikerjakan di Puskesmas perkotaan mencakup penduduk diatas 20 tahun (1991), di dapatkan pravalensi yang hampir sama yaitu 1,47% hasil penelitian epidemiologis di Jakarta (Daerah urban) membuktikan adanya peningkatan pravalense diabetes dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 serta kemudian pada tahun 2001 di Depok, sub-urban Jakarta menjadi 12,8%. Demikian juga pada pravalensi diabetes di Ujung pandang (daerah urban), meningkat dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% pada tahun 1998 (penatalaksanaan Diabetes Melitus terpadu 2007 : 6).
(daerah urban), meningkat dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% pada tahun 1998 (penatalaksanaan Diabetes Melitus terpadu 2007 : 6).
Tujuan penanganan diabetes melitus pada lansia tidak jauh beda dengan orang dewasa pada umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi

Karya tulis Ilmiah Keperawatan berjudul"Bagaimana gambaran pengetahuan penderita diabetes Melitus tentang diet diabetes Melitus". Selengkapnya klik disini
Baca Selengkapnya...

Jumat, 28 November 2008

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorragic Fever (DHF)

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorragic Fever (DHF), sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai sekarang, sering kali penyebab kematian terutama pada anak remaja dan dewasa. DBD juga telah menyebar kehampir seluruh wilayah indonesia dan dari tahun ketahun penderitanya cenderung meningkat.

DBD atau DHF merupakan penyakit umum yang sering terjadi di daerah tropis dan muncul pada musim penghujan, Indenesia sebagai negara tropis tidak luput dari serangan DBD. DBD yang lebih dikenal Demam Berdarah ini menjadi momok yang mengerikan. Dalam waktu yang relatif singkat, DBD dapat menelan banyak korban. Penyakit ini di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes ( A. Aegypti dan A. Albopictus ) sampai saat ini ada 4 jenis virus yang telah di identifikasi yaitu tipe I, II, III dan IV. Virus ini memungkinkan muncul akibat pengaruh musim atau alam serta perilaku manusia ( individu ).

Penularan DBD oleh satu jenis virus menjadikan tubuh memproduksi imun tetap terhadap jenis virus tersebut, tetapi hanya merupakan imun sementara untuk jenis virus yang lain, nyamuk ( vektor ) tetap membawa virus sampai mati. Oleh karena itu, setiap tahun masyarakat selalu di kejutkan kembali dengan merabaknya DBD, dengan jumlah kasus yang cukup banyak.
DBD kembali melanda negara kita. Penyakit ini tiap tahun telah membawa banyak korban jiwa, bahkan jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap tahunnya. Jumlah korban penderita DBD sepanjang tahun 1999 sebanyak 21.134 orang, tahun 2000 sebanyak 33.443 orang, tahun 2001 sebanyak 45.904 orang, tahun 2002 sebanyak 40.377 orang, tahun 2003 sebanyak 50.131 orang, sedangkan pada tahun 2004 sampai saat ini telah jatuh korban tidak kurang dari 247 orang meninggal ( Larasati, 2005).

Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi di perluas dengan menggunakan Larvasida yang di taburkan ke tempat penampungan air yang sulit di bersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Merebaknya kasus DBD mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit. Selain itu, masyarakat biasanya kurang tanggap dengan gejala-gejala DBD. Hal ini, tentu saja menyebabkan penyebaran virus menjadi tidak terkontrol, karena tidak ada mekanisme diagnosa ( isolasi ) terhadap penderita DBD. Oleh karena itu, perlu mekanisme diagnosa untuk mengontrol penyebaran DBD dan kelangsungan hidup dari virus dengue dalam suatu daerah. Mekanisme diagnosa yang dapat dilakukan yaitu isolasi yang bertujuan membatasi ruang gerak kelompok individu yang telah terinfeksi dan mencegah kontak langsung kelompok yang sehat dan terinfeksi.

Karena peningkatan jumlah kasus serta angka kematian, ada yang mensinyalir kalau virus dengue yang mewabah sekarang adalah virus baru. Kemungkinan ini tidak tertutup karena dengue adalah virus RNA ( virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya ) yang bermutasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan virus DNA. Begitu juga kemungkinan rekombimnasi ( penyilangan gen ) juga tidak bisa di kesampingkan. Beberapa penelitian juga telah membuktikan terjadinya rekombinasi pada virus dengue. Kedua mutasi dan rekombinasi ini akan melahirkan virus ‘berwajah’ baru, dengan sifat dan karakter yang baru ( Siswono, 2004 ).

Faktor resiko pada DBD salah satunya adalah usia pasien walaupun DBD dapat dan memang menyerang orang dewasa, tidak jarang kasusnya di temukan pada anak-anak, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa kelompok anak-anak di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap syndrom pecahnya pembuluh darah daripada kelompok dewasa (Widyastuti, 2004 ).

Keluarga klien terutama ibu adalah orang yang sangat berperan penting dalam kelangsungan tumbuh kembang dan status kesehatan anggota keluarganya. Seorang anak atau sebuah keluarga tidak akan tumbuh menjadi keluarga yang sehat, bila tidak di dukung oleh pengetahuan seseorang didalam keluarganya tentang penyakit yang mempengaruhi kesehatan keluarganya. Pengetahuan dan kesadaran merupakan hal penting yang mendasari salah satu keluarga untuk menjaga kesehatan keluarganya sehingga menjadi sumber daya yang berkualitas.
Pengetahuan merupakan pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi, ide yang diperoleh sebelumnya ( Notoatmodjo, 2003 ).

Menurut World Health Organization (WHO) gejala umum dari DBD adalah di awali dengan demam tinggi yang mendadak 2-7 hari ( 38ºC sampai 40ºC ), manisfestasi pendarahan dengan bentuk uji tourniquet positif, pendarahan mukosa, epitaksis, melena, hepatomegali ( pembesaran hati ), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg, tekanan sistolik sampai 80 mmHg, pada hari ke-3 samapi ke-7 trombosit menurun sampai 100.000/mm³, sedangkan hematokrit nilainya meningkat. Gejala klinik lainnya yang dapat menyertai adalah anoreksia, lemah, mual muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala, juga di sertai rasa sakit pada otot dan persendian.

Anda tertarik dengan karya tulis ilmiah keperawatan berjudul "Gambaran Pengetahuan Keluarga Klien Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)” di Ruang Gelatik Rumah Sakit AAA. klik disini

Baca Selengkapnya...

Diet bagi penderita Diabetes Melletus

Diabetes bukan penyakit baru. Sejak 1552 SM penyakit yang ditandai dengan seringnya buang air kecil dalam jumlah banyak serta penurunan berat badan yang drastis ini, sudah dikenal dan disebut dengan istilah Poliuria. Tahun 400 SM, seorang penulis India Sushratha menamainya "penyakit kencing madu". Nama diabetes mellitus (diabetes = mengalir terus, mellitus = manis) akhirnya diberikan oleh Aretaeus sekitar 200 tahun sebelum Masehi.Mengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat.

Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar glukosa dalam darah di atas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih nyata adalah apabila air seninya positif mengandung gula.
Diabetes muncul lantaran hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dari pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula dalam darah meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas ginjal, zat gula akan dikeluarkan melalui air seni.

Sejauh ini dikenal dua kelompok penderita diabetes yakni mereka yang terkena sejak kecil atau remaja, dan mereka yang terkena ketika sudah dewasa (kebanyakan usia 50 tahun ke atas). Penderita diabetes sejak muda kebanyakan membutuhkan suntikan insulin, sementara yang dimulai di usia dewasa tidak.

Sejak ditemukan hormon insulin oleh Banting dan Best dari Kanada pada 1921, penderita diabetes yang membutuhkan insulin dapat diatasi sehingga angka kematian dan keguguran bayi pada ibu hamil yang menderita diabetes semakin berkurang. Selain hormon insulin, Franke dan Fuchs (1954) melakukan uji coba obat antidiabetes dan terbukti banyak menolong para penderita.

Diabetes memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dengan perawatan yang baik, setiap penderita dapat menjalani kehidupannya secara normal.

Diet dan olahraga

Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya, penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini. Menurut dr. Elvina Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit.

Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 - 50% karbohidrat, 30 - 35% lemak dan 20 - 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.

Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah.
Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah.

Pola 3J
Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono D.A. Nutr., dari RS Panti Rapih, Yogyakarta menyarankan pola 3J: yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan.
Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah sekitar 300-an kalori.

Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.
Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).
Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerja ginjal.

Diet kalori terbatas
Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti pada Tabel 1. Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun sedang hamil.




Menu diet B terdiri dari:
Protein= 65.49 g
Lemak = 45.89 g
Karbohidrat = 377.45 g
Kolesterol =112.5 mg



Makan pagi (pk. 06.30)
Nasi= 110 g
Daging= 25 g
Tempe= 25 g
Sayuran A= 100 g
Sayuran B= 25 g
Minyak= 5 g


Selingan (09.30)
Pisang 200 g

Makan siang (12.30)
Nasi1= 50 g
Daging= 40 g
Tempe= 25 g
Sayuran A= 100 g
Sayuran B= 50 g
Minyak = 10 g


Selingan (15.30)
Pisang/kentang= 200 g
Pepaya = 100 g

Makan malam (18.30)
Nasi= 150 g
Daging= 25 g
Tempe= 25 g
Sayuran A= 100 g
Sayuran B= 50 g
Minyak = 10 g



Selingan (21.30)
Pisang/kentang= 200 g
Pepaya= 100 g


Sedangkan buku panduan "Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit" terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) - 100 cm - 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg - 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.

Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.

Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).

Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter.
Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 2 menyajikan makanan yang mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan malam enam unit.
Tabel di bawah ini yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.

Jenis makanan
A
Makanan pokok= nasi
Lauk pauk=pepes ikan
Sayuran= sayur bening
Siap santap= ketoprak
Buah-buahan = apel
Makanan ringan= lemper
Minuman = teh/kopi

B
Makanan pokok= roti
Lauk pauk= sate
Sayuran= lodeh
Siap santap= hamburger
Buah-buahan= pisang
Makanan ringan= kroket
Minuman = es campur


C
Makanan pokok= kentang goreng
Lauk pauk= rendang
Sayuran= buntil
Siap santap= pizza
Buah-buahan= anggur
Makanan ringan= lapis legit
Minuman = minuman ringan



Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B, bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan.


Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):

Makan pagi
Setangkap roti tawar = 1,50 unit
Sebutir telur ayam = 1,25 unit
1 sendok teh selai= 0,25 unit
1 gls susu skim= 0,75 unit




Selingan (di kantor):
Arem-arem = 2,75 unit
Teh tanpa gula

Makan siang:
Nasi putih=1,25 unit
Daging cah kembang kol=3,00 unit
Sayur bening bayem=0,25 unit
Pepaya =0,50 unit



Selingan sore
Serabi pandan (kue basah)= 1,75 unit
1 gls jus melon = 0,50 unit


Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, gado-gado = 3,75 unit
1 gls jus tomat = 0,25 unit

Selingan malam
1 pisang ambon 1,25 unit



Dengan melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan.

Jangan lupa olahraga

Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan fisik. Pada prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk orang sehat. Juga antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun.
"Saya punya banyak pasien diabetes. Hanya dengan latihan olahraga mereka sanggup hidup seperti orang-orang sehat tanpa obat," papar dr. Hario Tilarso. Lebih baik menyembuhkan secara alamiah, itu prinsipnya. Kalau dengan latihan, gula darahnya bisa turun, mengapa harus dengan obat. Obat baru diberikan kalau penurunannya alot sehingga dikhawatirkan timbul komplikasi macam-macam.
"Pengalaman saya menunjukkan, orang-orang yang tidak tergantung insulin, bisa turun kadar gulanya hanya dengan exercise. Bahkan, ketika menghadiri pesta, penderita diabetes bisa makan banyak. Tapi, besoknya dia harus lari untuk membakar kalori yang telah masuk," katanya.

Penderita diabetes yang telah lama dikhawatirkan bisa mengalami arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Namun, dengan berolahraga timbunan kolesterol di pembuluh darah akan berkurang, sehingga risiko terkena penyakit jantung juga menurun.
Menurut dokter olahraga di Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) DKI Jaya ini, sebaiknya jenis olahraga bagi penderita diabetes dipilih yang memiliki nilai aerobik tinggi, macam jalan cepat, lari (joging), senam aerobik, renang, dan bersepeda. Jenis olahraga lainnya, tenis, tenis meja, bahkan sepakbola, pun boleh dilakukan asal dengan perhatian ekstra.

FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada prinsipnya tidak berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3 – 5 kali seminggu. "Sebaiknya, dipilih waktu yang tepat karena panas matahari bisa membakar kalori lebih banyak. Ini berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia, kekurangan gula darah," jelas dr. Hario.
Cuma, penderita yang menggunakan suntikan insulin harus hati-hati. Harus diperhatikan waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan. "Jangan sampai saat puncak insulin bekerja, penderita berolahraga. Saat itu kadar gula darah akan banyak turun. Kalau ditambah latihan, bisa tambah turun lagi, bisa kena hipoglikemia," katanya.
Jadi, insulin yang digunakan harus diketahui dulu kerjanya, short acting atau long acting. Biasanya, berdasarkan kondisi penderita, dokter menentukan jenis insulin yang diberikan. Nah, jadwal olahraganya disesuaikan dengan kerja insulin itu.
Intensitasnya berkisar 60 – 75% DSM (denyut nadi maksimal, yang perhitungannya 220 – umur dalam tahun). Durasinya kira-kira 60 menit setiap kali berolahraga pada zone latihan. Untuk penderita diabetes yang berbadan gemuk, durasinya bisa ditambah, misal 90 menit. "Dengan penambahan lama latihan, tidak cuma gula darah yang berkurang, lemak tubuh pun ikut dibakar," tutur dr. Hario.

Bila kepala melayang

Latihan beban juga dianjurkan untuk penderita diabetes. "Di samping memelihara kadar gula darah, penderita juga memelihara massa ototnya agar ototnya tetap kokoh, sehingga bisa tetap produksi seperti yang lain," katanya.
Khusus yang sudah sangat parah, misalnya saraf kakinya sudah terganggu, dipilih olahraga yang ringan dan tidak terlalu banyak serta keras benturannya. Misalnya bersepeda. Itu pun harus hati-hati, terutama kalau sudah sampai terjadi retinopati diabetik (gangguan retina mata), karena kemungkinan terjadinya perdarahan sangat besar. Bila penyakitnya lebih parah, misalnya dengan kadar gula di atas 400 yang tak memungkinkannya bergerak aktif, penanganannya lebih diserahkan pada dokter penyakit dalam. "Pilihannya memang agak sulit. Kita harus bekerja secara interdisiplin. Jadi, yang bisa berolahraga hanya mereka yang betul-betul masih aktif, tidak ada keterbatasan pada musculuskeletal, tidak ada atritis, dan keterbatasan lainnya."
Sedangkan penderita diabetes berbadan gemuk, jenis olahraganya dikombinasikan dengan latihan untuk obesitas. "Biasanya, lamanya tidak satu jam, melainkan dua jam misalnya. Maksudnya, supaya pembakarannya lebih banyak, gula darahnya turun, dan lemak tubuhnya berkurang. Kalau dia betul-betul menuruti aturan, semuanya tidak masalah," katanya.

Dalam melakukan olahraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kadar gula darah penderita saat melakukan olahraga harus berada pada kisaran 100 – 300 mg/dl. "Lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis (kelebihan keton dalam jaringan), misalnya. Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan latihan. Sementara jika kadar gulanya sudah normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah terjadi hipoglikemia." Supaya aman, katanya, penderita harus berolahraga bersama orang lain. Kalau ada apa-apa, ada yang bisa membantu.
Penderita diabetes sebaiknya juga berbekal sedikit makanan atau minuman yang manis-manis. Boleh roti manis, permen, teh manis. "Kalau kepala sudah mulai melayang, langsung saja makan atau minum bekal itu secukupnya. Juga bila keringat dingin sudah mulai keluar. Kepala melayang dan keringat dingin itu menunjukkan gula darahnya sudah turun berlebih," papar Hario.

Pada penderita diabetes, kalau kebanyakan gula bisa menimbulkan hiperglikemia dan ini bisa membuat keracunan. Tapi ini efeknya lama. Yang cepat pengaruhnya dan bisa menimbulkan kematian justru hipoglikemia.
Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam tenis lapangan atau sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa (makanan atau minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga agar tidak terlalu turun. Yang perlu diperhatikan pula saat berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali. Berarti gula darah lebih terserap lagi.
Menjaga kebersihan dan kesehatan kaki juga penting dalam berolahraga. Ketika sedang joging atau jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu, kaus kaki yang dikenakan harus bersih. Sepatu pun harus yang lunak bagian dalamnya untuk menghindari lecet. Pakailah sepatu sesuai penggunaannya.
Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol kadar gula darah secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindari

SUMBER: http://www.indomedia.com/intisari/1999/juli/diabetes.htm





Baca Selengkapnya...

Diet untuk penderita hipertensi

Diet untuk penderita hipertensi

Tekanan darah umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan berkaitan erat dengan terjadinya penyakit Jantung, Stroke, dan penyakit Ginjal.
Secara umum nilai normal tekanan darah bagi orang dewasa adalah 120/80 mm Hg. Apabila seseorang tekanan darahnya telah melebihi 140/90 mm Hg, maka orang tersebut telah menderita hipertensi.

Tujuan pengaturan makanan pada Hipertensi adalah:
Menurunkan atau mempertahankan tekanan darah sehingga mencapai batas normal. dan mencegah / menghilangkan penimbunan garam.

Cara Pengaturan Makanan:
1. Batasi Bahan Makanan sumber Natrium (garam)
Garam Natrium secara alami terdapat dalam bahan makanan hewani dan nabati. Selain itu juga merupakan bahan yang ditambahkan pada masakan/makanan, jadi batasi juga makanan seperti:
* Tepung Susu Penuh ( Full cream)
* Margarine
* Soda kue (Natrium bikarbonat)
* Pengawet daging (Sendawa),
* Pengawet buah (Sodium benzoat)
* Bumbu mie instan, petis, tauco, vetsin dan kecap

2. Batasi makanan yang asin atau diawetkan dengan garam:
Contohnya semua makanan yang telah diolah, seperti:
* Biskuit, krekers, bolu, kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan margarine.
* Dendeng, abon, corned beef, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin.
* Keju, selai kacang tanah (pindakas).
* Sayuran dalam kaleng.

3. Bahan makanan yang diperbolehkan:
* Bahan makanan segar, seperti beras, ubi, mie, maizena, hunkwee, terigu, gula pasir.
* Kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
* Minyak goreng, margarine tanpa garam.
* Sayuran dan buah-buahan segar.
* Bumbu seperti : bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, salam, sereh, dan lain-lain.

4. Meningkatkan asupan kalium, kalsium dan magnesium dengan cukup makan sayuran dan buah-buahan.
Cara memasak yang dianjurkan:
* Dalam menumis atau memasak sebaiknya menggunakan mentega atau margarine yang tidak mengandung (garam).
* Untuk memperbaiki rasa masakan yang tawar, dapat digunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, gula, cuka, kunyit, daun salam, dan asam
* Dengan menggoreng, menumis, pepes, kukus atau memanggang juga dapat meninggikan/menambah rasa masakan sehingga tidak merasa tawar.

Baca Selengkapnya...

Malnutrisi

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.

Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi / gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).

Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :
a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut
standar Harvard.
b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan
menurut standar Harvard.
c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
menurut standar Harvard.

Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.

2. Penyakit Kegemukan (Obesitas)

Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak.

Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.

Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada umumnya lebih cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.

Berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus Dubois ialah :

B (kg) = (Tcm - 10) + 10%, dengan :
B = Berat badan hasil perkiraan / pengukuran
T = Tinggi badan

Oleh Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dilakukan koreksi sebagai berikut :

B (kg) = {(Tcm - 100) - 10%} + 10%

Contoh :

Si Ali (Dewasa) diukur tinggi badannya 160 centimeter maka berat badan Ali yang ideal adalah antara 54 kilogram dengan 66 kilogram (paling rendah 54 kilogram dan paling tinggi 66 kilogram). Apabila orang dewasa yang tinggi badannya 160 cm dengan berat badan dibawah 54 kg maka ia kurang gizi dan bila lebih dari 66 kg, ia termasuk obesitas (kegemukan).

3. Anemia (Penyakit Kurang Darah)

Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb).

Disamping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi (Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% saja dari Fe yang terdapat di dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus.

Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, didalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pada pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe ini.

Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.

4. Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.

Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau noctalmia yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut maka mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalasia dan dapat menimbulkan kebutaan.

Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi yakni fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut xerophthalmia ini.

Oleh sebab itu penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini ditujukan kepada pencegahan kebutaan pada anak balita. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan / atau posyandu. Disamping itu program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan sebagai sumber vitamin.

5. Penyakit Gondok Endemik

Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat iodium ini dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) yang diperlukan dalam sintesa hormon thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin) maka disebut thyroglobulin. Apabila diperlukan, thyroglobulin ini dipecah dan terlepas hormon thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.

Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme (kekurangan iodium) dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid) yang kemudian disebut penyakit gondok.

Apabila kelebihan zat iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit gondok ini di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah-daerah terpencil di pegunungan yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok endemik.

Kekurangan iodium juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, yaitu cretinisma. Kretinisma adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal (cebol). Kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat (debil).

Ekspresi muka seorang cretin ini memberikan kesan orang bodoh karena tingkat kecerdasannya sangat rendah. Pada umumnya orang cretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan zat iodium.

Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan yaitu dengan memberikan dosis iodium kepada ibu hamil.

Untuk penanggulangan penyakit akibat kekurangan iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui program iodiumisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan iodium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Perindustrian telah memproduksi khusus garam iodium untuk daerah-daerah endemik gondok.

Update : 12 Juli 2006

Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.



Baca Selengkapnya...

Asuhan Keperawatan HEMORRHOIDS

Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).
Insiden terjadi pada usia 20 - 50 tahun.
Faktor resiko tinggi adalah :
1. Kehamilan.
2. Konstipasi yang lama.
3. Hipertensi portal.

Pathofisiologi
a) Dilatasi vena anorectal dan mengembang akibat peningkatan tekanan intra abdominal dan terbendungnya aliran darah vena daerah anorectal.
b) Ketegangan vena yang terjadi pada jaringan lunak akan menyebabkan prolaps, ini dapat menyebabkan thrombus atau peradangan, serta terjadi perdarahan.

Manifestasi klinik :
1. Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum.
2. Nyeri.
3. Gatal daerah rectum.
4. Gangguan mukosa rectum.
5. Perdarahan pada saat b.a.b.

Diagnostik
a) Riwayat
• Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.
• Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat defekasi.
b) Pemeriksaan fisik
• Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal haemorrhoid.
• Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )
c) Proctosigmoidoscopy, untuk menentukan lokasi dan keadaan dari haemorrhoid.
Penatalaksanaan klinis
a) Tujuan untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan gejala.
b) Intervensi non pharmakologis
1) Memberikan posisi recumben untuk mengurangi penekanan, edema dan prolaps.
2) Memberikan makanan yang mengandung serat untuk memudahkan b.a.b tidak mengedan.
3) Meningkatkan pemasukkan cairan sehingga tinja jadi lunak.
4) Melakukan kompres dingin pada saat nyeri di daerah anus, dan lakukan rendam bokong (sitz baths) secara kontinyu untuk memberi rasa nyaman.

c) Intervensi pharmakologis
1) Menggunakan obat pelembut tinja untuk memudahkan b.a.b.
2) Laksative bila terjadi konstipasi
3) Gunakan obat luar (oles), cream dan suppositoria untuk mengurangi nyeri sedang maupun berat atau gatal.

d) Prosedur khusus medikal-surgikal.
1) Hemorrhoidectomy : pembedahan pada hemorrhoids.
2) Sclerosing pada hemorrhoid : injeksi pada jaringan sub mukosa.

KOMPILKASI
1) Perdarahan yang menyebabkan anemia.
2) Strangulasi (perlengketan).
3) Trombosis pada hemorrhoid.
Prognosis : berulang kembali 50 % setelah pengobatan sclerosing. Yang lebih baik adalah dilakukan ligasi dan hemorroidectomy.




Baca Selengkapnya...

Estimasi lamanya pemakaian kateter

Kateter merupakan suatu alat yang dimasukkan kedalam uretra sampai ke vesica urinary. Sebenarnya kateter terbuat dari material tertentu, dimana material tersebut menentukkan berapa lama alat tersebut bisa tetap berada di dalam tubuh pasien.

1. kateter yang menggunakan bahan yang terbuat dari plastik digunakan hanya untuk periode yang singkat ( dibawah 1minggu ), karena bila lebih kateter tersebut menjadi tidak fleksibel.

2. kateter yang terbuat dari bahan latex atau rubber, dapat dipertahankan di tubuh pasien dengan jangka waktu 2 sampai 3 minggu.

3. kateter yang terbuat dari bahan silicon, mempunyai waktu yang lebih lama dan digunakan pada pasien yang membutuhkan pemasangan kateter yang lama, biasanya dapat dipertahankan 2 sampai 3 bulan. Kelemahannya.....otomatis barang bagus pasti.......................................mahal.

4. kateter dengan bahan dari PVC, dapat dipertahankan di dalam tubuh pasien dengan jarak waktu 4 sampai 6 minggu, bahan ini lembut dan nyaman untuk uretra.

Yang terpenting disini bukan lamanya alat tersebut berada didalam tubuh pasien, tetapi bagaimana alat tersebut dapat meminimalkan penderitaan pasien. Otomatis perlu adanya peran perawat dalam melakukan perawatan pada alat tersebut untuk mencegah jangan sampai alat tersebut menjadi sumber infeksi bagi pasien.



Baca Selengkapnya...

EFEK VITAMIN B DALAM MENGURANGI NYERI.

Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional yang tidak menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius ( termal,mekanik,kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus reumatik nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan neuropatik.


Sebenarnya bagaimana patofisiologi dari nyeri neuropatik. Biasanya dimulai dengan membangkitkan impul (ectopik) abnormal pada lesi saraf perifer,yang didasrkan pada reseptor biokimia dan gangguan karakteristik serta densitas kanal Na,K dan Ca- ionik.

Vitamin B yang dikenal untuk mengobati penyakit tertentu, rupanya dapat berfungsi sebagai analgesik. Pembuktian pada binatang percobaan, vitamin B terbukti dapat meningkatkan efek antinosiseptif dari diclofenac, meningkatkan efek antineuropatik gabapentin, meningkatkan kontrol penghambatan nyeri pada saraf pusat, melemahkaan allodyna, suatu tanda hiperalgesia, pada neuropatik diabetik dan traumatik.

Biasanya nyeri neuropatik disebabkan lesi primer, disfungsi atau gangguan sementara pada sistem saraf pusat atau perifer. Dengan adanya penelitian pada Vit.B yang memiliki profil analgesia, maka efek ini dapat dikombinasikan dengan NSAID( Nonsteroidal Anti- Inflammatory Drug). Seperti yang dikemukan oleh Prof. Wilfred bahwa pemberian Vit.B yang diberikan secara kombinasi dapat meningkatkan efikasi diclofenac dan akhirnya memberi efek yang memuaskan pada pasien dengan rasa nyeri.



Baca Selengkapnya...

CACINGAN

Mendengar kata cacing, tentu pikiran kita akan membayangkan binatang yang bulat panjang tanpa tulang yang hidup di tempat kotor. Sudah barang tentu kita juga sudah tahu macam macam cacing baik cacing yang hidup di tanah yang biasa digunakan sebagai umpan maupun cacing yang hidup di air. Cacing yang hidup di tanah disamping bisa digunakan sebagai umpan, juga sangat membantu pak tani dalam menggemburkan tanah pertanian.

Sayangnya ada saudaranya cacing tanah yang doyan hidup di dalam usus manusia. Karena cacing merupakan salah satu makhluk hidup yang harus makan untuk mempertahankan hidupnya, maka di dalam perut pun cacing ini akan makan segala hal yang bisa dimakan. Nggak perduli apakah makanan itu dibutuhkan oleh yang punya perut, asal bisa dimakan akan dimakan oleh sang cacing. Curangnya si cacing ini, kalau jumlahnya banyak maka disamping yang makan ikut ikutan banyak, juga secara mekanis akan menyumbat saluran pencernaan. Bertambahlah penderitaan manusia yang mempunyai cacing indekos di perutnya.



Cacing pada manusia dalam menginfeksi sesungguhnya tidak memandang bulu. Asal bisa masuk, doi akan masuk ke tubuh manusia. Perantaranya pun bermacam macam namun yang paling sering adalah makanan terutama makanan yang tidak bagus secara hygines dalam penyajiannya. Walaupun menginfeksi manusia, cacing tidak meninggalkan sifat aslinya yang senang dengan lingkungan yang kotor dan lembab, itu sebabnya infeksi cacing sering ditemukan pada lingkungan masyarakat yang kumuh dan lembab. Bukan berarti orang orang yang selalu menjaga kebersihan akan bebas cacing 100 persen karena walau diri kita sendiri bersih, kita tidak bisa menghindari kontak dengan orang lain yang bisa saja membawa telur cacing.

Sebenarnya cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih. Tapi yang kita bahas disini adalah cacing gelang karena kasusnya paling banyak diantara infeksi cacing yang ada. Baiklah, sekarang kita bahas satu satu :

1. Cacing Perut (Askariasis)

Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan akan mengeluarkan larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru lalu akan dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus. Penyulit yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas dan usus buntu.

2. Cacing Kremi (Enterobiasis)

Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis karena lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.

3. Cacing tambang

Paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.

4.Cacing Cambuk (Trichuriasis)

Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.

Demikianlah posisi empat besar cacing gelang yang sering menginfeksi manusia. Mudah mudahan tidak satupun dari mereka yang ngontrak di usus kita atau keluarga kita. Cara pencegahan sebenarnya cukup simpel yaitu kita harus menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan terutama dalam penyajian makanan. Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan.

Semoga bermanfaat.





Baca Selengkapnya...

MANAJEMEN NYERI

Tindakan Farmakologis
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :

1. Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.


2. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung ke serabut saraf.

3. Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena. Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah tombol agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk mencegah masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik yang dikontrol klien ini penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.

4. Obat – obat nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik.
Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.


Tindakan Non Farmakologis

Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
1. Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :
1) Stimulasi kulit
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri

2) Stimulasi electric (TENS)
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

3) Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.

4) Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.

2. Intervensi perilaku kognitif meliputi :
1) Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
2) Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
3) Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
4) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
5) Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.




Baca Selengkapnya...

Kesiapan dalam Fase Kerja

Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien bekerja bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika klien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.

Perawat mendorong ekspresi terbuka perasaan klien. Hal ini mungkin akan dapat dicapai dengan mendengarkan. Jika klien tidak terbiasa untuk berbagi perasaan, perawat harus sabar dan penuh pemahaman.empati dan penghargaan perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya.

Ketika hubungan berkembang, klien ikut serta dalam eksplorasi diri yang lebih terbuka dan dapat dengan lebih baik mendiskusikan masalah yang relevan. Perawat membantu klien untuk memahami perasaan mereka sehingga perubahan dapat terjadi jika diperlukan. Kemampuan komunikasi adalah pendorong klien untuk berkomunikasi dalam cara yang dapat meningkatkan pertumbuhan mereka meliputi konfrontasi, kesiapan dan pemaparan diri (Haber et al, 1994). Jika fase bekerja berhasil, klien dapat bertindakberdasarkan ide dan perasaan. Hal ini seringkali melibatkan resiko dan perawat harus tetap bersifat suportif. Klien harus berhadapan dengan keberhasilan dan kegagalan ketika mereka mengambil keputusan dan mengatasi masalah. Keinginan apapun untuk melakukan perubahan harus dilakukan dalam batas kemampuan klien. Perubahan tidak terlalu menjadi ancaman ketika klien menunjukan perasaan terhadap perubahan dan menerima kemunduran temporal. Perawat harus mendukung meskipun perkembangannya sangat kecil.


Konfrontasi.
Perawat membuat klien menyadari inkonsistendi dalam tingkah laku atau pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri. Teknik ini membantu klien mngenali pertmbuhan atau berhadapan denga hal – hal penting. Studi kasus berikut ini menunjukkan konfrontasi.

Nyonya Perkins adalah klien berusia 60 tahun dengan riwayat obesitas dan tekanan
darah tinggi. Ia kembali ke klinik setiap bulan untuk melakukan pemerikasaan kesehatan.
Nyonya Perkins : Saya merasa frustasi dan saya bosan menjadi kegemukan
Perawat : Ketika saya melihat Anda bulan lalu, Anda mengatakan kepada saya bahwa Anda telah menurunkan berat badan 5 kg dan pakaian anda lebih pas. Saya dapat melihat kemajuannya
Nyonya Perkins : Anda benar, tetapi butuh waktu yang sangat lama untuk kehilangan berat. Saya hanya merasa frustasi

Kesiapan
Perawat menfokuskan informasi pada situasi sekarang antara perawat dan klien. Klien belajar untuk memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Hal ini meliputi menarik perhatian pada tingkah laku atau pernyataan klien. Contoh berikut ini menunjukan kesiapan.

Perawat : Pada saat kita bicara, Anda tampakmenutup diri.
Klien : Begitulah
Perawat : Mungkin Anda kesal karena saya tidak dapat datang dan mengobrol dengan Anda secepat yang saya janjikan.
Klien : Yah, saya berharap dapat mengobrol dengan Anda kemarin.

Pemaparan Diri
Perawat menunjukan pengalaman, pemikiran, ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks hubungan. Hal ini bukan tetapi untuk perawat. Hal ini akanmenunjukan kepada klien bahwa pengalaman mereka dapat dipahami.Contoh dialog dibawah ini menunjukan pemaparan diri.


Studi kasus : Ibu Nona Wells meninggal bulan lalu. Sejak itu dia mengalami kesulitan untuk mempertahankan dietnya.
Perawat : Sekarang pasti merupakan saat-saat yang sulit bagi Anda.
Nona Wells : Rasanya dunia saya seperti runtuh.
Perawat : Tiga tahun yang lalu saya kehilangan ibu saya. Saat itu adalah masa yang sulit. Saya seringkali berjuang, tetapi saya harus menjalani hidup saya.


Memadukan komunikasi dengan tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan dapat secara umum dibagi kedalam empat kelompok : fisiologis, psikologis, spiritual, dan sosioekonomi. Tindakan fisiologis yang menyertai kebutuhan fisik klien seperti nutrisi, eliminasi, dan kenyamanan memiliki visibilitas tinggi, sebagian besar tindakan fisiologis bersifat non-verbal dan dilakukan secara rutin. Secara tradisional, penekanan dilakukan pada kemampuan perawat untuk menunjukan tindakan fisiologis. Visibilitas tinggimereka membantu klien mengenali perawat sebagai pelaku praktik yang baik.
Sebaliknya, tindakan keperawatan psikologis, sosioekonomik, dan spiritual memiliki visibilitas yang rendah. Tindakan psikologis memenuhi kebutuhan emosional. Tindakan sosioekonomik seperti mengarahkan klien pada lembaga kesehatan komunitas, membantu klien dalam beradaptasi dengan lingkungan. Tindakan spiritual membantu klien mendapatkan dukungan untuk sistem kepercayaan mereka. Tindakan yang memiliki visibilitas yang rendah tidak dapat diobservasi atau diukukr oleh orang lain.

Tindakan psikologis, sosioekonomik, dan spiritual membutuhkan kemampuan kognitif dan afektif yang tidak rutin dan secara tradisional mengarah pada kurangnya penghargaan kepada perawat.

Komunikasi sangat penting dalam menunjukan baik tugas-tugas yang memiliki visibilitas tinggi maupun rendah. Pemberian dukungan emosional atau mendidik keluarga klien jelas membutuhkan komunikasi efektif, dan juga prosedur asuhan keperawatan. Studi kasus berikut ini menunjukan

Melalui komunikasi, perawat dapat menunjukan rasa percaya diri, kredibilitas dan pengetahuan yang diharapkan klien. Dalam contoh ini, beberapa kalimat yang menunjukan perhatian dan penentraman hati (kemampuan komunikasi dengan visibilitas rendah) akan membuat penyuntikan lebih bisa diterima dan mendorong tuan Ricard untuk mengungkapkan perasaannya.

Komunikasi memudahkan semua tindakan kesehatan perawat. Menggabungkan tugas visibilitas tinggi dan rendah membantu tuan ives untuk mencapai beberapa keberhasilan secara stimulan. Ia dengan cepat dan efisien mengkaji rasa sakit tuan Ricard, memberikan penjelasan yang menentramkan, dan menunjukan metode alternatifuntuk mengatasi rasa sakit. Komunikasi teapeutik selama tugas dengan visibilitas tinggi meningkatkan penerimaan dan pemehaman klien mengenai prosedur, mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepuasan klien dan keinginannya untuk bekerja sama.



Baca Selengkapnya...

Rabu, 26 November 2008

Selingkuh di Kantor

Istilah 'Selingkuh Itu Indah' atau biasa disingkat SLI makin 'ngetop' aja belakangan ini. Padahal yang namanya perselingkuhan itu udah ada sejak jaman dahulu kala. Tapi, belakangan ini tingkat perselingkuhan di kalangan pekerja dan profesional di kota-kota besar meningkat tajam. Nggak diketahui secara pasti seberapa peningkatannya.

Namun kalau mau dihitung tinggal perkirakan saja, jika di setiap perkantoran ada sepasang atau dua pasang manusia yang berselingkuh, kalikan saja dengan jumlah perusahaan atau perkantoran yang ada di kota-kota besar.
Tapi nggak perlulah menghitung seberapa banyak pekerja yang berselingkuh. Yang pasti 'selingkuh' itu jelas satu bentuk pengkhianatan terhadap suatu ikatan terhadap pasangan. Karena perselingkuhan memang terjadi jika salah satu atau keduanya sudah memiliki pasangan, tetapi kembali menjalin hubungan baru di saat hubungan dengan pasangannya masih berlangsung.

Penyebab perselingkuhan di lingkungan para pekerja pun sangat variatif. Tetapi umumnya, perselingkuhan di lingkungan kerja terjadi karena seringnya bertemu dengan partner kerja anda yang memiliki kesamaan minat, kepentingan dan pandangan. Mungkin mulanya anda nggak akan menyangka kalau suatu saat akan terlibat dalam perselingkuhan. Tapi dari seringnya bertemu, berbicara, berdiskusi timbullah satu kecocokan yang tanpa anda sadari telah 'mengikat' emosi anda berdua. Anda pun nggak peduli lagi status si dia atau pun anda yang sudah nggak sendiri lagi.

Anda jadi terlena dan merasakan suatu sensasi indah dalam hidup anda, yang tidak pernah anda rasakan sebelumnya. Tiba-tiba saja, sesuatu yang tidak anda dapatkan dari pasangan, anda temukan pada selingkuhan yang notabene partner kerja anda.
Masih inget kan kasus perselingkuhan mantan Presiden AS Bill Clinton dan Monica Lewinsky yang bikin heboh itu? Monica yang seksi itu konon mengatakan ia sendiri tidak mengetahui secara pasti kenapa ia bisa jatuh cinta pada bosnya yang presiden itu.
Di mata Monica, Bill adalah sosok yang hebat, smart, ganteng, dan presiden pula. Kekaguman inilah yang menimbulkan benih cinta pada sang presiden. Konyolnya, sang presiden menanggapi sinyal cinta dari pegawai magang di gedung putih itu. Monica yang seksi dan cantik itu seakan menjadi 'pelepas dahaga' di tengah rutinitasnya yang padat dan memusingkan. Ketika tatapan mata mereka saling bertemu dan senyum mengembang malu-malu, jalan perselingkuhan pun mulai terbuka. Akibatnya Bill pun lupa pada status dan istri tercintanya.

Memang, kekaguman pada bos atau rekan kerja juga seringkali menjadi awal dari benih cinta dan perselingkuhan di kantor. Tahapnya akan terus berlanjut, dari sekedar kekaguman, meningkat pada curi-curi pandang atau 'CCP'. Lewat pandangan yang kasat mata itulah terkirim sinyal cinta. Ketika dia merespon dan menunjukkan ketertarikan mulailah komunikasi dilancarkan. Selanjutnya dari komunikasi tersebut tertangkap bahwa anda atau dia siap diajak kencan. Tahap selanjutnya anda berdua sudah mulai rileks berbicara, jalan berdua, dst. Dan terjadilah perselingkuhan yang katanya indah itu.

Memang, yang namanya jatuh cinta lagi itu adalah hal yang sangat manusiawi, walaupun anda jatuh cinta seribu kali lagi, sekalipun anda sudah punya pasangan tetap yang cukup setia, ataupun jatuh cinta pada si bos yang sudah berpasangan dan punya anak.
Yang patut anda waspadai adalah 'jangan memanjakan perasaan jatuh cinta tersebut'. Dan jangan menghalalkan hubungan yang jelas-jelas salah. Ingat perselingkuhan yang dilakukan pada seseorang yang sudah menikah, seringkali dilandasi kebutuhan fisik, terutama bagi pria. Kalau anda terhanyut jelas ini akan sangat merugikan, baik fisik dan kredibilitas anda di mata rekan-rekan.
Mungkin kalau sekedar jatuh cinta tok, tanpa usaha untuk menarik perhatian dan tanpa tindak lanjut yang lebih jauh ya sah-sah aja. Sekedar refreshing atau mengurangi kejenuhan bolehlah. Bahkan para psikolog mengatakan kalau jatuh cinta yang anda alami sekedar untuk hiburan, meningkatkan kepercayaan diri, menambah semangat kerja, dan perangsang kreativitas, tidaklah membahayakan. Nikmatilah perasaan itu sendiri, dan kalau bisa jangan mengungkapkan perasaan yang rahasia ini pada rekan kerja anda yang lain.

Tapi kalau ada gejala meningkat ke arah yang lebih jauh, segera peringatkan diri anda, jika anda sudah menikah, sadarilah "I'm married". Kalau anda jatuh cinta pada rekan yang sudah menikah, sadari juga 'dia sudah menikah'. Kemudian tekankan pada diri anda bahwa kehadiran anda di kantor adalah untuk bekerja dan memberikan kontribusi pada perusahaan. Bayangkanlah apa yang akan terjadi pada nama baik anda jika perselingkuhan yang anda lakukan diketahui bos atau rekan-rekan anda. Lalu pikirkanlah, apa yang akan anda dapatkan dari selingkuh, selain kesenangan semu nggak ada lagi kan?

Setelah selingkuh 'what next?' Kalau anda berpikir rasional anda akan merasa merasa bodoh melakukan selingkuh. Untuk mengantisipasi agar anda tidak terjerat pada jatuh cinta yang akan menggiring anda pada perselingkuhan di kantor, alihkan perhatian anda pada hal-hal yang lain. Misalnya dengan mencoba untuk lebih konsentrasi pada pekerjaan. Atau pada kegiatan positif seperti kursus atau pelatihan kerja. Percayalah jika anda tidak menghiraukan perasaan anda untuk hal-hal tersebut, lama kelamaan anda akan lupa dengan perasaan anda pada si dia. Si dia yang tadinya mempesona pun lama-lama akan terlihat biasa aja.

Percaya deh, selingkuh yang anda lakukan dengan orang-orang di lingkungan kerja atau dimanapun hanya akan merugikan nama baik anda. Bisa-bisa pekerjaan anda pun ikut kacau karena kebanyakan memikirkan hubungan yang nggak sehat itu. Jadi selingkuh itu lebih banyak pengaruh negatifnya ketimbang untungnya. Nah, yang mau selingkuh di kantor, lebih baik nggak usah la ya. Dan yang udah terlanjur hentikan aja deh...





Baca Selengkapnya...

TELAPAK TANGAN BUKAN TERMOMETER

Menempelkan telapak tangan ke dahi di Buyung atau si Upik bukan cara tepat untuk menggolongkan suhu badannya panas, normal, atau dingin. Naiknya suhu tubuh bukan serta merta petunjuk ia harus diminumi obat turun panas.Dr. Paul Zakaria daGomez, ahli imunologi dari RS Harapan Kita, menguraikan duduk persoalannya, termasuk kapan obat turun panas diperlukan.

Setiap hari televisi menyuguhkan pelbagai macam iklan obat penurun panas. Semuanya mengklaim serba cespleng! Orang tua mana yang tidak cemas kalau anaknya menderita panas? Nomor satu pasti buru-buru mencari obat penurun panas, entah dari lemari obatnya sendiri, beli di warung, atau minta tetangga.

Setiap kali anak kita tidak enak badan, pasti gerakan refleks kita langsung menempelkan tangan ke dahi atau lehernya. Tapi telapak tangan sebagai alat pengukur panas sebenarnya bersifat sangat subyektif. Artinya, ia tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan apakah suhu seseorang panas, normal, atau dingin.

Seseorang dengan metabolisme tubuh rendah atau menderita anemia di mana suhu tangannya lebih dingin, akan lebih peka bila meraba seseorang yang suhu tubuhnya tinggi dibandingkan dengan mereka yang metabolisme tubuhnya normal dan suhu tangannya lebih hangat. Karena tingkat metabolisme dan mekanisme sirkulasi darah tiap individu bervariasi, sudah tentu mengukur suhu badan seseorang dengan punggung telapak tangan tidaklah tepat.

Karena itu setiap keluarga hendaknya menyediakan termometer air raksa yang harganya relatif murah. Alat pengukur panas ini lebih bisa diandalkan. Dalam keadaan sangat mendesak data tersebut bahkan bisa langsung dikonsultasikan ke dokter lewat telepon.

Mekanisme kekebalan
Suhu rata-rata tubuh normal dan sehat seseorang menurut beberapa peneliti barat seperti Becquerel dan Berscher (1835) dan Wunderlich (1868), adalah 37 C. Suhu tubuh normal seseorang sesungguhnya bervariasi tergantung pada waktu pengukuran (pagi, siang atau malam), tempat pengukuran (dalam rongga mulut, di ketiak, atau dalam dubur), faktor usia serta tingkat metabolisme (sebelum atau sesudah makan, sebelum atau setelah melakukan aktivitas fisik). Pengukuran suhu dengan termometer lewat rongga mulut atau dubur akan lebih tepat daripada lewat ketiak.

Suhu tubuh paling rendah pada pagi hari (5.00 - 6.00) dan paling tinggi senja hingga malam hari. Perbedaan antara suhu terendah dan tertinggi bervariasi, sekitar 0,3 C-1,5 C. Semula perbedaan itu diduga hanya karena perbedaan cuaca, suhu serta kelembapan saja, ternyata juga karena faktor irama diurnal (saat tidur dan melek) yang berkembang sejak usia 1 - 2 tahun dan berlangsung terus seumur hidup.

Suhu tubuh rata-rata orang dewasa di bawah 37 C. Seorang peneliti, Horvath SM dkk. pernah meneliti 54 orang dewasa muda (usia 23 tahun) selama beberapa bulan dengan kesimpulan, nilai rata-rata suhu rongga mulut pada pagi hari 36,5 C dan malam hari 36,8 C. Peneliti lain, Dinarello dan Wolff dari Inggris melaporkan, hasil penelitian pada sembilan orang dewasa mudah (22 tahun), dalam seharinya rata-rata suhu badan mereka 36,6 C dengan nilai terendah 36,4 C dan tertinggi 36,8 C. Suhu rata-rata rongga mulut orang tua lebih rendah daripada orang muda, tetapi suhu duburnya sama.

Padahal suhu anus biasanya lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Perbedaan ini sangat bervariasi. Pada orang muda, suhu lubang keluaran itu rata-rata 0,56 C lebih tinggi daripada suhu rongga mulut.

Pada anak usia kurang dari 12 tahun, suhu tubuh waktu malam hari sering lebih tinggi, rata-rata 37,4 C. Sebagai pedoman kasar, suhu tubuh anak yang tidak melebihi 38 C (antara 36 C - 38 C) tidak perlu dirisaukan karena belum merupakan indikasi untuk diberi obat penurun panas. Karena sebenarnya suhu yang agak panas malah diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai salah satu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan infeksi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh.

Hal ini pernah dikemukakan oleh seorang ahli imunologi - infeksi dari Belanda, van den Meer. Kemudian, ia mengingatkan hendaknya pemakaian obat penurun panas terlalu dini berarti tidak memberikan kesempatan pada tubuh untuk melaksanakan fungsi mekanisme pertahanan tubuh (kekebalan). Kalau jamur yang sedang tumbuh (misalnya pada oncom dan tempe) menghasilkan panas dan membutuhkan kalori, demikian pula manusia. Tumbuh kembang anak lebih pesat daripada orang dewasa sehingga secara otomatis menghasilkan panas lebih banyak pula.

Menurunkan panas tanpa obat
Untuk mengatasi demam, lebih baik mengusahakan dulu dengan menyeka seluruh permukaan tubuh beberapa kali (terutama sewaktu suhu tubuh meningkat) dengan handuk kecil dibasahi air hangat. Tindakan ini akan melancarkan sirkulasi darah dan membuka pori-pori kulit sehingga memberikan kesempatan panas keluar dari tubuh ke lingkungan sekitarnya. Ruang ventilasi yang baik di mana udara berlangsung secara teratur atau kamar ber- AC, sangat dianjurkan untuk merawat penderita demam.

Pakaian yang sudah basah karena keringat hendaknya segera diganti dengan yang kering. Sebaiknya dari katun yang lebih mengisap keringat, bukan yang sintetis. Bila usaha ini tidak berhasil dan suhu badan mencapai 38 C, barulah penderita diberi obat penurun panas (anti- piretika). Dosis obat penurun panas jenis asetaminofen, yang umum dijual di warung atau apotek seperti Tempra, Panadol, Parasetamol, dll adalah 10 mg/kg berat badan/hari dibagi 3 dosis (diminum 3 kali sehari).

Bila sudah diberi obat penurun panas dua kali tetapi suhu badan tetap belum turun juga, berkonsultasilah ke dokter. Mungkin demam yang diderita bisa karena infeksi bakteri yang agak berat yang tidak bisa mengandalkan mekanisme kekebalan tubuh atau obat penurun panas saja, tapi memerlukan obat antibiotika. Biarlah dokter yang menentukan pemilihan obatnya.


diambil dari :www.indomedia.com/Intisari/byprod/arkes2.htm



Baca Selengkapnya...

Kebutuhan Nutrisi pada Lanjut Usia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hidup sehat sudah pasti menjadi dambaan setiap orang. Derajat kesehatan dapat dijaga dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat dan cukup nutrisi atau zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh pun dengan berolahraga secara teratur dan tidur dengan cukup. Makanan cukup gizi sangat penting untuk menjaga fungsi organ-organ tubuh kita. Asupan gizi yang kita konsumsi haruslah dalam keadaan tepat, sehingga tidak kekurangan atau kelebihan karena asupan gizi yang tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan organ atau penyakit. Seperti pada kekurangan Vitamin B dapat menyebabkan penyakit beri-beri dan jika kita terlalu berlebih dalam mengkonsumsi karbohidrat dapat mengakibatkan obesitas (kegemukan). Tentu saja penyakit-penyakit ii muncul tidak hanya dari 1 jenis nutrien saja tetapi antara satu nutrien dengan nutrien lainnya memiliki korelasi dan saling mempengaruhi.
Makanan yang mengandung gizi baik oleh bayi sampai lansia untuk pertumbuhan dan perkembangannya oleh karena itu para lansia harus mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Karbohidrat, protein, vitamin, dan lain-lain merupakan jenis-jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Nutrisi merupakan kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan organisme untuk dapat mempertahankan atau memperbaiki fungsi organ normal hidupnya.

Kemudian bagaimanakah caranya agar tubuh tetap berada dalam kondisi sehat? Apakah orang dengan badan kurus mereka lebih sehat dibandingkan orang berbadan gemuk? Ataukah laki-laki pastilah lebih sehat dan kuat dibandingkan dengan seorang wanita? Tentu saja tidak. Kebutuhan fisik memang terkadang dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik atau buruk suatu individu. Tetapi itu tidaklah menjadi indikator mutlak. Sehat dapat diartikan sebagai keadaan dimana tidak terdapat gangguan dari luar tubuh ataupun dalam tubuh yang dapat mempengaruhi sistem kerja organ-organ tubuh kita. Sehat pun dapat diartikan dengan tercukupinya secara seimbang segala kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh untuk melakukan metabolisme.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi lansia.
2.2.1 Tujuan Khusus
- mengetahui pengertian lansia
- mengetahui AKG yang baik untuk lansia
- mengetahui sumber-sumber nutrisi yang baik
- mengetahui akibat dari tidak tercukupinya zat gizi secara seimbang untuk tubuh
- mengetahui penyakit-penyakit yang dapat timbul karena kekurangan dan kelebihan asupan gizi

1.3 Manfaat
Kita dapat mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan tubuh dengan cara menjaga asupan gizi yang masuk kedalam tubuh kita. Disamping itu kita mulai dapat memilah-milah manakah suber makanan yang baik atau buruk untuk tubuh kita, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat berfungsi secara maksimal.

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.3 Tujuan Umum
1.2.4 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN MATERI
2.1 Pengertian Masa Lansia
2.2 Angka Kecukupan Gizi
2.3 Sumber-Sumber Makanan Bernutrisi
2.4 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi
2.5 Penyakit-Penyakit Akibat Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Lansia
Sudah sejak dulu manusia berusaha agar dapat mencapai umur panjang (lanjut usia). Bermacam obat pernah dipikirkan untuk memperpanjang umur dan banyak orang mencarinya. Tapi pada usia berapa atau kapankah orang itu disebut lansia? Sukarlah dijawab dengan memuaskan sebab belum ada kesatuan pendapat oleh karena menjadi tua itu sangat berbeda tiap individu. Proses penuaan setiap individu pada orang-orang tubuhnya juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang lanjut usia masih menunjukan kekurangan-kekurangan yang menyolok

2.2 Angka Kecukupan Gizi
Usia di atas 50 tahun 1.900 kalori
Usia di atas 60 tahun 1.700 kalori
Usia di atas 70 tahun 1.500 kalori

Protein
Kebutuhan protein bagi orang dewasa rata-rata ditetapkan sebesar 0,8 gram per kg berat badan per hari, dengan syarat nilai gizi proteinnya setara dengan telur. Umumnya bagi protein yang nilai gizinya lebih rendah dari telur, diperlukan jumlah yang lebih banyak. Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan.
Pada orang yang berusia lanjut, massa ototnya berkurang, sehingga total protein tubuhnya juga berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan pada orang tua efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerannya kurang efisien). Disamping itu, adanya stress (tekanan batin), penyakit infeksi, patah tulang dan lain lain penyakit, akan meningkatkan kebutuhan protein bagi manula. Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk manula sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12 - 14 persen dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.

Karbohidrat dan Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para manula adalah sembelit atau konstipasi (susah buang air besar) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembukan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi manula adalah sayuran, buah-buahan segar dan buji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.

Dianjurkan agar para manula mengurangi konsumsi gula-gula sederhana (gula pasir, sirup) dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh selain berfungsi sebagai sumber energi, juga sebagai sumber serat.
Banyak manula yang mengalami diare jika mengkonsumsi susu. Hal ini disebabkan dalam ususnya tidak terkandung enzim pencerna (laktosa), sehingga laktosa dicerna oleh mikroba usus besar dan menimbulkan diare. Produk-produk susu yang sudah difermentasi, misalnya yoghurt dan keju tidak dapat menimbulkan diare, karena sebagian besar laktosanya telah digunakan mikroba dalam proses fermentasi. Disamping sebagai sumber karbohidrat (laktosa) susu juga sangat penting sebagai sumber protein, vitamin dan mineral. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya para manula kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasan, asam folat, vitamin C, D dan E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran. Sedangkan masalah kekurangan mineral yang paling banyak diderita manula adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
Kebutuhan vitamin dan meneral bagi manula menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringt dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Orang dewasa dianjurkan minum sebanyak 2 sampai 2,5 liter per hari. Ketentuan ini berlaku pula pada manula (minum lebih dari 6 - 8 gelas per hari).


2.3 Sumber-Sumber Makanan Bernutrisi
Kelompok Makanan Jenis Makanan
Sumber Karbohidrat Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni
Sumber Protein Hewani Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging
Sumber Protein Nabati Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom
Buah-buahan Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat
Sayuran Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada
Makanan Jajanan Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles
Susu Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim

2.4 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.



2.5 Penyakit yang sering di derita oleh lanjut usia
Otot jantung menjadi kurang efektif dalam memompa, bekerja dengan lebih keras untuk memompa darah dalam jumlah yang sama ke tubuh.
Pembuluh darah menjadi kurang elastis. Timbunan lemak yang mengeras mungkin terbentuk di dinding arteri (atherosclerosis), sehingga jalur untuk mengantarkan darah menjadi lebih sempit.
elastisitas secara alami, kombinasi dengan atherosclerosis, membuat arteri menjadi lebih kaku, sehingga menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melaluinya. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: Atherosclerosis, Hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh jantung, Angina dan serangan jantung
Paru–paru dan Sistem Pernafasan
Jumlah kantung udara (alveoli) pada lanjut usia akan berkurang dibanding pada saat usia dewasa. Berkurangnya kantung udara tidak akan terasa apabila kita sehat dan dapat menjalani kehidupan yang aktif.
Emfisema dan turunnya daya tahan paru–paru karena merokok dan polusi udara, menjadikan lanjut usia rentan terhadap berbagai gangguan paru–paru dan pernafasan.

Tulang, Otot dan Persendian
Tulang akan menyusut, sehingga tinggi badan menjadi lebih pendek. Kepadatan tulang juga berkurang, secara sedikit-sedikit membuat tulang lebih rentan terhadap patah tulang. Otot, tendon dan sendi umumnya kehilangan kekuatan,kelenturan atau fleksibilitas seiring dengan bertambahnya usia. Tulang akan menyusut, sehingga tinggi badan menjadi lebih pendek. Kepadatan tulang juga berkurang, secara sedikit-sedikit membuat tulang lebih rentan terhadap patah tulang.
Otot, tendon dan sendi umumnya kehilangan kekuatan,kelenturan atau fleksibilitas seiring dengan bertambahnya usia.
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: Osteoporosis, Gout, Osteoartritis
Sistem Pencernaan
Menelan dan gerakan peristaltik otomatis yang memindahkan makanan yang dicerna ke saluran usus akan makin lambat. Jumlah luas permukaan dalam usus akan berkurang. Laju sekresi enzim-enzim dari lambung, hati, pankreas serta usus halus akan berkurang.
Hal ini umumnya tidak mempengaruhi kesehatan & proses pencernaan, jadi Anda mungkin tidak menyadarinya. Tetapi Anda mungkin akan lebih sering mengalami konstipasi.

Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam memindahkan kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal.
Sekitar 30% dari orang usia 65 tahun atau lebih mengalami kelemahan dalam kontrol kandung kemih (urinary incontinence ). Incontinence dapat disebabkan oleh beragam masalah kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk kronik.
Wanita lebih banyak yang mengalami incontinence dari pada pria. Wanita yang telah mengalami menopause mungkin mengalaminya karena otot sfingter kehilangan kekuatannya dan refleks kandung kemih juga berubah. Dengan menurunnya produksi estrogen, jaringan pada saluran kemih menjadi lebih tipis. Otot pelvic lebih lemah, sehingga mengurangi kontrol pada kandung kemih.
Pada pria yang telah tua, incontinence disebabkan karena perbesaran prostat, yang kemudian memblokir uretra. Hal ini menyebabkan sukar untuk mengosongkan kandung kemih dan menyebabkan sedikit urin yang keluar.

Menelan dan gerakan peristaltik otomatis yang memindahkan makanan yang dicerna ke saluran usus akan makin lambat. Jumlah luas permukaan dalam usus akan berkurang. Laju sekresi enzim-enzim dari lambung, hati, pankreas serta usus halus akan berkurang.
Hal ini umumnya tidak mempengaruhi kesehatan & proses pencernaan, jadi Anda mungkin tidak menyadarinya. Tetapi Anda mungkin akan lebih sering mengalami konstipasi.

Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam memindahkan kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal.
Sekitar 30% dari orang usia 65 tahun atau lebih mengalami kelemahan dalam kontrol kandung kemih (urinary incontinence ). Incontinence dapat disebabkan oleh beragam masalah kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk kronik.
Wanita lebih banyak yang mengalami incontinence dari pada pria. Wanita yang telah mengalami menopause mungkin mengalaminya karena otot sfingter kehilangan kekuatannya dan refleks kandung kemih juga berubah. Dengan menurunnya produksi estrogen, jaringan pada saluran kemih menjadi lebih tipis. Otot pelvic lebih lemah, sehingga mengurangi kontrol pada kandung kemih.
Pada pria yang telah tua, incontinence disebabkan karena perbesaran prostat, yang kemudian memblokir uretra. Hal ini menyebabkan sukar untuk mengosongkan kandung kemih dan menyebabkan sedikit urin yang keluar.
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: penurunan fungsi ginjal, Urinary Incontinence, penyakit prostate

Mata
Pada lanjut usia atau lansia produksi air mata akan berkurang, retina akan semakin tipis dan lensa mata akan berangsur berubah menjadi kuning sehingga pandangan menjadi pudar.
Pada usia 40 tahunan, memfokuskan mata pada suatu obyek yang dekat menjadi lebih sulit. Iris akan menjadi lebih kaku, sehingga pupil menjadi kurang responsif, hal ini dapat menyebabkan mata menjadi kurang dapat beradaptasi dengan perubahan cahaya.
Perubahan lainnya adalah pada lensa mata menjadi terlalu sensitif terhadap sorotan cahaya, yang dapat menyebabkan masalah bila menyetir pada malam hari.
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: Katarak, Glaukoma dan Degenerasi Makular (kehilangan pandangan tengah).


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perkembangan pada masa lanjut usia memerlukan makanan yang bergizi dan keseimbangan nutrisi yang cukup untuk lanjut usia. Kebutuhan gizi yang kurang akan berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental lanjut usia, seperti kurang protein, anemia, kurang zat besi dan kurang vitamin.

3.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui manfaat dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi.
2. Agar para muda-mudi dapat memperhatikan asuhan gizi untuk dirinya sendiri supaya tidak terjadi malnutrition.



DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, wahjudi, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta: 1992
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kelanggengan Lanjut Usia, Jakarta 1991




Baca Selengkapnya...

Asuhan Keperawatan Serebral Palsy

BAB I
A. PENDAHULUAN

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmud Freud menyebutnya dengan istilah infantile Cerebra)Paralysis.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pensekatan multidisiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja social, guru sekolah luar biasa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.

Dengan meningkatnya pelayanan obstetric dan perinatologi dan rendahnya angka kelahiran di Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian cerebral palsy akan menurun. Namun dinegara-negara berkembang, kemajuan teknologi kedokteranselain menurunkan angka kematian bayi risiko tingi, juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu: populasi yang diambil, cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insidensi cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di bawah 70, 35 % disertai kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0).


BABA II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Serebral palsi ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental.

B. ETIOLOGI
1. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan reterdasi mental. Anoksia dalam kandumgan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan serebral palsi.
2. Perinatal
a) Anoksia/hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnoemal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruangsubdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
c) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral.
3. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang menggangu perkembangan dapat menyebabkan serebra palsi misalnya trauma kapitis, meningitis dan luka paruh pada otak pasca operasi.

C. PATOFISIOLOGI
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler , atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka /kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidak cukupanvaskuler ,toksin atau infeksi).

D. FAKTOR RESIKO
a. Prematuritas
b. Ikterus pada masa neonatus
c. Meningitis purulenta pada masa bayi

E. MENIFESTASI KLINIK
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/ hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
b. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
c. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.
e. Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
f. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.

E. KLASIFIKASI
Berdasarkan gejala klinis maka pembagian serebral palsi adalah sebai berikut:
1. Tipe spastis atau piramidal
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:
•Hiprtoni (fenomena pisau lipat)
•Hiperfleksi yang disertai klonus
•Kecenderungan timbul kontraktur
•Refleks patologis
2. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktun jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetnis dan disantni
3. Tipe campuran
Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.

F. PENATALAKSANAAN
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatika posisis pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini.
e. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko ( baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya . jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.

G. DIAGNOSA PENUNJANG
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan.
2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal.
3. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4. Foto rontgen kepala.
5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi mental.

H. KOMPLIKASI
1. Ataksi
2. Katarak
3. Hidrosepalus

I. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada gejala dan tipe sebral palsi. Prognosis paling baik pada derajat fungsional yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan pengkiahatan dan pendengaran
Infeksi plasenta, plasenta previa, presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik




Baca Selengkapnya...
KTI-SKRIPSI KEPERAWATAN
lebih dari 100 contoh kti-skripsi keperawatan ada disini, klik here
 

DOWNLOAD AREA

Download Macam-Macam Askep, disini
Download Artikel Kedokteran, disini
Download Artikel Seputar Kebidanan, disini

Followers

Blog Archive